Kabar tak sedap baru-baru ini
mencuat di tanah Bumi Anoa setelah nama seorang kepala daerah
disebut-sebut memiliki rekening “gendut” dengan nilai puluhan miliyar. Siapa lagi kalau bukan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam lelaki kelahiran 9 Juli 1967 di
Konde Sulawesi Tenggara. Dari hasil investigasi majalah Tempo edisi 8 September
2014, mereka membeberkan ada aliran dana yang nilainya besar dari seorang
pengusaha tambang asal Taiwan. Data tersebut berdasarkan Pusat Pelaporan dan
Transaksi Keuangan (PPATK) yang mengendus adanya kejanggalan aliran dana. Kini,
kasus tersebut dalam proses pemeriksaan Kejaksaan Agung.
Nama NUR ALAM tiba-tiba saja
kembali terkenal setelah wajahnya kini banyak terpampang di media publik (cetak dan elektronik). Kasusnya menjadi topik hangat dalam berbagai perbincangan. Masalah tersebut langsung ditanggapi serius oleh masyarakat. Mereka tergabung dalam beberapa kelompok penggiat Anti Korupsi dan mahasiswa. Para demonstran menggelar unjuk rasa
mendesak KPK untuk segera memeriksa Nur Alam karena diduga kuat melakukan
Tindak Pidana Pencucian Uang senilai USD 4,5 Juta dari seseorang bernama Mr.
Chen pengusaha asal Taiwan. Wartawan berusaha ingin mewawancarai Nur Alam,
namun dirinya enggan berkomentar. Saat dirinya di sebut-sebut menerima aliran
dana, justru sang Gubernur memerintahkan anak buahnya untuk membubarkan secara
paksa unjuk rasa yang di gelar beberapa waktu lalu. Akibatnya, massa aksi
berhamburan dan melarikan diri. Beberapa dari mereka babak belur di hajar oleh
oknum berpakaian preman. Inilah bentuk perlawanan pemerintah yang alergi
terhadap demonstrasi. Kejadian serupa juga sering terjadi di daerah-daerah lain
di Sulawesi Tenggara. Pejabat sering memakai “Preman” untuk mengintimidasi
massa yang melakukan unjuk rasa. Herannya, polisi seakan tak bergerak. Sudah semestinya sang Gubernur diperiksa.
Mengingat, keberadaan tambang di Sulawesi Tenggara kian menjamur. Entah, izin
tambang bisa dengan cepat diterbitkan oleh Kepala Daerah. Hal ini disinyalir
ada permainan antara pengusaha dengan para birokrasi di Sulawesi Tenggara.
Kota Kendari adalah ibukota Sulawesi
Tenggara, tempat sang Gubernur berkantor. Ia berkuasa di 17 kota dan kabupaten,
mayoritas para Walikota dan Bupati adalah rekan se partainya di
Partai berlambang matahari yang ia pimpin di Sulawesi Tenggara. Melalui Partai
Amanat Nasional (PAN), Nur Alam telah berhasil memenangi Pilkada selama dua kali. PAN memang menggaung di wilayah ini, para legislatornya juga
mendominasi kursi di dewan. Keberhasilan Nur Alam di partainya memang di apresiasi,
sebab ia mampu menjadikan Sultra sebagai basis PAN sampai saat ini. Selama ia menjabat sebagai gubernur, pembangunan hampir tak ada yang terlihat dari tangannya. Beberapa program yang ia idolakan untuk desa masih belum optimal. Salah
satu program andalannya adalah bantuan keuangan untuk Desa, Kelurahan dan Kecamatan atau
sering dikenal dengan istilah Block-Grant. Program ini merupakan salah satu program pokok
dalam strategi pembangunan Bahteramas yang selalu di gadang-gadang untuk
dijadikan icon pembangunan daerah di Sultra. Melalui program ini, konon Nur Alam akan mewujudkan berbagai harapan masyarakat, khususnya dalam konteks
penyediaan fasilitas infrastruktur pemerintahan desa/kelurahan dan pengembangan
ekonomi rakyat. Tetapi, pelaksanaan program Bantuan Keuangan di lapangan masih
diperhadapkan pada beberapa kendala teknis dan kelembagaan yang berdampak pada
belum optimalnya pencapaian sasaran pengucuran dana Bantuan Keuangan Desa,
Kelurahan dan Kecamatan itu sendiri.
Sayangnya, hari ini sang Gubernur
tersandung kasus yang sangat serius. Kasusnya kini sedang dalam proses di Kejaksaan,
sebuah lembaga yang diharapkan bisa menjaga independesinya. Kita berharap
banyak dari lembaga penegak hukum, mereka tak boleh masuk angin. Masalah ini
harus segera di proses. Penegak hukum tak pandang bulu untuk memberantas mafia-mafia
tambang yang sudah cukup lama bermain dengan nyaman. Cukup sudah alam ini mereka kuras
lalu di bawa pergi keluar sementara masyarakat lokal tak menikmatinya sama
sekali. Kasus yang menyeret nama pejabat penting di Sulawesi Tenggara mesti
ditelusuri sampai keakar-akarnya. Siapa tahu dari kasus ini, akan terkuak
nama-nama pejabat lain yang ikut bermain dan menerima aliran dana dari para
pengusaha tambang. Bila benar itu terjadi, ini pertanda cahaya itu mulai
meredup seiring dijebloskannya Guber-Nur Alam ke dalam hotel prodeo. Kita tunggu...
Baubau, 19 September
2014
0 komentar:
Post a Comment