Sunday, January 19, 2014

Berkah Hujan Di Pulau Batu

DI sebelah selatan pulau buton, sebuah pulau kecil yang masyarakatnya sangat menggantungkan hidup dari hasil laut. Pulau Batu Atas adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara, mayoritas warga disitu adalah suku cia-cia. Pulau ini terbilang berada cukup jauh dari pulau Buton, biasanya untuk sampai disana perlu waktu enam jam dengan kapal penumpang yang terbuat dari kayu. Mencari ikan adalah salah satu pekerjaan yang bisa membantu perekonomian mereka. 

Dari kecamatan Batu Atas, mereka berlayar mengarungi samudera untuk mencari ikan diwilayah timur indonesia. Pelayaran yang mereka lakukan terbilang cukup lama, biasanya waktu yang dihabiskan diatas kapal satu bulan hidup terombang-ambing ditengah laut lepas. Keahlian mereka dalam berlayar memang tidak diragukan. Berbekal alat seadanya, mereka tak segan-segan melewati laut banda yang gelombang air lautnya sangat berbahaya untuk jenis kapal kayu ukuran kecil. 

Kehidupan masyarakat setempat terbilang sangat berkecukupan, sarana prasarana masih belum memadai. Untuk listrik, mereka menggunakan tenaga surya sebagai penerangan dimalam hari sedangkan kebutuhan utama lainnya seperti air, mereka memanfaatkan air hujan sebagai kebutuhan sehari-hari untuk mencuci, mandi, dan air minum. 

Pulau Batu Atas secara geografis merupakan daerah bebatuan, sangat mustahil untuk bisa menemukan air tawar yang layak untuk dikonsumsi, akses mendapatkan air pun memang cukup jauh untuk sampai ke pulau buton yang diharapkan bisa menyuplai air bersih. Masyarakat Batu Atas sangat mengharapkan datangnya musim hujan, sebab hanya air hujan-lah satu-satunya alternatif air yang layak dikonsumsi, memanfaatkan air hujan sebagai kebutuhan utama adalah satu-satunya harapan untuk bisa bertahan hidup disana. Kebiasaan mengkonsumsi air hujan tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan mereka.

Tak heran, wadah air yang mereka buat cukup besar agar bisa menampung banyak stok air nantinya, mereka sangat bergantung pada datangnya musim hujan. Bagi mereka, hujan adalah berkah yang memberikan banyak manfaat untuk bisa bertahan hidup. Di pulau itu, air tawar sangat berarti dan bisa dipergunakan untuk seperlunya saja, mengingat curah hujan meningkat jika hanya musim hujan datang antara bulan desember dan diperkirakan berakhir di bulan februari ini.

Jika kita melihat dari masyarakat Batu Atas yang bergantung pada hujan dan memanfaakannya sebagai sumber penghidupan mereka. Bagi warga ibukota, air hujan menjadi sebuah ancaman disaat musim ini tiba. Kota jakarta menjadi langganan banjir jika intensitas hujan meningkat, saat air laut pasang dan air kiriman dari bogor. Kepadatan penduduk juga banyaknya bangunan bertingkat dan meyempitnya bantaran sungai sangat mempengaruhi kota ini akan terkena banjir, ditambah dengan kurangnya kepedulian warga dalam membuang sampah.

Ini terlihat dari banyaknya sampah yang bisa berakibat pada sumbatan saluran pembuangan air dan aliran sungai. Gedung-gedung tinggi itu seakan merasa nyaman dengan datangnya musim hujan dan saat banjir melanda, pemandangan ini sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat ibukota yang sering terkena dampak langsung. Bagaimana tidak, kerugian dan berbagai ancaman penyakit yang diderita masyarakat kini mulai dirasakan. Ini memang persoalan serius yang harus disikapi dan segera dituntaskan, mau berapa banyak lagi yang harus dikorbankan.

Berbagai macam cara sudah dilakukan pemerintah sebagai upaya mencegah datangnya banjir mulai dari memodofikasi cuaca, pembuatan sumur resapan, pengerukan sampai pada perluasan bantaran sungai. Mudah-mudahan dari segala cara dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi bencana banjir pada setiap musim hujan tiba bisa merubah nasib dan menjawab segenap harapan warga ibukota yang menjadi korban banjir. 

Dua sisi hal yang jauh berbeda. Bagi masyarakat Batu Atas, air hujan sangat bermanfaat untuk kebutuhan hidup namun bagi masyarakat jakarta, air hujan adalah ancaman serius yang sangat merugikan. Kita mesti mengambil hikmah dari bencana yang kini melanda saudara-saudara kita. 

Dari fenomena itu, alam kini mulai menunjukkan kuasanya kepada penghuni bumi yang eksploitatif terhadap isi alam. Pemanasan global menjadi faktor utama dari perubahan iklim yang menyebabkan berbagai bencana diberbagai belahan dunia. Tak heran, wajah bumi kini berubah seakan memberi isyarat kepada kita untuk sadar dari kegiatan merusak lingkungan, masalahnya adalah karena kita menjadi serakah kepada alam, mestinya kita bisa menjaga dan bersahabat dengan semua ciptaan Tuhan.

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts