Tuesday, May 26, 2015

Belajar Dari Kehidupan Anak Nelayan

Sumber: La Ali sedang memancing

TERDIRI dari beberapa pulau, salah satu kekayaan yang dimiliki pulau Buton adalah lautnya. Potensi laut di Pulau Buton tidak hanya menyuguhkan keindahan alam disepanjang pantainya, namun kekayaan yang bersumber dari dalam laut memberi dampak yang besar bagi masyarakat nelayan. Di sektor jasa, transportasi laut yang menghubungkan antara pulau satu dengan pulau yang lain diwilayah Buton juga memberi manfaat secara ekonomi. Sementara Kapal-kapal besar yang menuju wilayah timur atau dari timur menuju barat Indonesia seringkali singgah dan berlabuh diperairan pulau Buton. Tentu ini sangat menguntungkan, apalagi posisi pulau Buton yang menghubungkan antara wilayah barat dan wilayah timur nusantara, menjadikan Buton sebagai daerah transit yang ramai dari pengunjung. Pulau Buton memang unik dan khas, itu bisa dilihat dari laut dan pantainya yang eksotik, kulinernya yang khas, dan wisata budayanya yang mendunia.    

***

SETIAP libur pekan, saya selalu mengunjungi desa-desa yang memiliki pantai mayoritas masyarakatnya berkerja sebagai nelayan. Selain mencari ikan-ikan segar, saya ingin mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh mereka, merasakan dan melihat langsung kehidupan para nelayan. Saya dapat belajar dari keuletan, keberanian, dan kesabaran mereka dalam bertahan hidup di pesisir pantai. Umumnya, masyarakat yang mendiami pinggiran pantai menjadikan laut sebagai sumber penghidupan selama ini. Ada banyak kegiatan masyarakat disepanjang pantai pulau Buton yang memanfaatkan laut selain menangkap ikan, budidaya rumput laut, dan sebagai lokasi wisata yang bisa menambah pendapatan ekonomi mereka. Itulah sebabnya, tumbuh kesadaran mereka untuk selalu menjaga laut dan pantai dengan tidak merusak dan mengotorinya.

Sumber: bermain papan seluncur
Sumber: keceriaan anak-anak pantai di desa Damai Labarona, Kabupaten Buton Utara
Di sebuah desa di Pulau Buton, seorang pria duduk diam dan terpaku diantara banyak perahu yang terparkir di bibir pantai. Ia memandang jauh kedepan, melihat ombak yang sedang menggulung-gulung terhempas diatas pasir lalu pecah diantara batu-batu karang. Ia tahu, kalau saja ia nekat menurunkan perahunya untuk mencari ikan, maka nyawa menjadi taruhan. Saat ini, musim timur sedang berlangsung, angin masih bertiup kencang. Apalagi posisi pantai yang berhadapan langsung dengan laut Banda yang terkenal dengan gelombangnya itu. Nelayan-nelayan yang berada diwilayah timur pantai pulau Buton terpakasa harus libur mencari ikan. Untuk sementara waktu, perahu-perahu mereka harus diikat kuat dekat dengan pantai agar tak rusak dihantam ombak. Bapak itu hanya menarik dalam nafasnya karena melihat laut yang masih belum bersahabat. Ia sabar menanti, menunggu beberapa bulan kedepan untuk bisa melaut lagi.

Ditengah musim ombak berlangsung, beberapa nelayan tak hanya duduk diam karena tak melaut. Diantara dari mereka memanfaatkan waktu liburnya untuk mempersiapkan dan membetulkan peralatan-peralatan mancing, mengecat kembali perahu-perahu, dan mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Tidak hanya kaum laki-laki, para ibu dan anak-anak nelayan juga terlihat sibuk mencari Biya atau sejenis kerang yang banyak ditemukan diantara batu dan pasir saat air laut sedang surut. Ramai dari mereka membawa wadah lalu menyusuri pinggiran pantai untuk mencari Biya. Kerang-kerang yang didapat akan menjadi santapan bersama keluarga nantinya.

Diantara anak-anak itu, saya menemui La Ali (10). Ia adalah anak seorang nelayan yang tinggal di desa Sangiamanuru, Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton. Sepulangnya dari sekolah, ia sudah bergegas menuju pantai untuk memancing. Saat ini ia sama nasibnya dengan nelayan-nelayan lain, tak bisa melaut karena gelombang sedang tinggi. Di usianya yang masih belia, ia sudah berani ikut bersama sang ayah, mencari ikan dengan menggunakan perahu sampai ke tempat-tempat yang cukup jauh dari bibir pantai. Bahkan, beberapa kali di laut ia tidur dan bermalam diatas sampan hingga fajar tiba. Bagi masyarakat nelayan, melibatkan anak-anak mereka dilaut mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Ada semacam tradisi yang tertanam pada masyarakat nelayan, mendidik sekaligus melatih anak-anak mereka agar menyatu dengan alam. Mungkin dibanyak tempat, anak-anak pesisir lain juga sama dengan La Ali yang mempunyai kegemaran memancing dan membantu orang tua. La Ali hanyalah satu diantara banyak anak-anak pesisir lainnya yang sering memiliki keberanian dalam mengarungi laut.   

Saat berada dipantai, tak bosan-bosannya saya selalu memandang pesonanya. Melihat laut biru dan merasakan hembusan angin yang membawa gelombang. Kedamaian sangat terasa ditempat itu. Saya juga melihat kesederhanaan dari anak-anak nelayan. Mereka dengan riang bermain dipinggiran pantai, berlari dan berselancar dengan papan-papan kayu. Bagi mereka, laut adalah halaman sekaligus taman bermain yang mengajari banyak hal. Mereka sangat memahami jika laut menjadi bagian dari kehidupan mereka yang memberi ruang dan mendapatkan banyak pengetahuan. Laut yang memberi makna kehidupan, tentang manusia, tentang alam, tentang Tuhan yang menciptakan segalanya. Itulah sebab, pentingnya laut untuk selalu dijaga.

Bocah-bocah itu tak hanya tahu keberanian ayah ibunya saat mengarungi laut, tetapi mereka juga sadar kalau nenek moyangnya adalah para pelaut ulung yang dengan berani mengarungi samudera. Itu di dengarnya dari nasehat-nasehat orang tua mereka. Para orang tua mendidik mereka agar kelak bisa seperti para leluhur. Mereka sangat meyakini keagungan nenek moyang yang dahulu pernah jaya dilaut. Pesan itu kemudian masuk disetiap benak dan menjadi sebuah cita-cita mereka. Kelak suatu hari nanti, mereka juga bisa menjadi pelaut-pelaut yang tangguh dalam mengarungi laut dan akan mejelajahi negeri ini. Saya sangat terkesima mendengar pengakuan langsung dari mereka, sangat jarang kita mendengarnya dari anak-anak lain yang kehidupannya jauh lebih maju dari mereka. Saya mengerti, kehidupan mereka memang amat sederhana dan serba kecukupan. Namun dijiwa mereka telah tertancap satu tekad yang begitu kuat. Mereka tak kalah hebat dari anak-anak kota yang serba maju. Justru, anak-anak nelayan itu mencoba untuk memaklumi keadaan, memahami segala upaya yang dilakukan orang tua demi pendidikan dan selalu berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu.


Baubau, 26 Mei 2015

  

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts