Bebeberapa hari ini saya coba kembali mengingat dan
membayangkan nasib daerah ini. Kota Baubau yang dikenal dengan negeri Khalifatul Khamis, seperti apa nanti kedepannya. Hampir dua tahun terakhir ini ingatan itu masih tersimpan dengan baik, ini tentang janji besar yang biasa
disebut dengan visi misi. Hampir semua visi misi yang kukenal pastinya selalu
berpihak kepada masyarakat. Pemerintah kota Baubau yang dikomandoi oleh bapak
AS Thamrin bersama Wa Ode Maasra Manarfa sejak dilantik tahun 2013 lalu sudah
punya rencana besar untuk mensejahterakan rakyatnya melalui visi misi itu.
Di dalam kawasan benteng keraton Buton yang merupakan pusat kebudayaan dan kesultanan buton, kedua pasangan itu pernah menjelaskan kalau fokus utama dari visi misinya bertumpu pada pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM), bahwa apapun yang akan dibangun nantinya, entah itu membangun jembatan atau gedung-gedung pencakar langit asalkan semua itu tidak mengabaikan pembangunan sumber daya manusianya, itu kata sang Walikota yang baru saja dilantik. Pelantikan itu berlangsung didalam kawasan benteng keraton didalam Baruga depan Masjid Agung Keraton Buton. Bayangan saya saat itu adalah siapapun pejabat yang pernah dilantik ditempat yang sakral itu, maka harus benar-benar bisa menjadi seorang pemimpin yang amanah serta bisa mempertanggung jawabkan jabatannya. Dahulu para sultan juga pernah dilantik di tempat itu yang dikenal dengan Batu Popaua tak jauh dari baruga tempat dilantiknya Walikota dan Wakil Walikota Baubau periode 2013-2018 itu.
Di dalam kawasan benteng keraton Buton yang merupakan pusat kebudayaan dan kesultanan buton, kedua pasangan itu pernah menjelaskan kalau fokus utama dari visi misinya bertumpu pada pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM), bahwa apapun yang akan dibangun nantinya, entah itu membangun jembatan atau gedung-gedung pencakar langit asalkan semua itu tidak mengabaikan pembangunan sumber daya manusianya, itu kata sang Walikota yang baru saja dilantik. Pelantikan itu berlangsung didalam kawasan benteng keraton didalam Baruga depan Masjid Agung Keraton Buton. Bayangan saya saat itu adalah siapapun pejabat yang pernah dilantik ditempat yang sakral itu, maka harus benar-benar bisa menjadi seorang pemimpin yang amanah serta bisa mempertanggung jawabkan jabatannya. Dahulu para sultan juga pernah dilantik di tempat itu yang dikenal dengan Batu Popaua tak jauh dari baruga tempat dilantiknya Walikota dan Wakil Walikota Baubau periode 2013-2018 itu.
Dari penjelasan visi misi Walikota Baubau bapak AS. Thamrin.
Ketua PAN kota Baubau itu memperkenalkan tujuh keunggulan potensi dasar yang
dimiliki Kota Baubau sekaligus keterbatasan, kendala, dan hambatan yang
dihadapi nantinya. Ketujuh yang dimaksudnya itu adalah potensi budaya berupa
benda-benda monumental, seni, dan budaya yang membanggakan, keunggulan letak
geografis yang sangat strategis sebagai kota transit di wilayah indonesia timur
dan barat, keunggulan heterogenitas masyarakatnya, keunggulan potensi alam
dengan beberapa lokasi wisata yang memadai untuk dikembangkan, dan keunggulan
kota jasa sebagai sentra pertumbuhan ekonomi di kawasan timur indonesia.
Sementara tujuh keterbatasan, kendala, dan hambatan yang dihadapi, menurutnya adalah belum meratanya sentuhan pembangunan dari berbagai sudut kota, kendala potensi alam yang relatif tandus dan tekstur tanah yang bebatuan dibeberapa bagian wilayah kota, kendala permasalahan aset-aset kota yang belum tertib, permasalahan batas wilayah yang rentan mengandung konflik horizontal, kendala dari kondisi transportasi yang belum tertata rapi, terdapatnya aset pemerintah yang tidak dimanfaatkan sehingga Opportunity Lost, dan masalah pertanahan yang memerlukan penanganan serius,” jelas Thamrin. Selain itu, ia juga menjelaskan istilah dari jargon “TAMPIL-MESRA” yang sulit diterjemahkan kedalam program dan kegiatan. Singkatan “TAMPIL” merupakan kata yang menjadi prakondisi untuk mencapai akhir dari perjuangan yaitu mensejahterakan rakyat “MESRA”. Kalau diartikan huruf demi huruf, “T” berarti Tertib, “A” berarti Aman, “M” berarti Maju, “I” berarti Indah, “L” berarti Lancar. Lalu huruf “P” dari kata TAM’P’IL itu apa? Kalau disambung menjadi “TAMIL”. Mungkin ini menjadi hal tak subtantif untuk dibahas, tapi yang menarik untuk dijadikan bahan diskusi adalah relasi antara jargon, Visi Misi dan Program kerjanya.
