JIKA selama ini saya hanya mengenal para penulis blog di blog Kompasiana, maka kali ini saya berjumpa langsung dengan mereka di acara Kompasianival 2015. Acara itu digelar selama dua hari (12-13) di Plazza Gandaria City, Jakarta. Kompasianival menjadi perayaan puncak tujuh tahun Kompasiana sekaligus ajang Kopdar netizen se-Indonesia. Di acara itu, para penulis Kompasiana atau akrab disapa Kompasianer datang bersilaturahmi, saling bertukar pikiran, dan mengikuti rangkaian acara kegiatan adu kreativitas. Di hari pertama acara Kompasianival 2015, saya menjadi salah satu pengunjung yang menyaksikan kemeriahan acara itu. Sebelumnya, seorang Kompasianer mengajakku untuk datang menghadirinya. Ia adalah seorang penulis blog yang sangat produktif dan pernah meraih penghargaan dua sekaligus dari Kompasiana (Kompasianer of The Year 2013 dan Reporter Warga Terbaik), ia memang seorang traveller yang hobi menulis dan memotret. Di acara Kompasianival 2015, ada banyak kejutan yang sebelumnya tak kuduga.
***
SAAT memasuki kawasan Mall Gandaria City Jakarta, kemeriahan begitu nampak dari ramainya pengunjung yang berlalu lalang dalam kawasan mall. Mereka datang untuk melihat-lihat setiap booth komunitas dan panggung acara. Diantaranya, Komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) dengan kegiatannya mulai potluck, wefie di booth, lomba foto kuliner, lomba tebak makan, lomba tulisan KPK. Berbeda dengan komunitas musik di Kompasiana yakni Komposer dengan lomba Karaoke, setiap peserta diseleksi dari tulisan-tulisannya. Di Komunitas Fiksiana, akan menghadirkan penulis cilik untuk sharing di panggung komunitas. Fiksiana juga memamerkan buku fiksi kumpulan tulisan Kompasianer penulis fiksi di Kompasiana. Kutu Buku atau Kompasianer Ulas dan Tulis Buku juga memilih kegiatan bedah buku bersama kompasianer di panggung komunitas. Ada juga komunitas CLICK atau Commuterline Community of Kompasiana juga akan mengisi kegiatan panggung dengan pre-launching buku Si Ular Besi Antar Jonan Jadi Menteri, yang ditulis oleh Kompasianer anggota CLICK, P Akhmad Sujadi, mantan Kahumas PT KAI Daop I Jakarta. Seni dan puisi juga tak ketinggalan, ada musikalisasi puisi, lomba puisi, yang dihadirkan oleh Komunitas Desa Rangkat. Selain desa Rangkat, buku-buku karya anggotanya juga ikut dipamerkan. Sementara untuk Regional Kompasiana, Kompasianer Amboina yang merupakan satu dari empat komunitas regional Kompasiana juga terlibat dalam mengisi acara di panggung Kompasianival 2015. Tiga komunitas regional lainnya adalah Konek dari Surabaya, Kbandung, dan Bolang dari Kompasiana Malang. Kompasianival mengajak nitizen aktif dalam kegiatan Flash Mob SKJ dan aktivitas bergerak lainnya dengan menghadirkan atlet voli Amalia Farina di booth Koprol atau Kompasianer Penggemar Olahraga.
Apresiasi juga diberikan kepada Kompasianer yang paling banyak menulis olahraga di Kompasiana sepanjang 2015. Selain itu, ada juga komunitas keluarga dan perempuan. Kegiatannya adalah talkshow tentang manfaat kebiasaan menulis di keluarga. Pokoknya, semuanya menarik. Tak puasnya saya terus keliling di area Kompasianival 2015. Mengikuti dialog yang dihadiri langsung oleh seorang Profesor sekaligus menjabat sebagai Bupati Bantaeng Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah. Dalam acara dialog, Pak Nurdin berbagi ide melalui sejumlah prestasi yang telah ia bangun sepanjang menjabat. Semua pengunjung terkesima denganya, memberi applouse sebagai bentuk apresiasi. Kabupaten Bantaeng yang sebelumnya daerah tertinggal, telah disulap lewat ide dan kerja kerasnya hingga melejit menjadi satu daerah yang diperhitungkan di Indonesia. Saya hanya berpangku dagu sambil merenung, andaikan pak Nurdin menjabat sebagai Walikota atau Bupati di pulau Buton kampung halaman saya. Mungkin daerahku akan dikenal sampai keseluruh Nusantara karena prestasi dan kesejahteraan masyarakatnya. Tapi mungkin suatu saat nanti, ketika masyarakat kian sadar untuk menentukan dan memilh pemimpin yang berkualitas. Kompasianival atau Kompasiana Karnival adalah ajang berkumpulnya warga internet (nitizen), blogger, komunitas, dan penggiat media sosial dari seluruh penjuru negeri. “Indonesia Juara” merupakan tema yang diusung tahun ini.
![]() |
Sumber: Bupati Bantaeng usai dialog di acara Kompasianival 2015 (foto.yadilaode) |
Menurutku ini tema yang sangat luar bisa, ini adalah predikat dari mereka-mereka yang masih optimis terhadap tanah air. Mereka masih optimis ditengah carut marutnya perpolitikan negeri ini. Mereka yang memberi predikat Juara adalah mereka yang benar-benar tahu, bahwa dari karya-karya anak bangsa, Indonesia Juara. Mereka yang masih terus berkarya adalah mereka yang mencintai tanah air Indonesia. Saya merasakan suasana berbeda saat melihat para Kompasianer berada di alam yang nyata. Padahal dihari-hari biasa mereka hanya ramai di blog Kompasiana, mereka hanya nampak dalam layar laptop dan gadget. Tapi di acara Kompasianival kali ini, mereka berani menampakkan diri. Saling berkenalan atau bahkan yang sudah tidak asing lagi. Sudah pasti, mereka yang tidak asing itu adalah mereka yang paling sibuk di Kompasiana. Mereka yang tidak pernah alpa dalam sehari atau tulisannya tampil di headline. Barangkali ini yang membuat seorang Kompasianer Yusran Darmawan lebih banyak disapa oleh sesama blogger ketimbang seorang penulis ternama seperti Seno Gumirah Adjidarma di lokasi acara Kompasianival hari itu. Tetapi ini hanya sekilas pengamatan saya dilokasi acara.
Banyak kemungkinan untuk melihat hal ini. Mereka yang berada ditempat itu mungkin segan atau sudah sering ketemu. Atau mungkin memang mereka benar-benar tak tahu siapa dia. Saya begitu kagum begitu melihatnya, dia tampak sudah berumur tetapi masih tegap berdiri. Begitu tampak kalau dirinya adalah seorang maestro dan penulis handal. Dibalik wajah yang brewokan itu, angat jelas kalau dirinya telah melahirkan banyak karya-karya sastra. Satu kutipan dari bukunya yang pernah kubaca adalah “Menulis adalah satu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah dimana. Cara itulah yang bermacam-macam dan disanalah harga kreativitas di timbang-timbang” Seno Gumira Adjidarma, Ketika Jurnalisme di Bungkam Sastra Harus Bicara.
![]() |
Bersama Fikria, photographer kompas |
![]() |
Bersama Seno Gumira Adjidarma |
Beberapa buku karya Seno lainnya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni-Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Sayangnnya saat bertemu Seno di acara itu saya tak sempat membawa buku karyanya untuk ditandatangani langsung oleh sang pengarang. Meski begitu, di acara Kompasianival 2015 kali ini, saya menemukan banyak kejutan yang sebelumnya tak kuduga. Para Kompasianer yang datang tidak hanya yang berada di wilayah Jabodetabek, mereka yang berasal dari Indonesia bagian timur pun datang meramaikan acara ini. Mereka bukanlah warga dunia maya yang sibuk merusak dan membawa berita bohong. Mereka hanyalah orang-orang sederhana yang masih mau berbagi pengetahuan lewat tulisan dan pengalaman.
Jakarta, 13 Desember 2015
0 komentar:
Post a Comment