“Rakyat Indonesia akan mengalami celaka, bencana, malapetaka, dalam waktu dekat kalau soal makanan rakyat tidak segera di pecahkan, sedangkan soal persediaan makanan rakyat ini bagi kita adalah soal hidup atau mati.”
“Camkan, sekali lagi camkan, kalau kita tidak camkan soal makanan rakyat ini secara besar-besaran, secara radikal dan revolusioner kita akan mengalami malapetaka.
(Bung Karno)
BARANGKALI dari pidato Presiden Soekarno ini lah sehingga lahir spirit berdirinya kampus IPB dan melahirkan generasi-generasi baru yang bisa menyelematkan kondisi pangan kita di Indonesia. Sejak 52 tahun berdiri dan memisahkan diri dari Universitas Indonesia (UI). Institut Pertanian Bogor (IPB) awalnya baru memiliki dua fakultas kemudian berkembang menjadi lima fakultas yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan.
Terbentuknya kampus IPB tidak terlepas peran para founding father kita, sederet nama pejabat negara seperti Adhyaksa Dault (Menpora RI tahun 2004-2009), Andi Hakim Nasution (Cendekiawan dan Mantan Rektor IPB), Andung A. Nitimiharja (Menteri Perindustrian tahun 2004-2009), Anton Apriantono (Menteri Pertanian tahun 2004-2009), Bungaran Saragih (Menteri Pertanian tahun 2001-2004), Nur Mahmudi Ismail (Menteri Kehutanan tahun 1999-2001), Rokhmin Dahuri (Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2001-2004), Suswono (Menteri Pertanian era SBY), Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI ke enam), dan masih banyak lagi para alumnus yang kini menempati posisi-posisi strategis di pusat pemerintahan kita. Tentu, kampus-kampus ternama lain juga pastinya memiliki alumnus terbaik yang pernah atau kini mengisi posisi-posisi strategis baik di swasta maupun di pemerintahan.
![]() |
Kampus Dramaga IPB Bogor |
***
SESUAI dengan motonya “mencari dan memberi yang terbaik”, satu kebanggan bagi Institut Pertanian Bogor yang telah melahirkan generasi-generasi terbaik dan mampu berkontribusi pada bangsa dan negara. Tak hanya itu, berdasarkan data klasifikasi, pemerintah menetapkan 11 perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Data ini diambil berdasarkan laporan perguruan tinggi Indonesia di Pangkalan Data Perguruan Tinggi (BAN-PT) per Desember 2014. Kemenristek Dikti kemudian memberi skor dari skala 1-4 terhadap peringkat ini. Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan skor 3,490 berada di posisi ketiga di atas Universitas Indonesia yang justru berada di urutan ke empat. Baca Disini
Peringkat ini disusun berdasarkan empat kriteria: 1. Kualitas dosen atau sumber daya manusia, 2. Kualitas manajemen dan organisasi, 3. Kualitas kegiatan mahasiswa, 4. Kualitas penelitian dan publikasi ilmiah. Dari ke empat kriteria itu, menurut Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti, Patdono Suwignjo, sebenarnya universitas yang paling rajin memasukan data-data soal kondisi universitasnya berpeluang besar masuk dalam kriteria terbaik.
![]() |
Sekolah pascasarjana IPB |
Ditengah kesibukan masyarakat dan mereka berlomba ingin memperoleh pendidikan, justru kampus-kampus swasta yang tumbuh subur disetiap daerah tak bisa memberi pelayanan terbaik bagi mereka yang tak mampu keluar. Kehadiran kampus-kampus swasta lebih berorientasi bisnis ketimbang memberi kemudahan bagi mereka yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Berdirinya kampus swasta yang ada di tiap daerah sebenarnya diniatkan untuk mempermudah akses pelayanan pendidikan, menciptakan generasi-generasi yang berkualitas dan mampu bersaing dengan kampus lain. Herannya, lembaga pendidikan di manfaatkan untuk meraup keuntungan yang pengelolaannya lebih berorientasi proyek. Kualitas tak penting, yang terpenting adalah kuantitas dari nominal yang masuk kekantung-kantung para tenaga pengajar “rongsokan”. Mulai dari dosen yang tak mumpuni, bisnis skripsi, kurangnya fasilitas dan sarana baca, mahasiswa serba instan, sampai pada konflik perebutan jabatan di tingkat birokrasi kampus.
Sungguh kelam kampus-kampus yang bermental buruk seperti ini. Tak patut untuk ditiru dan hati-hati lah dalam memilih kampus. Ibarat kita ke pasar dan membeli ikan, bila kita tak hati-hati dan lihai memeriksanya, pasti yang didapat adalah ikan yang tak layak untuk dimakan. Yah, lebih baik membeli ikan dengan harga sedikit mahal tetapi aman kita mengkonsumsinya ketimbang yang murah tetapi tidak bergizi.
Sungguh kelam kampus-kampus yang bermental buruk seperti ini. Tak patut untuk ditiru dan hati-hati lah dalam memilih kampus. Ibarat kita ke pasar dan membeli ikan, bila kita tak hati-hati dan lihai memeriksanya, pasti yang didapat adalah ikan yang tak layak untuk dimakan. Yah, lebih baik membeli ikan dengan harga sedikit mahal tetapi aman kita mengkonsumsinya ketimbang yang murah tetapi tidak bergizi.
***
PAGI yang cerah di sebuah kampus berkonsep hutan, tampak mahasiswa mulai memadati halaman sebuah bangunan megah. Rata-rata dari mereka mengenakan pakaian batik dengan celana hitam, itu sesuai dengan arahan kampus bagi setiap mahasiswa baru. Di gedung Graha Widya Wisuda (Grawida), sekitar seribu orang mahasiswa baru program Pascasarjana dan mahasiswa Program Doktor mengikuti kuliah umum yang di bawakan langsung oleh Dirjen Pengadaan Tanah Kementerian Agraria dan Tata Ruang Budi Mulyanto. Narasumber lain yang hadir antara lain Wakil Rektor Prof. Hermanto Siregar, Dekan Program Pascasarjana Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Ph.D, Wakil Dekan Dr. Dra. Nasiti, Sekretaris Program Magister Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc, Kepala Pusat Perpustakaan Sumarlina, Direktur Integrasi Data dan Sistem Informasi (DIDSI) Dr. Ir. Idat Galih Permana dan Ketua Forum Wacana Luthfi Nur azkya.
Saat kuliah umum berlangsung, para pembicara menjelaskan banyak hal mengenai Administrasi Keuangan, Akademik, Perpustakaan, sistem informasi, serta aktivitas organisasi mahasiswa Pascasarjana. Bersama mahasiswa lain, saya ikut menyimak setiap penjelasan dari para narasumber. Di mulai dari Dekan Program Pascasarjana, dalam sambutannya beliau memberi gambaran umum tentang sekolah pascasarjana serta apa saja kelebihannya. Kemudian dilanjutkan oleh ibu Wakil Dekan Pascasarjana yang berbicara mengenai administrasi keuangan.
Secara detail ibu itu menjelaskan kewajiban mahasiswa baru program pascasarjana untuk kuliah tepat waktu agar biaya tak membenani setiap mahasiswa nantinya. Beliau juga sempat menyinggung mahasiswa penerima beasiswa (sponsor) dan mahasiswa penerima beasiswa dari orang tua alias biaya sendiri. Istilah itu baru juga ku dengar, kedengarannya lucu tapi cukup berat di telinga. Bagi saya, lebih tepat istilahnya adalah beasiswa “celengan” yang sumbernya dari siapa siapa saja yang ingin menyumbang. Sebagai penerima beasiswa “celengan”, dengan setia saya tetap mendengarkan setiap penjelasan sang pembicara.
![]() |
rektorat IPB |
Di era kini, betapa pentingnya ilmu dan pengetahuan bagi kehidupan setiap manusia. Termasuk lembaga pendidikan yang menyelenggarakan dan memberi pengajaran kepada kita semua. Keinginan untuk bersekolah dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah sebuah pilihan tepat diantara banyaknya pilihan-pilihan lain. Tak ada kata putus asa dan memilih menyerah. Sepanjang yang dilakukan adalah benar-benar tulus untuk pendidikan, pasti ada saja jalan keluar yang di temui.
Pengalaman berharga itu telah saya dapatkan hingga akhirnya cita-cita kecil ini bisa terwujud meski langkah tertatih-tatih saat melalui setiap tapak jalan yang penuh liku. Ini memang pilihan, telah selesai di pikirkan secara matang. Bukanlah hasil yang akan di kejar, bukanlah sederet gelar di akhir nama, yang pada akhirnya membuat kita lupa dengan tanggung jawab sebagai pendidik lalu merasa hebat di tengah-tengah masyarakat kampung.
Ini memang proses, yang setiap anak tangganya mesti di lalui dan dimaknai secara dalam. Tak ada celah untuk suap menyuap agar dengan mudah mendapat selembar ijazah. Semua di berlakukan secara profesional dan penuh kehati-hatian agar tak menjadi manusia plagiarisme yang serba instan. Ini adalah proses yang mesti dilalui dengan hati teduh dan penuh kesabaran. Di kampus yang rindang, yang di tumbuhi banyak pepohonan ini, telah ku semai bibit-bibit baru sebuah pengharapan. Semoga, bisa tumbuh subur dan menjadi penyejuk bagi penghuni lain. Apa yang telah menjadi mimpi-mimpi, ah biarlah waktu yang akan menjawab.
SPESIAL DIES NATALIS KE 52
INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)
(Bogor Agricultural University)
Bogor, 01 September 2015
0 komentar:
Post a Comment