Friday, April 17, 2015

Segenggam Harapan, Meraih Mimpi

laksana semut-semut merah mencari manis (foto: Yadi La Ode)
HARI itu, seorang kawan memberi kabar kalau sedang berlangsung sebuah pertemuan di kampus tempat saya dulu pernah kuliah. Melalui pesan singkat, ia mengajak saya untuk mengikuti sosialisasi beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Mengetahui hal itu, saya pun bergegas menuju tempat acara berlangsung. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan adalah sebuah badan layanan umum yang berada dibawah Kementrian Keuangan untuk mengelola dana pengembangan pendidikan nasional. Keistimewaan dari beasiswa LPDP karena berlaku oleh siapa saja, apakah berasal dari pegawai negeri sipil, dosen, bahkan anak desa sekali pun. Beasiswa ini juga berlaku dimana saja, meskipun ia berada disuatu daerah terpencil. Tujuannya adalah mendukung ketersediaan sumber daya manusia indonesia yang berpendidikan dan berkualitas serta memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan mempunyai visi masa depan bangsa yang kuat sebagai pemimpin masa depan.

***

SAAT tiba, sepertinya acara belum lama dimulai. Saya lalu mengambil tempat dua baris dari depan. Ruangan yang dipakai bukanlah ruangan besar, bukan pula aula gedung. Panitia hanya menyiapkan ruangan perkuliahan yang kira-kira kapasitasnya sekitar tiga puluh orang. Memang, kondisinya disesuaikan dengan jumlah yang menghadiri acara sosialisasi itu, apalagi tak banyak orang yang menghadiri acara. Padahal, jauh sebelumnya informasi itu sudah disebar kemana-mana. Dari dalam ruangan, yang nampak hanya ada beberapa orang bekas mahasiswa dan dosen saja. Meski begitu, sang narasumber dengan penuh semangat memberi penjelasan tentang program beasiswa yang dimaksud. Di era sekarang, informasi bisa diakses lewat media apa saja. Salah satu diantaranya adalah informasi mengenai program beasiswa ini, kapan, siapa, dan dimana pun kita bisa mengakesesnya.

Lelaki itu adalah La ode Muslimin, ia satu diantara banyak orang yang diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan keluar negeri melalui beasiswa LPDP. Saat ini, ia diberi kepercayaan untuk melakukan sosialisasi beasiswa LPDP dan menjadi pembicara dibanyak tempat. Salah satu daerah itu adalah ditanah kelahirannya sendiri. Tujuannya, untuk memberi informasi dan membuka ruang yang selebar-lebarnya kepada siapa saja yang ingin melanjutkan pendidikan melalui jalur beasiswa. Tentu ini kesempatan emas bagi yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Sebenarnya, ada banyak mahasiswa yang berasal dari daerah ini yang kini juga sedang mengenyam pendidikan dengan mengambil program magister dan doktor, baik diperguruan tinggi dalam negeri maupun diluar negeri. 

sumber: www.sekolahpascasarjana.com
Dalam sosialisi yang bertemakan beasiswa LPDP itu, ia berkisah tentang awal perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa. Tentu, semua berawal dari kemauan, usaha dan kerja keras sehingga cita-cita bisa diwujudkan. Saat itu, ia satu diantara tiga orang Buton yang mendapatkan beasiswa. Belum banyak orang sekampungnya yang masuk sebagai pendaftar. Padahal, ada ribuan orang diluar pulau ini yang sudah mengakses dan masuk sebagai penerima beasiswa. Entah kenapa dengan orang-orang dikampung ini yang tak tertarik untuk ikut dalam program beasiswa pemerintah ini, apakah kita sudah mengetahui akan informasi itu ataukah kita sengaja membuang peluang-peluang berharga itu. Dalam batin, saya hanya menyayangkan kepada mereka-mereka yang memiliki sumber daya yang bagus dilokal tetapi tak mampu dikembangkan. Pada akhirnya, kita selalu tertinggal dari mereka-mereka yang memiliki pengetahuan bagus diluar sana. Saya tak hendak mengenyampingkan kampus-kampus swasta dikota ini. Namun pada kenyataannya, keterbatasan sumber daya pengajar menjadi salah satu alasan mendasar dalam pengelolaan pendidikan disetiap perguruan tinggi.

Semenjak tak lagi berkuliah, saya bermimpi untuk segera melanjutkan studi kejenjang berikutnya. Saya berkeinginan untuk kembali kuliah dengan mengambil program magister ilmu pemerintahan yang juga masih sejalan dengan disiplin ilmu strata satu yang kuambil dulu. Dengan harapan, saya bisa mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar dikampus kampung halaman saya nantinya. Langkah itu diambil karena tak sedikitpun terbesit dihati ini untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil. Padahal, beberapa kawan bahkan keluarga menyarankan untuk masuk dan beseragam kopri. Sayangnya, sejak awal saya tak memiliki niat untuk berada dalam komando struktur pemerintahan. Memang, keluargaku tak memiliki kemapanan secara ekonomi, kendala yang kuhadapi saat ini tidak sedikit pun menghentikan langkah untuk menggapai semua cita-cita itu. Sebab, kedua orang tuaku mempunyai keinginan yang sama denganku agar saya bisa melanjutkan pendidikan nantinya.    

Sukses terbesar dalam hidup ini adalah ketika semua yang kukejar telah berhasil kutemukan, berharap untuk bisa mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya dan selalu berada ditengah-tengah masyarakat lalu menyebarkan banyak pengetahuan nantinya. Tentu, siapapun tak ingin menjadi manusia terbelakang yang hanya mendapatkan warisan dari cerita-cerita sukses para leluhur. Diri ini ingin menjadi bagian dari peran-peran anak bangsa, masuk dan terjun langsung dalam membangun negeri. Sampai kapan pun, pendidikan amatlah penting dan siapa pun berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak di republik ini. Pendidikan tak perlu lagi dipandang sebagai barang mahal yang susah dijangkau oleh rakyat miskin. Tak ada lagi kata orang miskin dilarang untuk sekolah, tak ada lagi dinding yang membatasi dan memberi jarak kita untuk mendapatkan pendidikan.

Pengalaman yang didapat dalam sosialisasi itu telah mengajarkan banyak hal kepada saya, menjadi pelita untuk menerangi setiap langkah dalam mencari pengetahuan. Peraih beasiswa itu telah membakar jiwa dan semangat kami agar nantinya bisa melanjutkan pendidikan tanpa alasan terkendala biaya. Bahwa kita pun bisa melanjutkan pendidikan melalui beasiswa yang sama, tentu bersama ribuan orang pendaftar lainnya. Seiring program tersebut berjalan, saya tengah mempersiapkan diri untuk masuk sebagai salah seorang pendaftar beasiswa. Beberapa tips yang didapat diacara sosialisasi itu memberi saya satu keyakinan untuk mengikuti proses seleksi nantinya. Berangkat dari optimisme, semua kendala dianggap hal biasa yang dengan mudah bisa diatasi. 


Baubau, 16 April 2015


0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts