Thursday, February 13, 2014

Di Balik Tangis Sang Walikota



Isu pengunduran diri walikota Surabaya Tri Rismaharini membuat sejumlah warga surabaya bertanya-tanya, ini dilihat dari banyaknya dukungan yang mengalir dari warganya bahkan dimedia sosial sejumlah dukungan itu disampaikan agar Bu Risma tidak mundur dari jabatannya sebagai walikota. Kecintaan warga Surabaya kepada Bu Risma, memang semenjak ia belum diangkat menjadi walikota. Sebelum menjabat sebagai walikota surabaya, wanita lulusan Arsitektur ITS ini pernah menjabat sebagai kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya hingga tahun 2010. Semasa ia menjadi kepala dinas, Risma sudah menyulap kota Surabaya menjadi lebih asri, sederet taman kota yang dibangunya membuat kota Surabaya lebih hijau dan segar dari kota yang sebelumnya. Tepat pada tanggal 28 september 2010, Risma resmi menjabat sebagai walikota Surabaya.

Sumber: Surabaya.ca

Diawal kepemimpinannya, Risma sudah mendapat berbagai tantangan politik, Ia disorot oleh dewan karena kebijakan yang dikeluarkan tidak diterima oleh mereka. Namun akhirnya Mendagri Gamawan Fauzi angkat bicara akan hal ini dan menegaskan bahwa Tri Risma tetap menjabat sebagai Walikota Surabaya dan menilai alasan pemakzulan Risma adalah hal yang mengada-ngada. Belakangan kemudian beredar kabar bahwa hal ini disebabkan banyaknya kalangan DPRD Kotamadya Surabaya yang 'tidak senang' dengan sepak terjang politik Tri Risma yang terkenal tidak 'kompromi' dan terus maju berjuang membangun Kota Surabaya, termasuk menolak keras pembangunan tol tengah Kota Surabaya yang dinilai tidak akan bermanfaat untuk mengurai kemacetan.

Sederet prestasi yang ia sudah torehkan untuk Kota Surabaya, baik itu ditingkat nasional maupun ditingkat Intenasional, ini bukti jika ia memang sungguh-sungguh dalam memimpin kota Surabaya. Saya sendiri melihat langsung pembangunan yang sudah ia kerjakan dan saya pernah berjumpa langsung dengan beliau, saat itu saya dan rekan-rekan kampus mengikuti kegiatan pertemuan BEM Se  Nusantara di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Kegiatan itu, menghadirkan seluruh perwakilan BEM Universitas di Indonesia  sebagai ajang silaturahmi. Universitas Negeri Surabaya (UNESA) menjadi tuan rumah saat itu. Diakhir kegiatan, panitia acara mengajak rombongan delegasi BEM untuk berkunjung ke rumah jabatan walikota Surabaya, saat itulah saya dan rekan-rekan langsung bertatap muka dengan Walikota Surabaya yang belum berapa lama menjabat sebagai walikota. Ia menyambut kami dengan baik. Dalam sambutannya, ia memberikan kami banyak motivasi tentang kepemimpinan, banyak ilmu yang kami serap dari beliau. 

Memang kota Surabaya yang ia pimpin tidak semudah membalikan telapak tangan, apalagi ia adalah seorang perempuan, banyak tantangan yang ia lalui, banyak pula yang harus diselesaikan. Untuk memahami apa yang dikeluhkan masyarakat, tak sungkan-sungkan ia harus turun kelapangan dan mendengar langsung keluhan warganya. Gaya khas ‘blusukan’ yang dilakukannya adalah cara terbaik untuk melihat langsung masalah yang ada, namun cara itu dinilai lain oleh kalangan elit politik di kota Surabaya bahkan ada yang menganggap kalau cara walikota Surabaya terlalu berlebihan dan sekedar pencitraan saja. Bagi saya, hal itu adalah tak perlu dinilai negatif, selagi masih ada kepekaan seorang pemimpin untuk mendengar setiap keluhan warganya. Saya sendiri menyaksikan langsung, ketika sang walikota menunjukkan kepada kami, jika didalam mobil dinasnya, ada banyak stok sembako yang sewaktu-waktu ia akan bagikan kepada warga miskin jika hendak berpergian, gaya kepemimpinannya ini memang sudah lama ia lakukan tanpa pengawalan dari media. Bagi ibu Risma, apa yang dilakukannya saat ini, bentuk pertanggung jawabannya ada diakhirat nanti. 

Sumber : Ibu Risma Saat di Acara Mata Najwa

Dalam wawancara di acara mata najwa, beberapa kali sang presenter Najwa Sihab' menanyakan, “apakah ibu akan berhenti sebagai walikota Surabaya disaat masyarakat masih membutuhkan anda?” Walikota itupun enggan untuk menjawabnya. Sepertinya ada yang mengganjal dihati Risma sehingga ia tak mau menjawab atau mungkin banyaknya tekanan politik yang ia terima. Hingga akhirnya, air mata pun mengalir disela-sela pipinya, tangisan ibu Risma seakan memberi isyarat, kalau ia belum bisa melepas kota Surabaya, ia masih mempunyai tanggung jawab besar, sebab masyarakat masih membutuhkan seorang pemimpin seperti Tri Rismaharini, seorang walikota perempuan yang berjiwa super dan berhati mulia.

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts