TAK ada motivasi lain untuk mengikuti program beasiswa ini selain
alasan karena keterbatasan ekonomi, selain karena kondisi daerah yang jauh dari
akses untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Alasan lain, karena
perhatian kampus tempat saya kuliah dulu bersama pemerintah daerah barangkali
tidak fokus pada masalah pendidikan. Sehingga ada banyak putra-putri di daerah untuk
tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Padahal, ini semua demi
perbaikan sumber daya manusia yang lebih baik.
Motivasi saya untuk melanjutkan pendidikan S2 telah lama menyala,
meski berbagai terpaan begitu kencang hingga sempat menggoyahkan niat untuk tak
lanjut studi. Motivasi ini berawal dari lilin-lilin kecil yang menerangi
langkah untuk menapaki setiap anak tangga demi mencapai puncak yang gemilang. Motivasi
untuk menjawab mimpi-mimpi seorang anak kampung, demi satu asa yang nyaris
patah. Satu dari sekian banyaknya pilihan, motivasi ini demi melihat satu
senyum yang mekar di raut wajah yang kian keriput. Mereka adalah kedua orang
tua yang setiap waktu, setiap tidurnya, hingga di setiap hela nafas mereka
terus memberi doa demi anak-anaknya yang kini tumbuh dewasa menjadi anak-anak
yang berbakti dan berguna bagi bangsa dan negara.
Hari ini, saya telah menjadi satu
dari sekian ribu orang mahasiswa program Pasca Sarjana di Institut Pertanian
Bogor (IPB). Setelah tujuh tahun menamatkan program Strata Satu (S1) di sebuah
kampus swasta di Pulau Buton. Saat ini, saya kembali menjalani proses akademik,
menjalani setiap proses perkuliahan pada program studi Sosiologi Pedesaan, salah
satu jurusan yang telah lama ku gandrungi. Pilihan mengambil jurusan tersebut
karena selain basic keilmuan berasal
dari ilmu sosial, Sosiologi Pedesaan juga telah menjadi wacana kekinian yang berhasil
diangkat ke kepermukaan dan menjadi tugas para ilmuwan untuk menggali segala
potensi yang di miliki desa selama ini. Berbicara pembangunan, mestinya
pembangunan itu di mulai dari pinggiran, pembangunan yang di awali dari desa
untuk sebuah peradaban. Banyak hal yang harus di pelajari tentang desa, tentang
masyarakat, tentang budayanya yang unik, atau tentang tanahnya yang begitu
subur. Namun di tengah pembangunan desa, terdapat sejumlah oknum dan korporasi
yang dengan “rakus” mencoba mengambil kekayaan desa melalui elit birokrasi. Di
titik inilah keprihatinan saya selalu muncul untuk mempelajari banyak hal
tentang desa dari sudut pandang sosiologi dan apa kontribusi yang akan
kuberikan kelak suatu hari nanti.
Belum genap empat bulan lamanya
saya menjalani aktivitas sebagai mahasiswa di kampus IPB. Namun dibalik kehadiran
saya menjadi seorang mahasiswa, kampus ini telah memotivasi saya untuk terus
belajar dengan sungguh-sungguh. Begitu susah payahnya saya menembus hingga bisa
di terima sebagai seorang mahasiswa, begitu banyaknya rintangan yang di lalui
untuk mendapatkan pendidikan di salah satu kampus terbaik ini, begitu banyak
onak dan duri yang di lalui demi satu harapan yang begitu besar. Hampir saja
saya mengambil keputusan yang salah dengan memilih berhenti.
Di awal pendaftaran saya sempat “down” karena terkendala biaya masuk.
Saya memutuskan untuk kembali ke kos lalu berdiam seorang diri. Sementara,
waktu pendaftaran tinggal beberapa jam lagi akan di tutup. Saat itu adalah
waktu batas terakhir pendaftaran gelombang kedua, dan setelah itu tak ada lagi
sampai menunggu tahun akademik baru. Detak jarum jam terus berbunyi, pertanda
waktu terus berjalan. Hati saya terus berkecamuk, tak beraturan, upaya apalagi
yang saya harus lakukan. Saya tak mungkin membebani orang tua dengan kondisi
yang tak memungkinkan. Tiga orang saudaraku pun tak cukup membantu menutupi
kekurangan biaya pendaftaran, saya pun pasrah hari itu. Tapi entah apa
tiba-tiba saja pertolongan itu datang pada manusia yang sedang mengalami kesusahan,
Handphone ku berdering, seorang kawan
menelfonku dan menyatakan kesediaannya membantu mencukupi biaya pendaftaran
kuliah. Sontak, saya lalu bangkit dari pembaringan dan bergegas menuju Bank
untuk melakukan transaksi pembayaran pendaftaran masuk kuliah.
Berangkat
dari situlah, tak henti-hentinya saya mengucap kata syukur dan berterima kasih
pada mereka-mereka yang iba pada diri saya di tengah kesulitan yang melilit. Di
titik inilah saya selalu percaya bahwa sesulit apapun masalah yang di hadapi
selalu saja ada jalan keluar, selalu ada “sihir” dari para peri yang telah
membalas kebaikan-kebaikan kita. Membangun pertemanan dengan baik adalah
investasi yang tak bisa di bawa pada rumus angka. Barangkali dengan kita selalu
rendah hati dan saling menolong, maka kebaikan kita akan selalu di ingat sampai
kapan pun. Sama halnya ketika seorang kawan kampus mengabarkan penerimaan
Beasiswa Unggulan ini pada saya beberapa waktu lalu. Dengan teliti, satu per
satu persyaratan kubaca dan segera kulengkapi apa yang menjadi persyaratan.
Beasiswa ini adalah Beasiswa Unggulan Bagi Pegiat Sosial dan Seniman. Awalnya
saya sempat pesismis untuk bisa di terima nantinya. Sebab mungkin saya tak
masuk dalam kategori Putra-Putri terbaik yang dimaksud, tapi apa salahnya kalau
saya mencoba dulu. Dengan berbekal pengetahuan yang di dapat di kampus dan
pengalaman berada di tengah-tengah masyarakat desa. Saya berupaya dan berharap,
namaku bisa masuk di antara seratus nama lainnya yang akan di terima nanti.
Semoga.
"Essay ini sebagai syarat mengikuti program Beasiswa Unggulan yang di selenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI"
ReplyDeleteGames Taruhan Online Sabung Ayam Live Terlaris Di Indonesia
Ayo Saksikan Pertandingan Secara Live dan Gratis Setiap Hari
Kemudian Pilih Ayam Jagoanmu Lalu Menangkan Puluhan Juta Rupiah
Banyak Promo Dan Bonus Berlimpah Menantimu
Mari Kunjungin Segera Website kami :
www(titik)bolavita(titik)vip
www(titik)sateayam(titik)club
www(titik)pokervita(titik)live
Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
Live Chat Online 24 JAM NONSTOP !!!
WA : +628122222995
Pin BBM : BOLAVITA / D8C363CA (NEW)
INFO SLOT GACOR TERBARU DAN RESMI TERPECAYA
ReplyDeleteKlik Review ====>SANTA PRAGMATIC GACOR