![]() |
laksana semut-semut merah mencari manis (foto: Yadi La Ode) |
HARI itu,
seorang kawan memberi kabar kalau sedang berlangsung sebuah pertemuan di kampus
tempat saya dulu pernah kuliah. Melalui pesan singkat, ia mengajak saya untuk
mengikuti sosialisasi beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Mengetahui hal itu, saya pun bergegas menuju tempat acara berlangsung. Lembaga
Pengelola Dana Pendidikan adalah sebuah badan layanan umum yang berada dibawah
Kementrian Keuangan untuk mengelola dana pengembangan pendidikan nasional.
Keistimewaan dari beasiswa LPDP karena berlaku oleh siapa saja, apakah berasal
dari pegawai negeri sipil, dosen, bahkan anak desa sekali pun. Beasiswa ini
juga berlaku dimana saja, meskipun ia berada disuatu daerah terpencil.
Tujuannya adalah mendukung ketersediaan sumber daya manusia indonesia yang
berpendidikan dan berkualitas serta memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan
mempunyai visi masa depan bangsa yang kuat sebagai pemimpin masa depan.
***
SAAT tiba,
sepertinya acara belum lama dimulai. Saya lalu mengambil tempat dua baris dari
depan. Ruangan yang dipakai bukanlah ruangan besar, bukan pula aula gedung.
Panitia hanya menyiapkan ruangan perkuliahan yang kira-kira kapasitasnya
sekitar tiga puluh orang. Memang, kondisinya disesuaikan dengan jumlah yang
menghadiri acara sosialisasi itu, apalagi tak banyak orang yang menghadiri
acara. Padahal, jauh sebelumnya informasi itu sudah disebar kemana-mana. Dari
dalam ruangan, yang nampak hanya ada beberapa orang bekas mahasiswa dan dosen
saja. Meski begitu, sang narasumber dengan penuh semangat memberi penjelasan
tentang program beasiswa yang dimaksud. Di era sekarang, informasi bisa diakses lewat media apa saja. Salah satu diantaranya adalah informasi mengenai
program beasiswa ini, kapan, siapa, dan dimana pun kita bisa mengakesesnya.
Lelaki itu
adalah La ode Muslimin, ia satu diantara banyak orang yang diberi
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan keluar negeri melalui beasiswa LPDP.
Saat ini, ia diberi kepercayaan untuk melakukan sosialisasi beasiswa LPDP dan menjadi
pembicara dibanyak tempat. Salah satu daerah itu adalah ditanah kelahirannya sendiri.
Tujuannya, untuk memberi informasi dan membuka ruang yang
selebar-lebarnya kepada siapa saja yang ingin melanjutkan pendidikan melalui
jalur beasiswa. Tentu ini kesempatan emas bagi yang ingin melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya. Sebenarnya, ada banyak mahasiswa yang
berasal dari daerah ini yang kini juga sedang mengenyam pendidikan dengan
mengambil program magister dan doktor, baik diperguruan tinggi dalam negeri
maupun diluar negeri.
![]() |
sumber: www.sekolahpascasarjana.com |
Dalam sosialisi
yang bertemakan beasiswa LPDP itu, ia berkisah tentang awal perjuangannya untuk
mendapatkan beasiswa. Tentu, semua berawal dari kemauan, usaha dan kerja keras
sehingga cita-cita bisa diwujudkan. Saat itu, ia satu diantara tiga orang Buton yang mendapatkan beasiswa. Belum banyak orang sekampungnya yang masuk sebagai pendaftar. Padahal, ada ribuan orang diluar pulau ini yang sudah mengakses dan masuk sebagai penerima beasiswa. Entah kenapa dengan orang-orang dikampung ini yang
tak tertarik untuk ikut dalam program beasiswa pemerintah ini, apakah kita sudah mengetahui
akan informasi itu ataukah kita sengaja membuang peluang-peluang berharga itu.
Dalam batin, saya hanya menyayangkan kepada mereka-mereka yang memiliki sumber
daya yang bagus dilokal tetapi tak mampu dikembangkan. Pada akhirnya, kita
selalu tertinggal dari mereka-mereka yang memiliki pengetahuan bagus diluar
sana. Saya tak hendak mengenyampingkan kampus-kampus swasta dikota ini. Namun pada
kenyataannya, keterbatasan sumber daya pengajar menjadi salah satu alasan
mendasar dalam pengelolaan pendidikan disetiap perguruan tinggi.
Semenjak tak
lagi berkuliah, saya bermimpi untuk segera melanjutkan studi kejenjang
berikutnya. Saya berkeinginan untuk kembali kuliah dengan mengambil program
magister ilmu pemerintahan yang juga masih sejalan dengan disiplin ilmu strata
satu yang kuambil dulu. Dengan harapan, saya bisa mengabdikan diri sebagai
tenaga pengajar dikampus kampung halaman saya nantinya. Langkah itu diambil
karena tak sedikitpun terbesit dihati ini untuk menjadi seorang pegawai
negeri sipil. Padahal, beberapa kawan bahkan keluarga menyarankan untuk masuk
dan beseragam kopri. Sayangnya, sejak awal saya tak memiliki niat untuk berada
dalam komando struktur pemerintahan. Memang, keluargaku tak memiliki kemapanan
secara ekonomi, kendala yang kuhadapi saat ini tidak sedikit pun menghentikan
langkah untuk menggapai semua cita-cita itu. Sebab, kedua orang tuaku mempunyai
keinginan yang sama denganku agar saya bisa melanjutkan pendidikan nantinya.
Sukses terbesar
dalam hidup ini adalah ketika semua yang kukejar telah berhasil kutemukan, berharap
untuk bisa mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya dan selalu berada
ditengah-tengah masyarakat lalu menyebarkan banyak pengetahuan nantinya. Tentu,
siapapun tak ingin menjadi manusia terbelakang yang hanya mendapatkan warisan
dari cerita-cerita sukses para leluhur. Diri ini ingin menjadi bagian dari
peran-peran anak bangsa, masuk dan terjun langsung dalam membangun negeri.
Sampai kapan pun, pendidikan amatlah penting dan siapa pun berhak untuk
mendapatkan pendidikan yang layak di republik ini. Pendidikan tak perlu lagi
dipandang sebagai barang mahal yang susah dijangkau oleh rakyat miskin. Tak ada
lagi kata orang miskin dilarang untuk sekolah, tak ada lagi dinding yang
membatasi dan memberi jarak kita untuk mendapatkan pendidikan.
Pengalaman yang didapat dalam sosialisasi itu telah
mengajarkan banyak hal kepada saya, menjadi pelita untuk menerangi setiap
langkah dalam mencari pengetahuan. Peraih beasiswa itu telah membakar jiwa dan
semangat kami agar nantinya bisa melanjutkan pendidikan tanpa alasan terkendala
biaya. Bahwa kita pun bisa melanjutkan pendidikan melalui beasiswa yang sama,
tentu bersama ribuan orang pendaftar lainnya. Seiring program tersebut
berjalan, saya tengah mempersiapkan diri untuk masuk sebagai salah seorang
pendaftar beasiswa. Beberapa tips yang didapat diacara sosialisasi itu memberi
saya satu keyakinan untuk mengikuti proses seleksi nantinya. Berangkat dari optimisme, semua kendala dianggap hal biasa yang dengan mudah bisa
diatasi.
Baubau, 16 April 2015
0 komentar:
Post a Comment