Friday, February 13, 2015

Menunggu Sang Ibu

Sumber: Dayat (6). Foto Yadi La Ode
DI saat semua orang sedang tertidur lelap dan anak-anak lain merasakan hangat dari pelukan orang tua. Namun tidak untuk anak ini. Ia harus berjuang melawan dinginnya malam yang menusuk masuk kedalam tulang.

MALAM itu, tepat pukul 01.35 dini hari. Langit mendung dan tak lama lagi hujan akan turun. Langkahku terhenti ketika melihat seorang bocah duduk di tepi jalan. Ia sendirian ditempat itu. Saat kutanya sedang apa, ia menjawab kalau sedang menunggu ibunya. Lama ku amati, mungkin saja benar apa yang di katakan kalau ia sedang menunggu ibunya. Namun hingga beberapa jam berlalu, ibunya tak kunjung datang. Saya kembali menemui dan mengajaknya, "ayo pulang, hujan mulai turun" ia tetap bertahan dan menolak ajakan ku. 

Sumber: Dayat (6). Foto Yadi La Ode
Awalnya saya tak tahu menahu tentang dirinya. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang tinggal di kompleks dekat dengan rumah saya. Lingkungan rumahku adalah kawasan padat penduduk yang sebagian besar warga nya adalah pedagang kaki lima. Setiap malam mereka menarik gerobak dagangan untuk di jual ke pantai kamali atau bila kapal Pelni tiba, mereka juga berjualan di pelabuhan.

Belakangan ku tahu kalau nama anak itu adalah Dayat, usianya baru sekitar 6 tahun. Ia salah seorang anak yang setiap harinya bermain bersama anak-anak lain di tempat itu. Baru ku tahu, kalau kondisi ekonomi keluarga yang tak begitu baik. Ku tahu, kalau keluarga yang juga tak memberi perhatian serius layaknya anak-anak lain. Saya pun terdiam saat mendengar kabar tentang ibu anak itu. Sebab, ada hal yang tak ku ketahui tentang dirinya di malam itu. Ternyata ia sedang menunggu ibunya yang telah wafat beberapa tahun silam. 


Di Pagi Mendung. Jum'at, 13 Februari 2015

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts