TERDIRI dari beberapa pulau,
salah satu kekayaan yang dimiliki pulau Buton adalah lautnya. Potensi laut di
Pulau Buton tidak hanya menyuguhkan keindahan alam disepanjang pantainya, namun
kekayaan yang bersumber dari dalam laut memberi dampak yang besar bagi
masyarakat nelayan. Di sektor jasa, transportasi laut yang menghubungkan antara
pulau satu dengan pulau yang lain diwilayah Buton juga memberi manfaat secara
ekonomi. Sementara Kapal-kapal besar yang menuju wilayah timur atau dari timur
menuju barat Indonesia seringkali singgah dan berlabuh diperairan pulau Buton.
Tentu ini sangat menguntungkan, apalagi posisi pulau Buton yang menghubungkan
antara wilayah barat dan wilayah timur nusantara, menjadikan Buton sebagai
daerah transit yang ramai dari pengunjung. Pulau Buton memang unik dan khas,
itu bisa dilihat dari laut dan pantainya yang eksotik, kulinernya yang khas,
dan wisata budayanya yang mendunia.
***
SETIAP libur pekan, saya selalu
mengunjungi desa-desa yang memiliki pantai mayoritas masyarakatnya
berkerja sebagai nelayan. Selain mencari ikan-ikan segar, saya ingin mengetahui
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh mereka, merasakan dan melihat langsung
kehidupan para nelayan. Saya dapat belajar dari keuletan, keberanian, dan
kesabaran mereka dalam bertahan hidup di pesisir pantai. Umumnya, masyarakat
yang mendiami pinggiran pantai menjadikan laut sebagai sumber penghidupan
selama ini. Ada banyak kegiatan masyarakat disepanjang pantai pulau Buton yang
memanfaatkan laut selain menangkap ikan, budidaya rumput laut, dan sebagai
lokasi wisata yang bisa menambah pendapatan ekonomi mereka. Itulah sebabnya,
tumbuh kesadaran mereka untuk selalu menjaga laut dan pantai dengan tidak merusak
dan mengotorinya.
Di sebuah desa di Pulau Buton, seorang
pria duduk diam dan terpaku diantara banyak perahu yang terparkir di bibir
pantai. Ia memandang jauh kedepan, melihat ombak yang sedang menggulung-gulung
terhempas diatas pasir lalu pecah diantara batu-batu karang. Ia tahu, kalau
saja ia nekat menurunkan perahunya untuk mencari ikan, maka nyawa menjadi
taruhan. Saat ini, musim timur sedang berlangsung, angin masih bertiup kencang.
Apalagi posisi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Banda yang terkenal
dengan gelombangnya itu. Nelayan-nelayan yang berada diwilayah timur pantai
pulau Buton terpakasa harus libur mencari ikan. Untuk sementara waktu,
perahu-perahu mereka harus diikat kuat dekat dengan pantai agar tak rusak
dihantam ombak. Bapak itu hanya menarik dalam nafasnya karena melihat laut yang
masih belum bersahabat. Ia sabar menanti, menunggu beberapa bulan kedepan untuk
bisa melaut lagi.
Sumber: bermain papan seluncur |
Sumber: keceriaan anak-anak pantai di desa Damai Labarona, Kabupaten Buton Utara |
Ditengah musim ombak berlangsung,
beberapa nelayan tak hanya duduk diam karena tak melaut. Diantara dari mereka
memanfaatkan waktu liburnya untuk mempersiapkan dan membetulkan
peralatan-peralatan mancing, mengecat kembali perahu-perahu, dan mencari
alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Tidak hanya kaum
laki-laki, para ibu dan anak-anak nelayan juga terlihat sibuk mencari Biya atau sejenis kerang yang banyak
ditemukan diantara batu dan pasir saat air laut sedang surut. Ramai dari mereka
membawa wadah lalu menyusuri pinggiran pantai untuk mencari Biya. Kerang-kerang yang didapat akan
menjadi santapan bersama keluarga nantinya.
Diantara anak-anak itu, saya
menemui La Ali (10). Ia adalah anak seorang nelayan yang tinggal di desa Sangiamanuru,
Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton. Sepulangnya dari sekolah, ia sudah
bergegas menuju pantai untuk memancing. Saat ini ia sama nasibnya dengan
nelayan-nelayan lain, tak bisa melaut karena gelombang sedang tinggi. Di usianya
yang masih belia, ia sudah berani ikut bersama sang ayah, mencari ikan dengan
menggunakan perahu sampai ke tempat-tempat yang cukup jauh dari bibir pantai. Bahkan,
beberapa kali di laut ia tidur dan bermalam diatas sampan hingga fajar tiba. Bagi
masyarakat nelayan, melibatkan anak-anak mereka dilaut mungkin sudah menjadi
hal yang biasa. Ada semacam tradisi yang tertanam pada masyarakat nelayan, mendidik
sekaligus melatih anak-anak mereka agar menyatu dengan alam. Mungkin dibanyak
tempat, anak-anak pesisir lain juga sama dengan La Ali yang mempunyai kegemaran
memancing dan membantu orang tua. La Ali hanyalah satu diantara banyak
anak-anak pesisir lainnya yang sering memiliki keberanian dalam mengarungi
laut.
Saat berada dipantai, tak bosan-bosannya saya selalu memandang pesonanya. Melihat laut biru dan merasakan hembusan angin yang membawa gelombang. Kedamaian sangat terasa ditempat itu. Saya juga melihat kesederhanaan dari anak-anak nelayan. Mereka dengan riang bermain dipinggiran pantai, berlari dan berselancar dengan papan-papan kayu. Bagi mereka, laut adalah halaman sekaligus taman bermain yang mengajari banyak hal. Mereka sangat memahami jika laut menjadi bagian dari kehidupan mereka yang memberi ruang dan mendapatkan banyak pengetahuan. Laut yang memberi makna kehidupan, tentang manusia, tentang alam, tentang Tuhan yang menciptakan segalanya. Itulah sebab, pentingnya laut untuk selalu dijaga.
Bocah-bocah itu tak hanya tahu keberanian
ayah ibunya saat mengarungi laut, tetapi mereka juga sadar kalau nenek
moyangnya adalah para pelaut ulung yang dengan berani mengarungi
samudera. Itu di dengarnya dari nasehat-nasehat orang tua mereka. Para orang
tua mendidik mereka agar kelak bisa seperti para leluhur. Mereka sangat
meyakini keagungan nenek moyang yang dahulu pernah jaya dilaut. Pesan itu
kemudian masuk disetiap benak dan menjadi sebuah cita-cita mereka. Kelak suatu
hari nanti, mereka juga bisa menjadi pelaut-pelaut yang tangguh dalam
mengarungi laut dan akan mejelajahi negeri ini. Saya sangat terkesima
mendengar pengakuan langsung dari mereka, sangat jarang kita mendengarnya dari
anak-anak lain yang kehidupannya jauh lebih maju dari mereka. Saya mengerti, kehidupan
mereka memang amat sederhana dan serba kecukupan. Namun dijiwa mereka telah
tertancap satu tekad yang begitu kuat. Mereka tak kalah hebat dari anak-anak kota
yang serba maju. Justru, anak-anak nelayan itu mencoba untuk memaklumi keadaan,
memahami segala upaya yang dilakukan orang tua demi pendidikan dan selalu
berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu.
Baubau, 26 Mei 2015
0 komentar:
Post a Comment