Semenjak tersiar kabar kalau telah
ditetapkannya Kabupaten Buton Selatan dan Kabupaten Buton Tengah resmi menjadi
daerah otonomi baru, masyarakat yang berada di dua wilayah itu menyambutnya
dengan sangat gembira. Kabar baik itu telah menjawab harapan mereka selama ini,
harapan untuk mendapatkan akses pelayanan dengan cepat dan mudah, harapan
daerahnya bisa lebih maju dan sejahtera, dan harapan untuk mendapatkan
lapangan pekerjaan yang layak. Atas doa dan perjuangan mereka, akhirnya mimpi dan
harapan itu menjadi kenyataan.
![]() |
Sumber: Yadi La Ode |
Belum lama ini DPR RI telah
menetapkan dua Daerah Otonomi Baru (DOB) hasil pemekaran dari Kabupaten Buton
melalui rapat paripurna DPR RI tanggal 24 Juni 2014 yang lalu di Jakarta. Mendengar
kabar baik itu, masyarakat meluapkan kegembiraannya dengan menggelar acara
syukuran. Mereka tak menyangka jika daerahnya telah disepakati dan disetujui
para wakil rakyat untuk menjadi kabupaten baru. Memang, perjuangan mereka
banyak menyita waktu, menguras banyak tenaga dan pikiran serta tak segan-segan
masyarakat yang pro pemekaran itu rela berkorban demi apapun agar tuntutannya
bisa dipenuhi.
Akhir-akhir ini banyak dari
kalangan menggelar acara diskusi, baik itu formal atau hanya sekedar nongkrong
di sebuah warung kopi. Dari diskusi yang saya ikuti, mereka banyak berbicara
tentang perjuangan dari titik awal perjuangan, hambatan dan masalah yang
dihadapi hingga daerahnya lolos dan ditetapkan menjadi kabupaten baru. “Perjuangan
pemekaran ini tidak mudah, kami melakukan aksi turun jalan dan menduduki kantor
wakil rakyat, tak sedikit dari kami harus rela tidur dijalan”. Kata seorang
pejuang pemekaran itu. Cukup lama mereka berdiskusi tentang keterlibatannya
mengawal pemekaran sampai akhirnya mereka kembali memikirkan siapa nantinya
yang akan menjadi pejabat di daerah baru itu nantinya. Topiknya menjadi penting
sebab ini menyangkut para elit yang akan mengisi kursi-kursi pemerintahan.
Diskusi politik itu mengalir ditengah suasana malam yang semakin dingin, banyak
dari mereka mencoba menganalisis keterlibatan tokoh-tokoh politik di daerah itu
dan kemungkinannya akan masuk ke kursi pemerintahan. Ada juga yang sudah
membangun relasi dengan calon pejabat agar bisa diperhatikan bila suatu saat
menjabat, bahkan ada pula yang sudah
berkomitmen tentang pekerjaan apa yang akan didapatnya nanti. Dalam
benak saya, apakah ini bentuk perjuangan mereka selama ini? kenapa mereka tidak
mendiskusikan potensi dan bagaimana daerah itu bisa berkembang nantinya. Selama
ini kita tak tahu pasti jejak rekam dari masing-masing pejabat itu, sebab itulah
tugas kepala daerah nantinnya yang bisa menyeleksi kepada siapa yang pantas dan
bisa berkerja.
Proses ini memang lah cukup
panjang, gelombang unjuk rasa menjadi jalan akhir ketika jalur diplomasi tak di
sahuti. Lobi-lobi di daerah sampai ke pusat memerlukan sumber daya yang tidak
sedikit. Masyarakat yang awam soal politik hampir tidak tahu pasti tentang
perjuangan di balik layar hingga melahirkan banyak asumsi soal kepentingan
balas jasa. Masyarakat tak tahu menahu soal seberapa besar imbalan para pejuang
pemekaran itu nantinya. Siapakah sebenarnya pejuang pemekeran yang dimaksud, bukankah
semua masyarakat yang terlibat langsung adalah pejuang. Benar kemungkinan jika
yang dimaksud adalah mereka yang terjun langsung dalam proses lobi-lobi, entahlah
siapa yang dimaksud. Tetapi masyarakat lah yang berjasa dari pemekaran yang
dimaksud, masyarakat menjadi ujung tombak dari perjuangan selama ini.
Secara geografis Kabupaten Buton
memang cukup besar. Sebagai kabupaten induk sudah sepantasnya merelakan kedua
wilayah (Buteng dan Busel) untuk mekar dari Kabupaten Buton. Alasan mendasarnya
adalah soal akses pelayanan publik yang selama ini cukup jauh dengan masyarakat,
lapangan pekerjaan belum terbuka lebar, perekonomian masyarakat yang
tertatih-tatih. Kita belum bisa banyak bicara soal pembangunan, sebab faktor
pembangunan membutuhkan banyak sarana penunjang lainnya diantaranya sumber daya
alam belum dikelola secara maksimal dan peningkatan sumber daya manusia yang
masih belum diperhatikan secara serius. Tidak lama lagi pelaksana bupati di dua
daerah yang baru mekar itu akan dilantik. Maka pemerintahan yang baru akan
berjalan, masyarakat menantikan kerja-kerja mereka di pemerintahan. Sejatinya,
semua komponen terlibat aktif untuk mengawal setiap kebijakan yang diambil.
![]() |
Sumber: Yadi La Ode |
Baubau, 5 September
2014
0 komentar:
Post a Comment