Apakah kemerdekaan itu, ketika penerangan dirumah-rumah kami hanya memakai lentera dan alat penerang seadanya?
Apakah kemerdekaan itu, ketika jalan-jalan di kampung kami berlubang dan berlumpur karena tak di aspal?
Apakah kemerdekaan itu, ketika lahan dan kebun kami kian menyempit ulah para investor yang merambah dan memaksa demi meraup keuntungan yang lebih besar dari kami?
Apakah kemerdekaan itu, ketika anak dan adik kami tak bersekolah karena guru dan bangunan sekolah tak ada di kampung kami?
Apakah kemerdekaan itu, ketika minimnya bantuan serta perhatian dari pemerintah terhadap petani dan nelayan di desa kami?
Dan kemerdekaan itu, sayang sekali hanya omongan kosong dari para politisi kampungan.
Yah ini hanya kemerdekaan semu, yang selalu saja merusak makna kemerdekaan yang sesungguhnya, yakni kemerdekaan rakyat untuk bisa hidup makmur dan sejahtera.
Kemerdekaan harusnya dimaknai sebagai perjuangan suci para pahlawan kita, yang dengan berani mempertaruhkan nyawa demi tercapainya kemerdekaan. Makna kemerdekaan mestinya bisa diresapi bersama, sebagai cinta dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas pengorbanan itu.
Sungguh mereka-mereka yang telah bersumpah atas nama agama dan rakyat tetapi justru ingkar karena ambisi dan keserakahan.
Perjuangan melawan penjajah memang telah sirna sejak 70 tahun yang lalu, tapi sayang kemerdekaan itu masih belum dirasakan mereka-mereka yang berada dipelosok.
Di momentum hari kemerdekaan ini, tidak lah cukup kita memperingatinya hanya dengan berbagai acara dan kegiatan yang lazim dilaksanakan setiap tahun. Tapi melalui sebuah perenungan yang dalam, maka akan lahir jiwa dan semangat yang sama dari kita semua. Semangat untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara, yaitu terwujudnya masyarakat adil makmur.
Dirgahayu Republik Indonesia
0 komentar:
Post a Comment