DI
sebelah selatan pulau buton, sebuah pulau kecil yang masyarakatnya sangat
menggantungkan hidup dari hasil laut. Pulau Batu Atas adalah salah satu
kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara, mayoritas warga disitu
adalah suku cia-cia. Pulau ini terbilang berada cukup jauh dari pulau Buton,
biasanya untuk sampai disana perlu waktu enam jam dengan kapal penumpang yang terbuat
dari kayu. Mencari ikan adalah salah satu pekerjaan yang bisa membantu
perekonomian mereka.
Dari kecamatan Batu Atas, mereka berlayar mengarungi samudera untuk mencari ikan diwilayah timur indonesia. Pelayaran yang mereka lakukan terbilang cukup lama, biasanya waktu yang dihabiskan diatas kapal satu bulan hidup terombang-ambing ditengah laut lepas. Keahlian mereka dalam berlayar memang tidak diragukan. Berbekal alat seadanya, mereka tak segan-segan melewati laut banda yang gelombang air lautnya sangat berbahaya untuk jenis kapal kayu ukuran kecil.
Dari kecamatan Batu Atas, mereka berlayar mengarungi samudera untuk mencari ikan diwilayah timur indonesia. Pelayaran yang mereka lakukan terbilang cukup lama, biasanya waktu yang dihabiskan diatas kapal satu bulan hidup terombang-ambing ditengah laut lepas. Keahlian mereka dalam berlayar memang tidak diragukan. Berbekal alat seadanya, mereka tak segan-segan melewati laut banda yang gelombang air lautnya sangat berbahaya untuk jenis kapal kayu ukuran kecil.
Kehidupan
masyarakat setempat terbilang sangat berkecukupan, sarana prasarana masih belum
memadai. Untuk listrik, mereka menggunakan tenaga surya sebagai penerangan
dimalam hari sedangkan kebutuhan utama lainnya seperti air, mereka memanfaatkan
air hujan sebagai kebutuhan sehari-hari untuk mencuci, mandi, dan air minum.
Pulau
Batu Atas secara geografis merupakan daerah bebatuan, sangat mustahil untuk
bisa menemukan air tawar yang layak untuk dikonsumsi, akses mendapatkan air pun
memang cukup jauh untuk sampai ke pulau buton yang diharapkan bisa menyuplai
air bersih. Masyarakat Batu Atas sangat mengharapkan datangnya musim hujan,
sebab hanya air hujan-lah satu-satunya alternatif air yang layak dikonsumsi, memanfaatkan
air hujan sebagai kebutuhan utama adalah satu-satunya harapan untuk bisa
bertahan hidup disana. Kebiasaan mengkonsumsi air hujan tidak memberikan efek
buruk bagi kesehatan mereka.
Tak
heran, wadah air yang mereka buat cukup besar agar bisa menampung banyak stok
air nantinya, mereka sangat bergantung pada datangnya musim hujan. Bagi mereka,
hujan adalah berkah yang memberikan banyak manfaat untuk bisa bertahan hidup.
Di pulau itu, air tawar sangat berarti dan bisa dipergunakan untuk seperlunya
saja, mengingat curah hujan meningkat jika hanya musim hujan datang antara
bulan desember dan diperkirakan berakhir di bulan februari ini.
Jika
kita melihat dari masyarakat Batu Atas yang bergantung pada hujan dan
memanfaakannya sebagai sumber penghidupan mereka. Bagi warga ibukota, air hujan
menjadi sebuah ancaman disaat musim ini tiba. Kota jakarta menjadi langganan banjir
jika intensitas hujan meningkat, saat air laut pasang dan air kiriman dari
bogor. Kepadatan penduduk juga banyaknya bangunan bertingkat dan meyempitnya
bantaran sungai sangat mempengaruhi kota ini akan terkena banjir, ditambah
dengan kurangnya kepedulian warga dalam membuang sampah.
Ini
terlihat dari banyaknya sampah yang bisa berakibat pada sumbatan saluran
pembuangan air dan aliran sungai. Gedung-gedung tinggi itu seakan merasa nyaman
dengan datangnya musim hujan dan saat banjir melanda, pemandangan ini sudah
menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat ibukota yang sering terkena
dampak langsung. Bagaimana tidak, kerugian dan berbagai ancaman penyakit yang
diderita masyarakat kini mulai dirasakan. Ini memang persoalan serius yang
harus disikapi dan segera dituntaskan, mau berapa banyak lagi yang harus
dikorbankan.
Berbagai
macam cara sudah dilakukan pemerintah sebagai upaya mencegah datangnya banjir
mulai dari memodofikasi cuaca, pembuatan sumur resapan, pengerukan sampai pada
perluasan bantaran sungai. Mudah-mudahan dari segala cara dan upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi bencana banjir pada setiap musim
hujan tiba bisa merubah nasib dan menjawab segenap harapan warga ibukota yang menjadi
korban banjir.
Dua sisi hal yang jauh berbeda. Bagi masyarakat Batu
Atas, air hujan sangat bermanfaat untuk kebutuhan hidup namun bagi masyarakat
jakarta, air hujan adalah ancaman serius yang sangat merugikan. Kita mesti
mengambil hikmah dari bencana yang kini melanda saudara-saudara kita.
Dari fenomena itu, alam kini mulai menunjukkan
kuasanya kepada penghuni bumi yang eksploitatif terhadap isi alam. Pemanasan
global menjadi faktor utama dari perubahan iklim yang menyebabkan berbagai
bencana diberbagai belahan dunia. Tak heran, wajah bumi kini berubah seakan
memberi isyarat kepada kita untuk sadar dari kegiatan merusak lingkungan,
masalahnya adalah karena kita menjadi serakah kepada alam, mestinya kita bisa menjaga
dan bersahabat dengan semua ciptaan Tuhan.
0 komentar:
Post a Comment