![]() |
Sumber: mediapijar |
MENYALAKAN kembang api dimalam pergantian tahun baru, menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu. Di tunggu-tunggu karena dari kaula muda sampai yang manula melihat ini adalah hal yang paling romantis. Bagi kaula muda, mungkin berada diantara kerumunan orang dan di bawah letusan kembang api, adalah hendak mengungkapkan segala perasaan yang lama mengendap, meluapkan segala hasrat yang lama membeku, ditambah suasana romantis yang begitu melekat hingga lupa akan segala hal diluar mereka berdua. Makanya, selalu keluar kata-kata pengklaiman atas pemilik sah Bumi ini, "dunia ini hanya milik kita berdua sayang". Yaah kelihatannya agak konyol, tapi itulah cinta, yang begitu terasa dahsyat dimasa-masa seperti itu.
***
BAGI pemuda-pemudi, dari yang masih "ingusan" sampai yang sudah mengalami Pubertas. Momentum malam tahun baru adalah waktu yang ditunggu-tunggu untuk "pesta". Beragam pesta yang dibuat untuk memeriahkannya. Tidak hanya itu, ada semacam "ritual" agar euvoria tahun baru begitu terasa. Inilah tahun baru, dengan beragam acara dan pesta yang menghidupkan malam. Dengan dentuman bass musik Dj yang mengiringi, dengan bunyi terompet dan dentingan botol-botol kaca dimeja bar, dengan seorang wanita seksi yang menari-nari diatas panggung. Ah... ini mungkin hanya hayalan buat malam tahun baru nanti. Nikmati saja malam ini, dengan segelas Wine yang sedikit memabukan.
Tidak hanya kemeriahan acara malam tahun baru yang menjadi puncak. Beberapa pemerhati, apakah mereka dari kalangan akademisi, politisi, atau LSM sering mengadakan diskusi atau dialog akhir tahun. Tujuannya untuk merefleksi, mengevaluasi, merekonstruksi, dan "mer-mer" yang lain. Topik yang diangkat masih sama dengan topik-topik sepuluh tahun yang lalu, yakni tentang kinerja pemerintah. Kelompok-kelompok itu berdialog untuk melihat sejauhmana perkembangan dan apa saja program yang sudah dilakukan birokrasi.
Sayangnya, hasil dialog menguap begitu saja dan tidak memberi dampak signifikan terhadap kebijakan pemerintah. Tapi, itulah kumpul-kumpul ala aktivis yang idenya berlimpah tapi minim realisasi. Mungkin karena virus "Vickynisasi" yang menyebar dikalangan aktivis kampus. Pada akhrinya yang terjadi adalah "apologisasi" demi kelihatan ilmiah saat dibahasakan. Tapi sekali lagi ini hanya bagian dari kemeriahan tahun baru. Yang puncaknya adalah "pesta" dimalam gemerlap.
Tidak hanya itu, malam tahun baru juga menjadi panggungnya para pejabat atau elit politik. Yang dengan gagah dan bangga bisa berbicara diatas mimbar untuk menyampaikan secuil prestasi. Prestasi-prestasi yang dimaksud biasanya soal taman yang sudah dibangun dimana-mana, soal penerimaan piala penghargaan sebagai kota yang katanya paling bersih, atau soal-soal yang lain yang tidak begitu penting untuk disampaikan didepan khalayalak.
Bukan karena kota tak butuh taman dan penghargaan. Tapi ini soal rakyat, soal lapangan pekerjaan, soal mereka dengan kemiskinan, petani, nelayan, dan buruh, yang nasibnya begitu memprihatinkan. Pernahkah sang kepala daerah membeberkan ini didepan publik, dengan menjelaskan angka kesejahteraan masyarakat di daerah kita? Hmm, atau mungkin para pejabat itu sudah mewakili semuanya.
Mereka tidak hanya mewakili suara-suara kita diparlemen. Tetapi mewakili semua yang seharusnya menjadi hak-hak hidup kita (hidup nyaman, fasilitas, kekayaan dll). Entahlah, pastinya kembang api yang bertabur dilangit malam nanti adalah sejumlah uang yang sumbernya dari kantung daerah, yang keputusannya sangat cepat dibahas dalam ruang dewan, yang sebentar lagi akan meledak dilangit gelap lalu menjadi abu dan lenyap dihempas angin.
Selamat Tahun Baru, Mari Berpesta
0 komentar:
Post a Comment