HAMPIR sebulan saya tak membuka ruang tulis ini, sejak kesibukan menyita banyak waktu dan melibatkan diri di banyak kegiatan. Waktu menjadi sangat penting disitu. Sebenarnya kesibukan bukan menjadi alasan kuat untuk menghalangi segenap hobi. Mungkin saja, kita menjadi tidak fokus untuk memikirkan mengenai hal-hal apa saja yang mesti dituangkan kedalam tulisan. Kini, sebagai penulis baru saya banyak belajar dari Hernowo melalui bukunya “Mengikat Makna”. Buku yang kudapat dari sang senior Yusran Darmawan yang selama ini menjadi teman dan guru didik saya dalam dunia kepenulisan, meski ia tidak megajarkan secara langsung kepada saya tentang bagaimana cara dan teknik yang baik. Namun, saya dapat belajar dari setiap tulisan yang di postingnya. Tulisannya penuh dengan makna dan tak bosan-bosannya untuk selalu dibaca. Setiap tulisan yang selalu ia hadirkan, tak satupun kulewatkan untuk dibaca. Beberapa buku juga ia sudah buat dan kini banyak beredar di toko-toko buku. Dari tulisan-tulisannya saya terus memotivasi diri untuk selalu menulis. Tanpa ia tahu, tulisannya telah banyak kubaca dan telah mengajarkan banyak hal tentang pentingnya menulis di era sekarang ini. Era dimana kita sudah dengan mudahnya mendapatkan akses informasi dan saling berkomunikasi. Sayangnya, kita masih kurang memanfaatkannya dengan baik bahkan sering kali disalah gunakan untuk kepentingan lain.
Sumber: Yusran Darmawan |
Di blog, saya terbilang pendatang baru. Belum banyak catatan yang kusimpan ditempat ini. Tentu tak sebanding dengan para blogger yang produktif dalam menulis. Mereka sangat aktif. Misalnya, blog milik sang idola http://www.timur-angin.com/ yang di dalamnya ada ribuan judul tulisan dan tidak sedikit pengunjung yang pernah mampir diblog itu. Semenjak ia aktif ngeblog, tulisannya telah menginspirasi banyak orang. Itu karena ia mempunyai gaya tulis yang khas dan ringan untuk dibaca. Pantas saja ia meraih penghargaan bergengsi diajang Kompasianival dan dianugrahi sebagai Repoter Warga Terbaik dan Kompasianer Of The Year 2013, itu karena ia sangat produktif dalam menulis. Baginya, “Menulis adalah proses meditasi. Menulis adalah menjamkan semua insting dan indra kita dalam interaksi dengan semesta. Menulis adalah keheningan yang memekakan telinga kita untuk mendengar setiap tetes air dan dawai yang lirih dikesunyian. Menulis adalah proses menyatu dengan alam, proses menangkap gerak spontan semesta dan kemudian dilukis dalam kata. Menulis adalah upaya menangkap makna, mengikatnya kemudian mengabadikannya.” Itulah sebabnya, saya terdorong untuk selalu mengasah diri lewat kegiatan menulis. Maka penting bagi kita untuk selalu membaca. Sebab, membaca akan memperkaya khasanah kekayaan berpikir untuk mengekplorasi bahasa kedalam sebuah tulisan. Gaya dan bahasa tulisan yang ringan akan memikat banyak pembaca nantinya.
![]() |
Sumber: Yadi La ode |
Dari buku yang kubaca, banyak problem yang sering kali muncul dalam kegiatan membaca dan menulis. Seringkali kita menjadikannya sebagai beban, tentu akan mendatangkan strees nantinya. Tidak adanya percaya diri malah akan memunculkan kecemasan, apalagi menganggap membaca sebagai siksaan. Ketidak berdayaan kita dalam membaca dan menulis tentu menjadi masalah dalam hidup. Buku karya Hernowo telah menjawab masalah yang sering ku hadapi setiap kali ingin membaca dan menulis. Ada tiga langkah cara untuk memecahkan problem-problem membaca dan menulis. Pertama, membangun "ruang privat" didalam pikiran anda, Kedua. Menyelenggararakan kegiatan membaca dan menulis secara bersamaan, Ketiga. Berusaha sekuat daya untuk meraih makna. Disepanjang halaman buku, anda akan terbantu mengatasi problem-problem dalam membaca dan menulis. Manfaat yang didapat setelah membacanya, kita bisa menulis dengan ringan tanpa beban, dapat membaca dengan nikmat, menulis dengan penuh percaya diri, berhasil menggali setiap materi dari dalam diri, menulis dengan penuh kesabaran dan tidak terburu-buru. Tentu anda sangat berdaya setelah mempelajarinya.
Sebulan lalu saya mengalami sedikit masalah dengan akun ku di blog Kompasiana yang tiba-tiba saja terblokir. Entah, ada masalah apa sehingga saya tak bisa lagi membukanya. Saat itu saya hendak memosting tulisan. Awalnya gagal, lalu kucoba kembali. Tak ada pesan pemberitahuan dari sang admin, tiba-tiba saja muncul dilayar kalau akun ku sudah terblokir. Sontak, hati ini surut seakan tak percaya kalau masalah akan menimpa akun blog ku di kompasiana. Saya sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi dan memulihkannya. Sayangnya hingga saat ini saya sudah tak bisa membukanya lagi. Dalam batin, saya sedikit kecewa dengan sang admin. Mestinya ada pemberitahuan sejak awal agar saya bisa mengantisipasi. Mulanya, saya hanya ingin memosting tulisan terkait masalah hukum atas dugaan korupsi salah seorang kepala daerah yang sebelumnya telah diberitakan majalah Tempo. Niatnya agar opini ini bisa kembali dibaca dengan gaya dan bahasa tulisan saya. Mungkin ada yang salah dari tulisan itu sehingga merugikan pihak Kompasiana nantinya. Setahu saya, tulisan itu masih dalam batas kewajaran dan layak untuk dibaca. Entah, itu hanyalah subjektifitas saya atau mungkin saja ada kesalahan teknis saat mengoperasionalkannya dan pada akhirnya berakibat fatal.
Sumber: Yusran Darmawan |
Baiklah. Saya tak mempersoalkannya lagi, yang lalu biarlah berlalu. Saya hanya mengantarkan pemikiran ini pada sisi positif dan mengambil setiap hikmah dari setiap masalah yang menimpa. Sebagai penggantinya, saya kembali membuat akun baru lalu meminta bergabung kembali di Kompasiana. Bagi saya, menulis adalah kegiatan positif yang mesti dilakukan oleh siapa saja untuk saling berbagi pengetahuan. Ada banyak orang yang ingin berbagi informasi lewat tulisan, baik lewat media cetak atau media elektronik. Mereka tak melihat sehebat apa yang anda tuliskan. Tetapi dari tulisan anda, akan banyak yang menjadi tahu. Ada kebahagian tersendiri usai melakukan kegiatan ini dan bangga kepada sang Kompasianer Of The Year 2013 karena menjadi penulis terbaik dari ribuan orang yang menulis di blog itu.
Baubau, 23 Oktober 2014
0 komentar:
Post a Comment