Isu
pengunduran diri walikota Surabaya Tri Rismaharini membuat sejumlah warga
surabaya bertanya-tanya, ini dilihat dari
banyaknya dukungan yang mengalir dari warganya bahkan dimedia sosial sejumlah dukungan itu disampaikan agar Bu Risma tidak mundur dari jabatannya sebagai walikota. Kecintaan warga Surabaya kepada Bu Risma, memang semenjak ia belum diangkat
menjadi walikota. Sebelum menjabat sebagai walikota surabaya, wanita lulusan
Arsitektur ITS ini pernah menjabat sebagai kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP) dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya hingga tahun 2010.
Semasa ia menjadi kepala dinas, Risma sudah menyulap kota
Surabaya menjadi lebih asri, sederet taman kota yang dibangunya membuat kota
Surabaya lebih hijau dan segar dari kota yang sebelumnya. Tepat pada tanggal 28
september 2010, Risma resmi menjabat sebagai walikota Surabaya.
Sumber: Surabaya.ca |
Diawal kepemimpinannya,
Risma sudah mendapat berbagai tantangan politik, Ia disorot oleh dewan karena
kebijakan yang dikeluarkan tidak diterima oleh mereka. Namun akhirnya Mendagri
Gamawan Fauzi angkat bicara akan hal ini dan menegaskan bahwa Tri Risma tetap
menjabat sebagai Walikota Surabaya dan menilai alasan pemakzulan Risma adalah
hal yang mengada-ngada. Belakangan kemudian beredar kabar bahwa hal ini
disebabkan banyaknya kalangan DPRD Kotamadya Surabaya yang 'tidak senang'
dengan sepak terjang politik Tri Risma yang terkenal tidak 'kompromi' dan terus
maju berjuang membangun Kota Surabaya, termasuk menolak keras pembangunan tol
tengah Kota Surabaya yang dinilai tidak akan bermanfaat untuk mengurai
kemacetan.
Sederet
prestasi yang ia sudah torehkan untuk Kota Surabaya, baik itu ditingkat
nasional maupun ditingkat Intenasional, ini bukti jika ia memang sungguh-sungguh
dalam memimpin kota Surabaya. Saya sendiri melihat langsung pembangunan yang
sudah ia kerjakan dan saya pernah berjumpa langsung dengan beliau, saat itu
saya dan rekan-rekan kampus mengikuti kegiatan pertemuan BEM Se Nusantara di salah satu perguruan tinggi di
Surabaya. Kegiatan itu, menghadirkan seluruh perwakilan BEM Universitas di
Indonesia sebagai ajang silaturahmi. Universitas
Negeri Surabaya (UNESA) menjadi tuan rumah saat itu. Diakhir kegiatan, panitia
acara mengajak rombongan delegasi BEM untuk berkunjung ke rumah jabatan
walikota Surabaya, saat itulah saya dan rekan-rekan langsung bertatap muka
dengan Walikota Surabaya yang belum berapa lama menjabat sebagai walikota. Ia menyambut
kami dengan baik. Dalam sambutannya, ia memberikan kami banyak motivasi tentang
kepemimpinan, banyak ilmu yang kami serap dari beliau.
Memang
kota Surabaya yang ia pimpin tidak semudah membalikan telapak tangan, apalagi
ia adalah seorang perempuan, banyak tantangan yang ia lalui, banyak pula yang
harus diselesaikan. Untuk memahami apa yang dikeluhkan masyarakat, tak sungkan-sungkan
ia harus turun kelapangan dan mendengar langsung keluhan warganya. Gaya khas
‘blusukan’ yang dilakukannya adalah cara terbaik untuk melihat langsung masalah
yang ada, namun cara itu dinilai lain oleh kalangan elit politik di kota
Surabaya bahkan ada yang menganggap kalau cara walikota Surabaya terlalu berlebihan
dan sekedar pencitraan saja. Bagi saya, hal itu adalah tak perlu dinilai negatif,
selagi masih ada kepekaan seorang pemimpin untuk mendengar setiap keluhan
warganya. Saya sendiri menyaksikan langsung, ketika sang walikota menunjukkan
kepada kami, jika didalam mobil dinasnya, ada banyak stok sembako yang
sewaktu-waktu ia akan bagikan kepada warga miskin jika hendak berpergian, gaya kepemimpinannya
ini memang sudah lama ia lakukan tanpa pengawalan dari media. Bagi ibu Risma,
apa yang dilakukannya saat ini, bentuk pertanggung jawabannya ada diakhirat
nanti.
Sumber : Ibu Risma Saat di Acara Mata Najwa |
Dalam wawancara di acara mata najwa, beberapa
kali sang presenter Najwa Sihab' menanyakan, “apakah ibu akan berhenti sebagai
walikota Surabaya disaat masyarakat masih membutuhkan anda?” Walikota itupun
enggan untuk menjawabnya. Sepertinya ada yang mengganjal dihati Risma sehingga
ia tak mau menjawab atau mungkin banyaknya tekanan politik yang ia terima. Hingga
akhirnya, air mata pun mengalir disela-sela pipinya, tangisan ibu Risma seakan
memberi isyarat, kalau ia belum bisa melepas kota Surabaya, ia masih mempunyai
tanggung jawab besar, sebab masyarakat masih membutuhkan seorang pemimpin
seperti Tri Rismaharini, seorang walikota perempuan yang berjiwa super dan
berhati mulia.
0 komentar:
Post a Comment