Thursday, July 16, 2015

Mengingat Sosok Sang Pemberi Nama

Sumber: Yadi La Ode
HARI itu, 18 Mei 1988, seorang ibu mengeluh kesakitan pada sang suami. Ia sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakit yang mulai dirasakannya sejak semalam. Saat itu, ia belum lama memasukan ketupat dan lapa-lapa yang sudah dibuatnya dari semalam. Rencananya makanan itu akan disantap bersama keluarga sepulang dari sholat Ied Idul Fitri. Namun rupanya rencana itu tak berjalan sebagaimana yang diharapkan, sang ibu harus menghentikan pekerjaannya dan memilih berbaring. Melihat itu, sang suami dengan siaga segera memanggil bidan yang  jarak rumahnya tak jauh dari rumah mereka.

***

GEMA kumandang takbir mulai terdengar di subuh itu seiring rintihan suara rasa sakit dari ibu. Ia harus sabar menunggu datangnya bantuan dari bidan setempat. Sudah waktunya bayi yang di kandunginya selama sembilan bulan itu untuk melihat alam semesta. Namun tak berapa lama, akhirnya sang suami bersama bidan itu datang lalu dengan segera menangani dirinya yang sejak tadi terbaring. Suara tangis melengking disambut senyum dan tawa dari mereka yang melihat dan mendengar langsung tangis seorang bayi mungil yang terlahir dengan selamat di hari yang fitri itu, hari disaat seluruh umat muslim tengah merayakan lebaran dan melaksanakan shalat ied Idul fitri.
Lebaran saat itu adalah lebaran yang sangat istimewa bagi keluarga. Disaat bersamaan, rasa bahagia berlipat-lipat dengan lahirnya seorang anak tepat di hari lebaran. Sesuatu yang tak disangka-sangka dan diminta-minta soal waktu kelahiran itu. Yah tentu semua adalah takdir dari Illahi, DIA-lah maha mengetahui dan mengatur apa yang telah diciptakan-Nya.

Lebaran, adalah waktu yang tepat bagi siapa saja untuk saling mengunjungi, bersilaturahmi dan saling maaf-memaafkan. Setiap hari raya tiba, fenomena ini selalu kita tangkap di dalam masyarakat muslim kita. Sayangnya, makna lebaran dan silaturahmi itu tak melekat sepanjang masa. Selepas lebaran, kadang terlepas pula tali saliturahmi itu.

Mendengar seorang bayi yang baru lahir, para tetangga pun silih berganti datang mengunjungi rumah mereka. Mereka datang memberi ucapan sekaligus berjabat tangan untuk saling memaafkan. Diantara mereka yang datang, adalah seorang ibu berdarah Padang yang jauh-jauh datang mengabdikan diri ke pulau Buton. Ia datang memberi ucapan sekaligus membawa kado buat si bayi. Sejak lama ia mengabdikan diri sebagai guru di tanah penghasil aspal ini. Ia adalah seorang guru agama yang hari-harinya bersama murid sekolah menengah pertama di Pasarwajo, sebuah kota kecil yang berada di pulau Buton. Sebagai tetangga, keluarga mereka sangat terbuka dan cepat akrab.

Kehadirannya tak hanya kata ucapan dan memberi sebuah hadiah, namun beliau juga menitipkan sebuah nama untuk si bayi. Dengan harapan, nama itulah yang akan diambil. Melihat itu, orang tuaku sangat berterimakasih kepadanya. Pemberian hadiah dan nama itu adalah kenangan yang tak bisa dilupakan. Guru itu memberikan nama yang sama dengan nama hari raya yang sedang berlangsung saat itu. Nama itu adalah Fitri Yadi yang kemudian di sempurnakan oleh sang ayah menjadi La Ode Fitriyadi Nur Syawal.

Tentu, setiap manusia pasti memiliki nama. Nama adalah identitas yang menjadi sebutan bagi setiap orang. Tanpa nama, kita tak tahu apa sebutan bagi seseorang. Bagi saya, nama yang sudah diberikan adalah suatu kesyukuran. Sebab, tanpa nama saya menjadi tak dikenal oleh siapa pun dan saya pun bingung ketika memperkenalkan diri tanpa sebuah nama. Yang berat dari kita adalah menjaga dan merawat nama itu baik-baik. Menjaga nama sudah pasti menjaga prilaku dan sikap kita sendiri. Ketika moral itu rusak, maka nama lah yang menjadi sebutan pertama untuk dikenal.   

Sebulan ini kita telah berpuasa dan sampai pada puncak kita akan berlebaran. Seluruh umat muslim akan merayakan lebaran Idul Fitri pada Jumat besok. Menghadapi lebaran kali ini, saya kembali teringat sang guru pemberi nama itu. Sejak kepindahan dan kembali kekampung halamannya, kami sudah tak lagi bersua. Mungkin ia telah lupa dengan keluarga kecil kami, namun keluarga ini masih mengisahkan dirinya dan tak pernah lupa dengan sosoknya.



Baubau, 16 Juli 2015

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts