![]() |
Sumber: Bunga di Sebuah Taman |
BELUM lama kita menyaksikan malam perayaan pergantian tahun dengan beragam jenis acara dan pesta kembang api. Letusan kembang api dan bunyi terompet menandai detik-detik pergantian tahun. Ada banyak orang yang berkumpul bersama untuk menyaksikan momen tahunan itu. Pesta kembang api memang tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, namun hampir semua daerah di tanah air merayakan dengan beragam jenis acara dan berpesta ria. Gegap gempita menyambut tahun baru jelas tergambar dari mereka yang ingin melihat langsung momen itu. Langit gelap dan mendung tiba-tiba saja di warnai dengan beragam warna kembang api dan suara terompet yang saling bersahutan. Segala harapan dan doa terucap dari mereka yang menyaksikannya malam itu.
KINI adalah awal tahun 2015. Rasa syukur saya kepada Sang Pencipta karena sampai di tahun ini pun kita masih di beri ruang untuk berada di sebuah planet yang bernama bumi. Kepada alam yang memberi kesejukkan di waktu pagi, suara burung dari ranting pepohonan, gemercik air di sebuah sungai, sampai dengan menikmati indahnya bulan di kesunyian malam. Mengawali tahun baru, barangkali ada banyak yang belum tercapai di tahun kemarin dan mesti di lakukan di tahun ini. Bila ku ingat kembali catatan tahun kemarin, masih banyak yang harus ku benahi dan mesti tuntas di tahun ini. Banyak waktu yang terbuang percuma untuk hal-hal yang tidak begitu penting. Padahal, ada hal yang sudah di rencanakan namun masih saja terabaikan dengan rencana lain yang semestinya telah selesai. Tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi sehingga segala sesuatunya tidak tercapai. Misalnya, saat ingin lanjut sekolah dan belum tercapai di tahun kemarin. Maka tahun ini adalah waktu yang tepat untuk memulai kembali harapan itu, tentu dengan niat dan sebuah usaha. Adanya tekad dari dalam diri akan membangun setiap gerakan dan langkah yang akan di ambil. Hari ini akan lebih baik dari hari kemarin, ini menjadi titik awal untuk mencapai titik berikutnya. Saya tak menyesali apa yang telah terjadi kemarin, tahun kemarin adalah pelajaran yang amat berharga dan menjadi pijakan untuk melangkah jauh ke depan.
Semenjak kuliahku selesai beberapa tahun lalu dan tak lagi menjadi anak kampus, saya lebih banyak aktif di beberapa organisasi dan komunitas. Di tempat itu, saya di tempa dengan berbagai diskusi tentang isu kedaerahan. Diskusi yang di bangun di kaji berdasarkan data dan fakta. Mereka mengkaji beberapa masalah yang kerap terjadi dan merugikan masyarakat. Kelompok-kelompok NGO dan komunitas pemuda lainnya menjadi pengontrol pemerintah di tengah maraknya kebijakan yang tidak memihak di masyarakat. Apalagi penyalahgunaan wewenang sering terjadi serta pelaku korupsi masih saja duduk nyaman disingasana nya.
Berada di tengah-tengah masyarakat bisa mendengar langsung keluh kesah mereka selama ini, melihat dengan sangat jelas tentang apa yang di alami, dan merasakan langsung ketidak adilan yang sering di alami oleh mereka. Di tempat itu, saya banyak belajar dari mereka yang lebih dulu aktif dan terlibat banyak melakukan pendampingan di masyarakat. Para penggiat sosial itu hadir untuk melihat keadaan sosial dan membantu masyarakat lewat program-program kemanusiaan.
Di tahun kemarin, masih banyak hal yang belum terselesaikan dalam segala urusan dan capaian. Meski begitu, saya mendapat pelajaran penting di tahun itu. Saya menemukan sebuah lentera yang menerangi jalan hobi saya di dunia kepenulisan. Padahal semenjak kuliah saya tak begitu tertarik menggerakan jari-jari ini untuk menulis. Sesekali saya hanya di minta untuk membuat selebaran yang isinya sebuah pernyataan sikap pada aksi-aksi unjuk rasa saja. Saya juga hanya sesekali saja menulis di ruang opini media cetak harian lokal dengan bahasa yang kaku dan tulisan serba canggih. Itulah sebabnya saya memilih banyak untuk mengisi ruang blog pribadi saya di www.yadilaode.blog.spot sebagai tempat cerita dan melatih diri dalam tulis menulis. Disitu saya lebih nyaman menulis, dengan gaya dan bahasa tulisan yang “bebas”. Saya juga bisa bercerita banyak tentang apa yang dilihat dan apa yang terjadi di kehidupan sosial. Tentang keuletan para petani dan nelayan, tentang keceriaan anak-anak desa, tentang kemuliaan sang guru honorer yang setiap harinya menanamkan sikap dan prilaku jujur kepada murid-muridnya, atau tentang sahabat saya yang belum lama ini menamatkan kuliahnya di tengah situasi dan kondisi ekonomi yang amat rumit, sementara ia harus di tuntut untuk menyelesaikan pendidikan yang begitu mahal. Namun, dengan sebuah keyakinan dan usaha yang kuat ia berhasil memperoleh gelar akademik itu.
Ada banyak momen atau hal penting dari sekelumit cerita dalam kehidupan ini. Tak banyak yang bisa menceritakan nya lewat tulisan. Lewat blog itu, saya bisa berteman dengan sesama penulis di media sosial. Bahkan, saat ini saya diminta untuk terlibat langsung membantu penyusunan buku oleh sahabat-sahabat Respect. Sebuah lembaga riset yang sudah beberapa kali menyusun buku tentang Keraton Buton saat itu. Suatu kebanggaan buat saya sebab bisa terlibat dan menulis bersama mereka. Padahal baru saja saya masuk di dunia kepenulisan dan aktif nge-blog bersama penulis-penulis hebat itu. Kegiatan tulis menulis memang tak segampang yang kita bayangkan. Awalnya saya mengalami banyak masalah dengan kegiatan menulis. Ku anggap menulis bagaikan beban dan hanya mendatangkan stres. Di awal saya memulainya, saya hampir tak berdaya untuk menulis, apalagi ketika rasa percaya diri tidak ada. Memang, kesulitan akan terjadi ketika kegiatan menulis tak di satu padukan dengan kegiatan membaca. Kunci menulis ada di membaca, ibarat membaca dan menulis adalah sepasang sayap yang siap menerbangkan siapa saja ke sebuah tempat baru dan menemukan siapa diri dia yang sebenarnya. Namun sayangnya, itu tak terlihat di masyarakat kampus. Tidak sedikit kini mahasiswa yang mulai meninggalkan kebiasan menulis. Mereka menganggapnya itu adalah beban yang menghambat hari-hari mereka. Tak hanya menulis yang menjadi beban, membaca pun hampir tak membudaya lagi dalam kehidupan masyarakat kampus saat ini. Tidak sedikit dari mereka yang lebih mengejar gelar akademik dan sama sekali tak menikmati proses selama bermahasiswa. Budaya itu kini telah bergeser jauh dari apa yang di harapkan.
Kegiatan menulis adalah cara saya untuk bisa mengevaluasi diri, berdialog lewat tulisan dan memunculkan kekuatan dari dalam diri kita sendiri. Motivasi itu banyak datang dari seorang penulis yang aktif nge-blog di dunia maya. Lewat tulisan-tulisannya yang ku sering baca, saya mulai di gerakkan untuk masuk dan mengalir bersama nya ke ruang tulis. Apalagi, ia adalah seorang lelaki kelahiran Buton yang juga masih se-kampung dengan saya. Memang, ada banyak orang hebat di negeri ini yang sukses dan namanya melejit. Saya tak merasa untuk mengidolakan siapapun dari orang-orang hebat itu, saya hanya terkesima dengan lelaki itu. Ia tak hanya hobi membaca dan menulis, tetapi juga berhasil menularkan “virus”-nya ke semua orang yang membutuhkannya. Kehadirannya tidak saja saya yang di buatnya tergugah untuk melakukan tulis-menulis, tetapi ada banyak orang dibuat terperangah lewat tulisan-tulisan yang ia selalu hadirkan selama ini. Mungkin saja, menulis dan membaca teks tidak sekedar permainan dunia ide, melainkan tantangan untuk bertanggung jawab di dalam kehidupan. Jika demikian, menulis dan membaca itu bagaikan tugas dan tanggung jawab etis bagi diri kita masing-masing.
SEIRING majunya teknologi, kita bisa dengan sangat cepat berkomunikasi dimana dan kapan saja. Dahulu, kita hanya bisa berkomunikasi lewat telepon dan surat menyurat yang dikirim lewat POS. Namun dengan cepat semua berubah lewat teknologi dan internet. Saat ini kita tak sudah bisa mengakses banyak cara agar semua pesan bisa tersampaikan dengan mudah dan cepat. Awalnya kita hanya menggunakan Short Message Service (SMS), sebuah layanan telekomunikasi dalam telepon genggam untuk mengirim dan menerima pesan tulisan, tetapi saat ini muncul banyak situs jaringan sosial (social networking) yang bernama facebook. Di Facebook, siapa saja dapat menjalin hubungan dan berkomunikasi tanpa aturan dan syarat. Ada banyak pemilik akun di situs itu yang aktif setiap hari dan membuat beragam jenis status, meng-upload gambar dan setia membaca status milik akun lain. Lewat Facebook kita bisa menjalin pertemanan, bercerita atau saling berbagi informasi. Sayangnya, banyak orang yang menyalahgunakaan media itu dengan cara-cara tidak benar. Lewat akun palsu, mereka dengan bebas membuat status nakal dan mencemooh orang lain, bahkan sampai dengan melakukan misi kejahatan. Sejatinya, para pemilik akun facebook itu tidak sembarang dalam membuat status yang justru dapat merugikan anak-anak yang kini banyak menghuni situs facebook. Mereka dengan sangat cepat menyerap dari apa yang mereka lihat dan di bacanya.
Hari ini, kita masih memiliki dua belas bulan lagi yang akan di lewati dengan beragam pertanyaan di benak kita. Ada sebagian tugas-tugas baru menanti di tahun ini, meski tugas yang lama masih belum terselesaikan dengan baik. Di tahun ini, saya hanya ingin kehidupan berjalan seperti biasanya. Hidup di tengah-tengah masyarakat yang beradab dan saling berbagi kebaikan. Banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa di ambil di tahun lalu dan menjadi pegangan di tahun ini. Salah satunya adalah menemukan jalan dari hobi saya untuk berbagi kisah dan cinta lewat tulisan. Sebuah cara agar saya berusaha sekuat daya untuk meraih makna dan menjadi diri sendiri. Entah, segala harapan yang terucap di malam pergantian tahun itu bisa terwujud di tahun ini. Diam-diam saya membatin, apakah letusan kembang api yang mewarnai langit dan keceriaan banyak orang di malam itu nantinya akan menjadi tanda atas masa depan yang baik dan akan menjadi tahun yang indah? Tentu semua jawaban ada pada diri kita sendiri dengan apa yang akan dilakukan nantinya. Semua rencana akan menjadi percuma ketika kita enggan untuk berbuat apalagi takut. Berbuat dan mencari tahu adalah cara agar kita bisa menemukan jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan itu. Sekalipun demikian, hari esok masih penuh dengan tanda tanya dan itu mesti di jawab dengan sebuah karya nyata lalu menjadikan tahun 2015 menjadi tahun yang gemilang.
***
KINI adalah awal tahun 2015. Rasa syukur saya kepada Sang Pencipta karena sampai di tahun ini pun kita masih di beri ruang untuk berada di sebuah planet yang bernama bumi. Kepada alam yang memberi kesejukkan di waktu pagi, suara burung dari ranting pepohonan, gemercik air di sebuah sungai, sampai dengan menikmati indahnya bulan di kesunyian malam. Mengawali tahun baru, barangkali ada banyak yang belum tercapai di tahun kemarin dan mesti di lakukan di tahun ini. Bila ku ingat kembali catatan tahun kemarin, masih banyak yang harus ku benahi dan mesti tuntas di tahun ini. Banyak waktu yang terbuang percuma untuk hal-hal yang tidak begitu penting. Padahal, ada hal yang sudah di rencanakan namun masih saja terabaikan dengan rencana lain yang semestinya telah selesai. Tentu ada banyak faktor yang mempengaruhi sehingga segala sesuatunya tidak tercapai. Misalnya, saat ingin lanjut sekolah dan belum tercapai di tahun kemarin. Maka tahun ini adalah waktu yang tepat untuk memulai kembali harapan itu, tentu dengan niat dan sebuah usaha. Adanya tekad dari dalam diri akan membangun setiap gerakan dan langkah yang akan di ambil. Hari ini akan lebih baik dari hari kemarin, ini menjadi titik awal untuk mencapai titik berikutnya. Saya tak menyesali apa yang telah terjadi kemarin, tahun kemarin adalah pelajaran yang amat berharga dan menjadi pijakan untuk melangkah jauh ke depan.
Semenjak kuliahku selesai beberapa tahun lalu dan tak lagi menjadi anak kampus, saya lebih banyak aktif di beberapa organisasi dan komunitas. Di tempat itu, saya di tempa dengan berbagai diskusi tentang isu kedaerahan. Diskusi yang di bangun di kaji berdasarkan data dan fakta. Mereka mengkaji beberapa masalah yang kerap terjadi dan merugikan masyarakat. Kelompok-kelompok NGO dan komunitas pemuda lainnya menjadi pengontrol pemerintah di tengah maraknya kebijakan yang tidak memihak di masyarakat. Apalagi penyalahgunaan wewenang sering terjadi serta pelaku korupsi masih saja duduk nyaman disingasana nya.
Berada di tengah-tengah masyarakat bisa mendengar langsung keluh kesah mereka selama ini, melihat dengan sangat jelas tentang apa yang di alami, dan merasakan langsung ketidak adilan yang sering di alami oleh mereka. Di tempat itu, saya banyak belajar dari mereka yang lebih dulu aktif dan terlibat banyak melakukan pendampingan di masyarakat. Para penggiat sosial itu hadir untuk melihat keadaan sosial dan membantu masyarakat lewat program-program kemanusiaan.
Di tahun kemarin, masih banyak hal yang belum terselesaikan dalam segala urusan dan capaian. Meski begitu, saya mendapat pelajaran penting di tahun itu. Saya menemukan sebuah lentera yang menerangi jalan hobi saya di dunia kepenulisan. Padahal semenjak kuliah saya tak begitu tertarik menggerakan jari-jari ini untuk menulis. Sesekali saya hanya di minta untuk membuat selebaran yang isinya sebuah pernyataan sikap pada aksi-aksi unjuk rasa saja. Saya juga hanya sesekali saja menulis di ruang opini media cetak harian lokal dengan bahasa yang kaku dan tulisan serba canggih. Itulah sebabnya saya memilih banyak untuk mengisi ruang blog pribadi saya di www.yadilaode.blog.spot sebagai tempat cerita dan melatih diri dalam tulis menulis. Disitu saya lebih nyaman menulis, dengan gaya dan bahasa tulisan yang “bebas”. Saya juga bisa bercerita banyak tentang apa yang dilihat dan apa yang terjadi di kehidupan sosial. Tentang keuletan para petani dan nelayan, tentang keceriaan anak-anak desa, tentang kemuliaan sang guru honorer yang setiap harinya menanamkan sikap dan prilaku jujur kepada murid-muridnya, atau tentang sahabat saya yang belum lama ini menamatkan kuliahnya di tengah situasi dan kondisi ekonomi yang amat rumit, sementara ia harus di tuntut untuk menyelesaikan pendidikan yang begitu mahal. Namun, dengan sebuah keyakinan dan usaha yang kuat ia berhasil memperoleh gelar akademik itu.
Ada banyak momen atau hal penting dari sekelumit cerita dalam kehidupan ini. Tak banyak yang bisa menceritakan nya lewat tulisan. Lewat blog itu, saya bisa berteman dengan sesama penulis di media sosial. Bahkan, saat ini saya diminta untuk terlibat langsung membantu penyusunan buku oleh sahabat-sahabat Respect. Sebuah lembaga riset yang sudah beberapa kali menyusun buku tentang Keraton Buton saat itu. Suatu kebanggaan buat saya sebab bisa terlibat dan menulis bersama mereka. Padahal baru saja saya masuk di dunia kepenulisan dan aktif nge-blog bersama penulis-penulis hebat itu. Kegiatan tulis menulis memang tak segampang yang kita bayangkan. Awalnya saya mengalami banyak masalah dengan kegiatan menulis. Ku anggap menulis bagaikan beban dan hanya mendatangkan stres. Di awal saya memulainya, saya hampir tak berdaya untuk menulis, apalagi ketika rasa percaya diri tidak ada. Memang, kesulitan akan terjadi ketika kegiatan menulis tak di satu padukan dengan kegiatan membaca. Kunci menulis ada di membaca, ibarat membaca dan menulis adalah sepasang sayap yang siap menerbangkan siapa saja ke sebuah tempat baru dan menemukan siapa diri dia yang sebenarnya. Namun sayangnya, itu tak terlihat di masyarakat kampus. Tidak sedikit kini mahasiswa yang mulai meninggalkan kebiasan menulis. Mereka menganggapnya itu adalah beban yang menghambat hari-hari mereka. Tak hanya menulis yang menjadi beban, membaca pun hampir tak membudaya lagi dalam kehidupan masyarakat kampus saat ini. Tidak sedikit dari mereka yang lebih mengejar gelar akademik dan sama sekali tak menikmati proses selama bermahasiswa. Budaya itu kini telah bergeser jauh dari apa yang di harapkan.
Kegiatan menulis adalah cara saya untuk bisa mengevaluasi diri, berdialog lewat tulisan dan memunculkan kekuatan dari dalam diri kita sendiri. Motivasi itu banyak datang dari seorang penulis yang aktif nge-blog di dunia maya. Lewat tulisan-tulisannya yang ku sering baca, saya mulai di gerakkan untuk masuk dan mengalir bersama nya ke ruang tulis. Apalagi, ia adalah seorang lelaki kelahiran Buton yang juga masih se-kampung dengan saya. Memang, ada banyak orang hebat di negeri ini yang sukses dan namanya melejit. Saya tak merasa untuk mengidolakan siapapun dari orang-orang hebat itu, saya hanya terkesima dengan lelaki itu. Ia tak hanya hobi membaca dan menulis, tetapi juga berhasil menularkan “virus”-nya ke semua orang yang membutuhkannya. Kehadirannya tidak saja saya yang di buatnya tergugah untuk melakukan tulis-menulis, tetapi ada banyak orang dibuat terperangah lewat tulisan-tulisan yang ia selalu hadirkan selama ini. Mungkin saja, menulis dan membaca teks tidak sekedar permainan dunia ide, melainkan tantangan untuk bertanggung jawab di dalam kehidupan. Jika demikian, menulis dan membaca itu bagaikan tugas dan tanggung jawab etis bagi diri kita masing-masing.
***
SEIRING majunya teknologi, kita bisa dengan sangat cepat berkomunikasi dimana dan kapan saja. Dahulu, kita hanya bisa berkomunikasi lewat telepon dan surat menyurat yang dikirim lewat POS. Namun dengan cepat semua berubah lewat teknologi dan internet. Saat ini kita tak sudah bisa mengakses banyak cara agar semua pesan bisa tersampaikan dengan mudah dan cepat. Awalnya kita hanya menggunakan Short Message Service (SMS), sebuah layanan telekomunikasi dalam telepon genggam untuk mengirim dan menerima pesan tulisan, tetapi saat ini muncul banyak situs jaringan sosial (social networking) yang bernama facebook. Di Facebook, siapa saja dapat menjalin hubungan dan berkomunikasi tanpa aturan dan syarat. Ada banyak pemilik akun di situs itu yang aktif setiap hari dan membuat beragam jenis status, meng-upload gambar dan setia membaca status milik akun lain. Lewat Facebook kita bisa menjalin pertemanan, bercerita atau saling berbagi informasi. Sayangnya, banyak orang yang menyalahgunakaan media itu dengan cara-cara tidak benar. Lewat akun palsu, mereka dengan bebas membuat status nakal dan mencemooh orang lain, bahkan sampai dengan melakukan misi kejahatan. Sejatinya, para pemilik akun facebook itu tidak sembarang dalam membuat status yang justru dapat merugikan anak-anak yang kini banyak menghuni situs facebook. Mereka dengan sangat cepat menyerap dari apa yang mereka lihat dan di bacanya.
Hari ini, kita masih memiliki dua belas bulan lagi yang akan di lewati dengan beragam pertanyaan di benak kita. Ada sebagian tugas-tugas baru menanti di tahun ini, meski tugas yang lama masih belum terselesaikan dengan baik. Di tahun ini, saya hanya ingin kehidupan berjalan seperti biasanya. Hidup di tengah-tengah masyarakat yang beradab dan saling berbagi kebaikan. Banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa di ambil di tahun lalu dan menjadi pegangan di tahun ini. Salah satunya adalah menemukan jalan dari hobi saya untuk berbagi kisah dan cinta lewat tulisan. Sebuah cara agar saya berusaha sekuat daya untuk meraih makna dan menjadi diri sendiri. Entah, segala harapan yang terucap di malam pergantian tahun itu bisa terwujud di tahun ini. Diam-diam saya membatin, apakah letusan kembang api yang mewarnai langit dan keceriaan banyak orang di malam itu nantinya akan menjadi tanda atas masa depan yang baik dan akan menjadi tahun yang indah? Tentu semua jawaban ada pada diri kita sendiri dengan apa yang akan dilakukan nantinya. Semua rencana akan menjadi percuma ketika kita enggan untuk berbuat apalagi takut. Berbuat dan mencari tahu adalah cara agar kita bisa menemukan jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan itu. Sekalipun demikian, hari esok masih penuh dengan tanda tanya dan itu mesti di jawab dengan sebuah karya nyata lalu menjadikan tahun 2015 menjadi tahun yang gemilang.
Baubau, 02
Januari 2015
0 komentar:
Post a Comment