TAHUN 2016 adalah tahun baru (yaa iyalah). Masih hangat, belum lama diangkat dari dalam "panci" tahun 2015. Tahun 2016 adalah tahun penuh harapan (harap-harap cemas). Tahun emas bagi pedagang emas, atau tahun emas bagi tukang gigi emas. Hiks. Yang pasti, tahun 2016 masih ada dua belas bulan lagi untuk masuk ke tahun 2017 (Semoga, kalau belum kiamat). Tadinya, ditahun 2016 ini ada 365 hari, tapi karena kita sudah memakainya untuk memperingati tahun baru. Yaah jadinya sisa 364 hari saja. Seiring dengan berkurangnya hari ditahun ini, usia kita juga kian berkurang. (Ayo berdoa, menurut kepercayaan masing-masing).
Meskipun kita sudah memasuki tahun 2016. Namun tahun 2015 telah meninggalkan jejak yang begitu bermakna bagi saya, tahun yang membongkar segala kekauan di dunia kepenulisan. Saya tidak menyangka akan ada kejutan-kejutan kecil ditahun 2015 lalu. Saya tidak pernah berpikir sampai se produktif ini menulis. Seperti kecanduan berat, ketika berhenti, saya jadi gelisah, kepala sedikit pusing dan hari-hari dipenuhi dengan kegelisahan.
Meskipun kita sudah memasuki tahun 2016. Namun tahun 2015 telah meninggalkan jejak yang begitu bermakna bagi saya, tahun yang membongkar segala kekauan di dunia kepenulisan. Saya tidak menyangka akan ada kejutan-kejutan kecil ditahun 2015 lalu. Saya tidak pernah berpikir sampai se produktif ini menulis. Seperti kecanduan berat, ketika berhenti, saya jadi gelisah, kepala sedikit pusing dan hari-hari dipenuhi dengan kegelisahan.
Padahal sebelumnya, ketika memulai untuk menulis, saya selalu mendapat hambatan-hambatan seperti; menulis bagaikan beban, frustasi setiap kali menulis, menulis mendatangkan stres, menulis dengan penuh kecemasan, menulis hanya menimbulkan kesia-siaan, sulit menulis karena sibuk, bingung mencari topik, tak berdaya ketika menulis, atau karena tidak percaya diri. Semua itu adalah masalah-masalah kita ketika hendak memulai menulis. Memang, menulis tidak semudah yang kita bayangkan. Tidak semudah kita meng Copy-Paste karya-karya orang, apalagi tidak mencantumkan nama si pengarang.
Namun ketika saya memulai untuk menulis. Saya berhasil keluar dari ketakutan-ketakutan kecil itu. Awalnya, Saya mencoba untuk merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat hingga menjadi sebuah paragraf. Oh rupanya saya bisa, saya bisa untuk melanjutkan lagi sampai menjadi satu karya yang menurutku bisa terbaca, bisa dipahami, dan bisa memberi makna bagi para pembaca. Dititik itu, saya semakin percaya diri untuk terus menulis. Tak peduli pada mereka yang mengkritik, dianggap lucu, atau mereka yang memberi sejumlah komentar. Baik yang sifatnya kritik atau hanya sekedar masukan. Tapi itulah konsekuensi atas sebuah karya tulis. Kita hanya bersiap untuk mempertanggungjawabkan dari apa yang kita tulis. Sepanjang tulisan yang kita buat sesuai fakta dan masuk akal. Tidak ada masalah dan teruslah menulis.
