MENGISI libur dengan memancing akan sangat menyenangkan di banding mencari hiburan ke tempat lain apalagi sampai menguras banyak isi dompet. Memancing disamping ini adalah olahraga melatih otot-otot juga olahraga melatih kesabaran. Tempatnya berada di alam terbuka, ini sangat menyenangkan. Setelah sepekan bergelut dengan berbagai aktivitas, kali ini kami coba meluangkan sedikit waktu untuk memanjakan diri di teluk Kapuntori. Lokasinya sekitar 48 km dari jantung kota Baubau. Hari ini saya bersama lima orang teman sedang menuju ke tempat pemancingan berikutnya setelah beberapa malam lalu kami memulainya di titik pemancingan pertama di tanjung karang pinggiran Kota Baubau. Malam itu kami cukup puas karena semua kebagian dapat ikan.
Sabtu (8/11), mobil kami melaju cepat diatas aspal mulus jalan poros Baubau Kapuntori. Waktu normal perjalanan yang kami tempuh satu jam. Yup, dan akhirnya kami pun tiba. Seluruh alat perlengkapan mancing kami periksa. Di tempat itu, kami di beri izin untuk memakai “katinting” atau perahu dari salah seorang nelayan. Dengan senang hati ia meminjamkan perahunya kepada kami, Nelayan itu hanya menjelaskan sedikit cerita tentang kondisi teluk selama ini. Di teluk ini dahulu ikan sangat berlimpah dengan berbagai macam jenis. Kami tak perlu jauh-jauh mencari ikan ke tempat lain, selama ini para nelayan sangat mengandalkan laut di teluk kapuntori untuk memancing dan menjaring ikan. Di teluk inilah ikan-ikan itu bersarang. Entah, sejak keberadaan tambang nikel itu kami mulai susah mendapatkan banyak ikan. Kondisinya sudah mulai mengkhawatirkan, tambang itu mulai mencemari laut kami. Bayangkan, bila musim hujan tiba maka teluk akan menjadi merah. Tanah dari tambang itu mengalir bersama air dari atas bukit lalu turun masuk ke dalam laut. Dampaknya, karang yang selama ini menjadi rumah-rumah ikan kini menjadi rusak. Dari wajah nelayan itu, kulihat ia sedih dengan kondisi teluk yang tak seperti dulu lagi. Matanya berkaca-kaca melihat laut yang kini mulai tercemar, dampak dari aktivitas tambang itu. Sepertinya ia sudah melihat tanda-tanda, jika suatu saat nanti teluk ini akan di hinggapi banyak kapal-kapal besar yang keluar masuk memuat hasil tambang, sepertinya ia sudah membayangkan jika suatu saat nanti anak cucunya sudah tidak melaut dan mencari ikan lagi, atau mungkin saja teluk ini akan berubah menjadi kawasan pelabuhan tambang.
Setelah mendengar cerita dari nelayan itu, kami lalu berpamitan dengan menggunakan perahu. Mesin telah di nyalakan kemudi putar haluan kami menuju ke tempat pemancingan. Butuh 10 menit untuk sampai ke titik pemancingan. Satu per satu dari kami sudah bersiap untuk melepas mata kail. Cuaca di hari itu cukup mendukung, angin tak begitu kencang, ombak pun demikian.
![]() |
Sumber: Kapal Yang Memuat Nikel di Teluk Kapuntori (calonbankirgila.com) |
![]() |
Sumber: Teluk Kapuntori (calonbankirgila.com) |
Waktu terus berjalan, cukup lama menunggu ikan-ikan itu akan sangkut di mata kail kami. Dengan penuh kesabaran kami mencoba ke titik berikutnya. Di tempat kedua kami mendapatkan hal yang sama. Sayangnya hanya beberapa dari kami yang dapat, itu pun hasil nya tak memuaskan. Hingga matahari tenggelam ikan-ikan di teluk itu entah kemana. Kami pulang dengan sedikit kecewa dan rasa ketidakpuasan. Sehari berlayar tak sebanding dengan hasil yang didapat. Paling tidak, ada beberapa masalah yang coba kami temui dan mengambil sedikit pelajaran dari tempat itu. Bisa saja umpan ikan yang kami pakai kurang berselera bagi ikan-ikan di teluk Kapuntori, tetapi itu tak menjadi alasan yang kuat untuk dijadikan masalah. Maka benar dugaan para nelayan setempat kalau laut di teluk kapuntori telah tercemar limbah tambang. Sejak masuknya investor dan membuka pertambangan di wilayah itu, para nelayan sudah mendapatkan dampak dari aktivitas mereka selama ini. Kapal-kapal tongkang yang memuat nikel telah mencemari laut tempat mereka menangkap ikan. Jika musim hujan tiba maka laut akan memerah, tanah-tanah dari tumpukan nikel masuk ke laut dan mencemari biota laut. Bahwa benar apa yang dikeluhkan para nelayan, hasil tangkapan sudah berkurang karena ikan-ikan itu sudah tak berumah lagi di teluk ini akibat ulah dari segelintir orang yang tak bertanggung jawab. Mereka adalah para perusak alam dengan mencari keuntungan pribadi lalu merugikan banyak orang. Berharap, pemerintah bisa melihat kondisi yang terjadi di teluk sana, ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya di laut hanya untuk menghidupi keluarga mereka.
Buton, 09 November 2014
0 komentar:
Post a Comment