Tuesday, May 27, 2014

Membangun Desa Untuk Negeri



Salah satu kebijakan pemerintah pusat setelah diberlakukannya Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa dan dua Peraturan Pemerintah (PP) untuk penjabaran Undang-Undang tersebut adalah seluruh desa di Indonesia menerima kucuran dana transfer dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ada sekitar 72 ribu desa diseluruh indonesia yang bakal mendapatkan dana itu, menurut Pak Gamawan selaku Menteri Dalam Negeri, anggaran tersebut akan diberikan ke masing-masing desa tergantung pada kondisi desa sebab akan disesuaikan dengan luas desa, jumlah penduduk, dan tingkat kebutuhan hidup desa untuk setiap tahunnya.

Di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara, 211 desa dari 21 kecamatan bakal mendapatkan kucuran dana itu, masing-masing desa akan mengelola dana tersebut untuk kebutuhannya selama satu tahun. Mungkin ada yang berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang masih memiliki desa dalam satu cakupan wilayah kota atau kabupaten. Di kabupaten Buton, pemerintah setempat berkerjasama dengan lembaga Non Pemerintah (NGO) membentuk semacam kelompok pemuda yang didominasi oleh mahasiswa. Kelompok itu dibentuk untuk mendampingi para kepala desa dalam pengelolaan keuangan didesa, mereka kerap disebut sebagai Volunteer yang secara sukarela membantu tugas-tugas kepala desa mulai tahap perencanaan, realisasi program, sampai pada tahap pelaporan.

Dua bulan sebelum para Volunteer ini terjun ke masyarakat desa, mereka dibekali dengan ilmu dan pengetahuan agar mengetahui bagaimana cara mengelola keuangan didesa. Mereka sangat antusias, ada banyak manusia-manusia dikota yang tak paham bagaimana kehidupan masyarakat desa, dari sinilah mereka belajar tentang arti dari kehidupan masyarakat desa yang hidup dipelosok. Selama pelatihan, para Volunteer dilatih untuk bisa memahami betapa pentingnya proses penganggaran pada setiap program yang dicanangkan oleh pemerintah desa, sebab dari situlah kebijakan pembangunan dan majunya suatu desa ditentukan. Bagi saya, ini menjadi pengalaman baru buat mahasiswa-mahasiswa yang berada di Bumi Anoa, selain menjalankan tugas dari Tridharma Perguruan Tinggi mereka juga bisa merasakan langsung setiap denyut nadi masyarakat desa.
Sumber: Anak Bajo Sedang Santai
Sumber: Seorang Ibu di Desa Bajo
Kehidupan masyarakat desa tak lepas dari masyarakat kota begitupun sebaliknya, dua sisi kehidupan masyarakat ini saling ketergantungan, disatu sisi masyarakat desa bergantung dengan masyarakat kota dan di lain sisi masyarakat kota juga membutuhkan hasil jerih payah masyarakat desa. Tapi tak sedikit masyarakat kota selalu beranggapan bahwa di desa itu tampak kumuh, ‘kampungan’, dan bodoh. Masyarakat kota sering menyepelehkan masyarakat desa, padahal mereka tak sadar jika isi perut dari apa yang mereka makan selama ini adalah hasil dari tanam dan tangkapan masyarakat desa. Masyarakat desa sangat menyatu dengan alam, mereka sangat mensyukuri nikmat dari sang Pencipta yang sudah menyediakan lahan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, sangat jauh berbeda dengan prilaku masyarakat kota yang gemar merusak hutan, mereka menebang pohon yang sudah ditanami oleh warga bertahun-tahun lamanya, mereka menggali lubang besar (tambang) untuk mendapatkan keuntungan pihak asing  dan mengabaikan dampak dari kerusakan alam itu. 

Sumber: Penghuni Pasir Desa Batubanawa

Kita sebenarnya lupa dengan perjuangan masyarakat desa selama ini, bahwa tanpa sebuah kampung yang bernama desa itu maka masyarakat modern yang bermukim di kota tak ada sama sekali. Kita mesti bangga kepada mereka, bahwa dari desa lahir seorang anak kampung yang kini duduk dikursi birokrasi, dari mereka, ada yang kini menjadi guru besar disalah satu perguruan tinggi dan yang paling penting adalah peradaban itu dimulai dari desa.       
     
  Baubau, 27 Mei 2014

2 comments:

  1. Sepakat saudara. Btw saya suka sekali dengan gambar padi di Ngkari-Ngkarinya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap knda,,
      Nanti sy kirim kalau sudah panen padinya :D

      Delete

Popular Posts