KITA sudah saksikan bersama, 34 orang masuk dalam Kabinet Kerja Joko Widodo
dan Jusuf Kalla. Ada banyak wajah-wajah baru yang menghiasi kursi Kementrian kali
ini. Dari formasi kabinet, 13 orang diambil partai politik dan 21 orang dari
kalangan profesional. Ada perbedaan dengan kabinet presiden yang lalu. Kabinet Kerja ala Jokowi JK tak se
ekslusif kabinet Presiden SBY. Di Kabinet baru Jokowi JK, 8 orang dipilih
dari kaum perempuan. Mereka dipilih dengan sangat selektif dan memiliki jejak
rekam yang baik. Mereka tak begitu saja masuk dan mengisi kursi kementrian.
Melalui hak prerogatif Presiden, nama-nama calon menteri di filter terlebih
dahulu oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebelum di umumkan dan masuk dalam
jajaran Kabinet Kerja. Hal itu mencegah adanya kemungkinan menteri-menteri yang tersandung kasus korupsi saat menjabat nantinya.
![]() |
Sumber: Setneg.go.id |
![]() |
Sumber: koran-sindo.com |
Dari beberapa menteri perempuan yang ditunjuk Presiden, adalah Susi
Pudjiastuti salah satunya. Ia ditunjuk sebagai menteri kelautan dan perikanan.
Namanya kini ramai diperbincangkan karena dirinya hanya lulusan SMP. Pemilik pesawat Susi Air ini menjadi topik hangat yang diperbincangkan di
dunia maya. Tak sedikit dari mereka melontarkan kritik pedas kepada Presiden karena mengangkat Susi menjadi menteri. Para pengkritik menyayangkan sosok menteri
yang perokok, bertato, dan tak memiliki gelar akademik itu masuk dan menjabat
sebagai menteri. “Kok ada menteri diangkat dari lulusan SMP? kalau tau gitu
kita tak perlu sekolah tinggi-tinggi donk” tulis seorang pemilik akun di media
sosial. Sepanjang komentar yang kulihat ada banyak cacian dan hinaan yang bergulir
dari warga di media sosial itu.
Melihat jejak rekam Susi Pudjiastuti. Ia mengawali karirnya dengan menjadi pengepul ikan disebuah tempat di pangandaran. Pendidikan yang ditempuh memang tak sampai
menamatkan diri hingga ia lulus SMA. Namun tak henti sampai disitu. Setelah ia
tidak lagi bersekolah, Susi terus berusaha dengan bisnisnya hingga ia
mendirikan pabrik pengolahan ikan dan terus meluas hingga dipasarkan ke Asia
dan Eropa. Usahanya sempat merosot saat ia menjalankan misi kemanusiaan di Aceh.
Kejadian itu merubah arah bisnisnya disaat bisnis perikanannya mulai merosot.
Susi membantu dan menyewakan pesawatnya selama tiga tahun untuk mengangkut
logistik para korban tsunami. Pada akhirnya, usaha itu melebar sampai ke
perusahaan penerbangan dan memiliki 50 pesawat terbang dari beragam jenis. Dari
usaha dan bisnisnya, sederet prestasi dan penghargaan ia peroleh. Kini, ia
telah ditunjuk sebagai menteri perikanan dan kelautan Republik Indonesia.
“Suatu hari, di acara
lomba menggambar yang di ikuti oleh ribuan Profesor dan Seorang anak Taman
Kanak-Kanak. Dalam acara itu, panitia lomba memberi soal dengan judul
“Menggambar Hantu” lalu diberikannya pensil dan kertas sebagai peralatan
menggambar. Beberapa saat kemudian, para Profesor itu kebingungan dengan soal
yang diberikan oleh panitia lomba. Tetapi tidak dengan peserta lain, adalah
seorang anak Taman Kanak-Kanak. Ia tak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan
soal yang diberikan kepadanya. Anak itu langsung mengambil alat gambar lalu
mencoret-coret kertas dengan sebuah pensil. Baginya, itulah jawaban yang benar.
Para Profesor itu justru tak melakukan apapun, mereka bingung dengan soal yang ada.
Anak itu dengan gampangnya menyelesaikan gambar dan akhirnya ialah pemenang
dari lomba itu.”
Kejadian menarik juga
pernah dialami petani itu. Ia kedatangan seorang tamu dari dinas terkait. Tamu
itu datang untuk melihat kolam ikan miliknya. Karena melihat banyaknya jenis
ikan yang disimpan dalam satu kolam, tamu itupun bertanya. “Kenapa semua jenis
ikan disimpan dalam satu kolam? Apakah ikan-ikan itu tidak saling memakan?
Petani itupun dengan gampang menjawab. “Selagi ikan-ikan itu sering diberi
makan, maka mereka tak saling melukai apalagi sampai membunuh. Ikan-ikan itu
justru tumbuh besar dan bertambah banyak”. Petani itu kembali bertanya kepada
tamunya, “Apakah bapak punya kolam ikan dirumah? Tamu itupun menjawab, Tidak”.
Bagi petani itu, untuk
belajar cara memelihara ikan tak perlu menunggu lama dan belajar dari pakar
atau para ahli. Kita butuh kerja nyata dan belajar dari yang pernah ada dan sudah terjadi sebelumnya. Pendidikan formal memang amat sangat penting di negeri ini, tetapi tidak mengabaikan ilmu dari mereka yang bersekolah di sawah dan di laut.
Merekalah yang selama ini banyak tahu tentang alam, justru pada mereka kita
banyak tahu tentang ilmu tanam dan ilmu tangkap. Pada nelayan dan petani kita
dapat merasakan dan menikmati hasil alam yang berlimpah ruah ini.
Bahwa anggapan mereka
yang menduduki jabatan menteri adalah orang-orang yang intelektual dan
dibuktikan sederet gelar akademik, adalah mereka yang sering berbicara
dan tampil dilayar kaca sebagai pengamat, atau kepada mereka yang banyak berjasa
dalam setiap ajang kompetisi. Bagi saya, belum tentu para penyandang gelar
itulah yang hebat dan mau berkerja untuk hajat hidup orang banyak. Tidak
sedikit dari mereka kini mendekam dibalik sel tahanan karena kecerdasannya
"merampok" uang rakyat. Kita tunggu dan beri waktu kepada wanita
lulusan SMP ini untuk berkerja.
Baubau, 30 Oktober 2014