Sementara tujuh keterbatasan, kendala, dan hambatan yang dihadapi, menurutnya adalah belum meratanya sentuhan pembangunan dari berbagai sudut kota, kendala potensi alam yang relatif tandus dan tekstur tanah yang bebatuan dibeberapa bagian wilayah kota, kendala permasalahan aset-aset kota yang belum tertib, permasalahan batas wilayah yang rentan mengandung konflik horizontal, kendala dari kondisi transportasi yang belum tertata rapi, terdapatnya aset pemerintah yang tidak dimanfaatkan sehingga Opportunity Lost, dan masalah pertanahan yang memerlukan penanganan serius,” jelas Thamrin. Selain itu, ia juga menjelaskan istilah dari jargon “TAMPIL-MESRA” yang sulit diterjemahkan kedalam program dan kegiatan. Singkatan “TAMPIL” merupakan kata yang menjadi prakondisi untuk mencapai akhir dari perjuangan yaitu mensejahterakan rakyat “MESRA”. Kalau diartikan huruf demi huruf, “T” berarti Tertib, “A” berarti Aman, “M” berarti Maju, “I” berarti Indah, “L” berarti Lancar. Lalu huruf “P” dari kata TAM’P’IL itu apa? Kalau disambung menjadi “TAMIL”. Mungkin ini menjadi hal tak subtantif untuk dibahas, tapi yang menarik untuk dijadikan bahan diskusi adalah relasi antara jargon, Visi Misi dan Program kerjanya.
Inilah yang menjadi tak menarik dari sosok pemerintahan ini.
Pemerintahan yang kurang gizi, istilah tersebut sangatlah pantas ditunjukkan di
rezim TAMPIL MESRA ini. Kurang gizi dalam kesehatan adalah suatu kondisi yang
terjadi ketika ada kekurangan nutrisi penting tertentu. Kekurangan gagal untuk
memenuhi tuntutan tubuh yang menyebabkan efek pada pertumbuhan kesehatan fisik,
suasana hati, perilaku, dan fungsi-fungsi lain dari tubuh. Oleh karena itu,
kekurangan gizi memerlukan kondisi dimana makanan tidak berisi keseimbangan
yang tepat nutrisi. Ini mungkin berarti tinggi kalori diet tapi kekurangan
vitamin dan mineral. Jika istilah tersebut dibawa dalam pemerintahan, maka sangatlah
tepat dengan apa yang apa yang kita lihat dan rasakan saat ini. Yang kurang
berisi dari pemerintahan sekarang adalah hampir dua tahun ini belum nampak program
apa yang sudah dilakukan dari pemerintah kota Baubau, hampir tak ada gagasan
untuk membangun daerah ini. Janji besar yang pernah saya dengar, juga belum ada
yang disentuhnya.
Yang kulihat dari kota ini, masih utuh dari warisan rezim
sebelumnya. Mulai dari pemanfaatan sumber daya alam sampai yang paling penting
adalah peningkatan sumber daya manusia. Masih tersimpan jelas memori saya soal
anak-anak sekolah yang hendak mengikuti adu ketangkasan pengetahuan didaerah
lain, namun terkendala karena pemerintah kota tak mampu membiayainya untuk berangkat,
masih teringat jelas soal beberapa murid SD melakukan demonstarsi karena guru
kesayangannya dimutasi. Ini potret sebagian kecil dari banyaknya program
pemerintah terkait peningkatan SDM yang gagal. Yang kutahu, selama pemerintahan
ini berjalan hanyalah pemutasian ber episode yang sudah menjadi topik utama
setiap pergantian kepala daerah. Belum lagi lemahnya pengawasan dalam birokrasi
yang memberi peluang bagi para koruptor yang sudah merapok uang rakyat.
Ini hanya sekedar gambaran singkat dari pemerintahan yang
kurang gizi. Untuk itu, yang diharapkan dari pemerintahan kota Baubau dibawah
sang walikota Baubau bapak AS. Thamrin adalah disarankan untuk segera mengobati
semua penyakit yang menghambat proses pertumbuhan disegala lini sektor dan memastikan
semuanya tumbuh sehat dan kembali gemuk agar kemakmuran masyarakat bisa
diwujudkan sebelum masa periode jabatan berakhir.
Baubau, 09 Agustus 2014
0 komentar:
Post a Comment