HARI ini, mungkin saya salah satu orang yang paling
beruntung. Bagaimana tidak, baru beberapa ratus meter kupacu kuda besiku dari
rumah menuju kampus, tiba-tiba kudengar bunyi
pluit,"preeet....preeeeet..."
tadinya kupikir itu wasit dari lapangan sepak bola. Tapi perkiraan saya
meleset jauh, ia datang menghampiriku, wajahnya tampak serius.
"Hey...
Kamu..
saya?" Jawabku.
iya
kamu"...
"Bagaimana
pak ada yang bisa saya bantu?",
jawabku dengan santai agar ketakutanku tak menghantui.
"Mana
kaca spionmu?"
"Aduuh....saya
lupa pak, eh.. anu..hilang, dicuri mungkin.."alasanku sangat membingungkan, pantas saja pak
polisi langsung mencabut kunci motor yang masih menggantung dimotorku.
"Ayo
ikut kepos jaga.." jawab sangar
pak polisi.
Sesampainya dipos penjagaan, saya
ditanya soal kelengkapan motor.
“Maaf
pak motor saya memang kondisinya seperti ini” Jawabku singkat saja.
“Aduuh...
tolong lah kaca spion kamu dipasang yah... tidak enak rasanya dengan pengendara
lain, aturan kita harus tegakkan, kita harus tertib berlalu lintas” kata polisi
itu. Ia langsung memberikan kunci motorku yang sempat dirampas tadi.
”Siap
pak, akan saya lengkapi motor saya, trimakasih..”. Tanpa panjang lebar, saya langsung angkat kaki
dari hadapan polisi itu.
Motorku yang tadinya berada diantara motor lain yang
ditahan, kini bisa lolos dari kumpulan motor-motor itu. Maklumlah, motorku tak
orisinil lagi, body nya sudah kuganti
dengan warna lain, umurnya sudah memasuki enam tahun lamanya. Akhir-akhir ini
saya mulai tak merawatnya lagi, oli mesinnya pun hampir tiga bulan tak kuganti, begitulah...
Saya hampir tidak bisa membayangkan, jika saja tadi motorku ditahan pak polisi, pasti akan rumit urusannya dan sayapun "galau", sebab dari motor itulah langkah saya menjadi panjang, satu-satunya aset saya yang banyak membantu hingga lulus kuliah. Bisa dibayangkan jika kita sedang asik berkendara dan tiba-tiba dihentikan oleh polisi, pastinya kamu akan marah, tapi itulah tugas sang pengatur lalu lintas, mereka tak boleh disalahkan. Para pengendara kerap ber alibi jika pak polisi kerjanya hanya menilang dan meminta sejumlah uang, mestinya kita bisa mengkoresi diri dalam berlalu lintas, apakah kendaraan kita utuh dan layak berada diatas jalan raya? Terlepas dari itu semua, pelajaran hari ini tentu
sangatlah bermakna. Pak Polisi juga itu manusia biasa, mereka berkerja siang
dan malam untuk mengatur lalu lintas jalan raya. Bayangkan kalau tak ada
polisi, mungkin saja para pemilik mobil dan motor seenaknya saja lewat dan main sambar. Fakta lain adalah traffic
light atau lampu lalu lintas, para pengendara selalu saja melanggar, entah
mereka buta warna atau sengaja menerobos karena alasan lama menunggu. Inilah budaya
kita dalam berlalu lintas yang harus kita buang jauh-jauh.
Beberapa hari ini, polisi lalu lintas terus menggelar
sosialisasi helm masker, tujuannya adalah agar masyarakat paham bahwa
pentingnya menggunakan helm berstrandar nasional itu. Beberapa pengendara yang
tergabung dalam persatuan ojek menggelar unjuk rasa sebagai bentuk protes atas
kebijakan penggunaan helm standar ganda untuk para penumpang. Mereka menolak
jika yang diboncenginya juga harus memakai helm masker.
“eh...
malasku. Masa kita punya penumpang juga mau dikasih pake helm besar, kalau kita
mau beli padahal mahalnya mi, sebenarnya kita mau, tapi kecuali dikasi gratis itu helm”, Cetus La Uka salah
seorang tukang ojek senior yang cukup lama dinas dijalan raya.
Memang ini berat bagi para tukang ojek dengan berpenghasilan
rendah, jika aturan itu diberlakukan, pastinya mereka harus membeli dengan
harga yang cukup mahal. Bagiku, seharusnya pemerintah bisa memikirkan nasib
para tukang ojek ini. Setahu saya, jika didaerah lain ada pembagian helm standar
ini secara cuma-cuma kepada para tukang ojek sebagai bentuk kenyamanan dalam
berkendara, mengingat angka kematian cukup tinggi diatas jalan raya. Salah satu
penyebabnya ketika para pengendara roda dua tak menggunakan helm yang
berstandar.
Di kota kecil seperti Kota Baubau ujung tenggara
pulau Sulawesi, jumlah kendaraan roda dua sangatlah banyak. Bisa dibayangkan
hampir setiap dealer motor bisa mengeluarkan 3 sampai 6 motor untuk setiap
harinya jika dikali dalam sebulan maka bisa mencapai rata-rata 180 motor
ditambah lagi jumlah dealer motor yang mulai menjamur dikota ini. Kata seorang
teman yang berkerja disebuah dealer motor, biasanya dalam sebulan ada sekitar
500 motor baru yang terjual dari semua dealer motor. Salah satu penyebabnya
adalah para konsumen tertarik dengan proses pembiayaan, sebab dengan uang muka
500 ribu saja mereka sudah bisa memiliki motor. Pantas saja, dahulu kota ini
sering dijuluki sebagai kota seribu Ojek.
Salah satu pekerjaan yang dianggap
layak oleh warga baubau sebagai pekerjaan alternatif untuk mencari nafkah, banyak dari mereka adalah lulusan sarjana yang tak bernasib baik untuk berkerja di salah satu perkantoran, apalagi sempitnya lapangan
pekerjaan dikota ini. Para tukang ojek sering mengalami kecelakaan yang tak
diduga, banyak dari mereka meninggal dalam kedinasan, ironinya pemerintah
seolah buta dengan kehidupan rakyatnya. Pekerjaan mengojek itu nyawa
taruhannya. Siapapun capres dan cawapres terpilih nantinya harus memikirkan nasib para tukang ojek.
Hidup Ojek!!!
Baubau, 28 Mei 2014
0 komentar:
Post a Comment