Sebagaimana kata Hernowo dalam bukunya “Mengikat Makna”. Hanya perlu tiga langkah untuk memecahkan problem-problem menulis anda dan menjadikan anda dapat membaca-menulis yang memberdayakan. Pertama, Membangun “Ruang Privat” di dalam pikiran anda. Kedua, Menyelenggarakan kegiatan Membaca dan Menulis secara bersamaan. Ketiga, Berusaha sekuat tenaga untuk meraih makna. Maka ketika semua bisa dipahami dan dipraktekan, saya bisa menulis dengan perasaan bahagia, menulis dengan ringan dan senang, menulis dengan kesabaran tinggi dan tidak terburu-buru, menulis dengan perasaan sangat puas karena senantiasa berhasil menggali materi dari dalam diri. Hasilnya, saya bisa menulis apa saja dengan bebas tanpa beban. Bisa dengan lepas menulis dalam blog pribadi saya. Bahkan, beberapa kawan meminta saya untuk menyumbang tulisan dalam proyek pembuatan buku. Beberapa tulisan-tulisan itu, saya coba rangkum diawal tahun 2016 ini, yakni;
Buku ini adalah kumpulan kesaksian dari para penyaksi yang hidup dimasa kini. Kesaksian mereka menjelajahi daratan ataupun lautan sebuah tempat atau daerah indah dan luar biasa. Buku ini adalah antologi, yang konsep penyusunannya adalah Traveling dan Adventure. Buku ini dibuat hendak memperkenalkan keindahan Wakatobi, yang ketika orang lain membacanya seolah-olah membawanya dalam sebuah perjalanan menikmati indahnya panorama alam laut dan pantai Wakatobi. Alur dalam buku ini dibuat dengan gaya tulisan reportase. Buku ini di editor oleh M. Mu’min Fahimuddin bersama Yusran Darmawan dan di terbitkan oleh Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB kerjasama dengan Kementerian Pembangunan Pedesaan, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Pemerintah daerah Wakatobi, dan Komunitas Informasi Wisata (KITA) Wakatobi.
2. Mendapat Juara 2 kompetisi Blog
Saat itu, sebuah pengumuman disebar di media sosial. Pengumuman itu tentang kompetisi Blog oleh sebuah komunitas Kebangsaan_ORG dengan tema Catatan Cinta Kebangsaan. Melihat pengumuman itu, saya pun mencoba untuk ikut. Setelah tulisan selesai kubuat, saya lalu simpan kedalam Blog pribadi dan linknya ku kirim ke alamat lomba. Beberapa minggu kemudian, pagi itu saya dikagetkan dengan pengumuman di facebook kalau Blogku menjadi pemenang kedua dari lomba tersebut. Padahal, saya hanya mencoba-coba dan tak mengharap apapun dari lomba itu. Judul yang ku angkat sangat sederhana, yaitu “Mimpi Pemuda Membangun Desa” sebuah kisah pemuda yang memilih kembali kedesa demi membangun desa.
Bersama beberapa orang senior (Yusran Darmawan, Syahrir Ramadhan, Nasruddin, dan Mu’min Fahimuddin), saya diminta untuk terlibat dalam penyusunan buku ini. Mulai dari tahap wawancara narasumber, mengumpulkan sumber-sumber informasi, sampai dengan menyusun isi buku. Buku Biografi ini dirancang sebagai sebuah kajian dan bahan naskah akademik yang berisi autobiografi tentang bapak Drs. H. Laode Manarfa. Melalui buku ini, Tim Penyusun hendak berupaya untuk mempublikasikan lebih jauh dan lebih dalam profil dan pemikiran Drs. H. Laode Manarfa yang dikenal sebagai sosok yang kharismatik dan tokoh masyarakat Buton. Biografi La Ode Manarfa ini mengkisahkan lelakon putra seorang Sultan Buton yang hidupnya didedikasikan untuk orang banyak. Manarfa memiliki banyak peran dalam masyarakat Buton.
Sebuah penerbit bukusendiri.com, yang membuka lomba-lomba menulis. Dari tulisan-tulisan yang di ikutkan dalam lomba, kemudian dikumpul lalu dibuat dalam satu buku. Namun, buku itu tak berupa cetakan sebagaimana buku kertas yang kita sering baca. Buku itu dibuat dalam bentuk aplikasi e-book. Nah, dari sekian banyak penulis yang ikut serta. Tulisan-tulisan dari para penulis itu lalu disusun dalam sebuah buku berbentuk aplikasi. Bagi yang ingin membacanya, bisa mendownload di Playstore atau aplikasi lain di handphone.
5. Menulis di Blog dengan Seratus Tulisan
Dalam beberapa tahun, saya bisa melihat tulisan-tulisan itu mulai memenuhi dinding Blog pribadi saya. Saya bisa membaca ulang setiap tulisan yang pernah kubuat. Saya merasakan karya-karya itu begitu nyata. Saya senang bisa sampai titik ini. Tulisan-tulisan itu ku buat sejak beberapa tahun lalu. Yang isinya hanyalah sepenggal cerita orang-orang kecil di pedesaan, tentang catatan perjalanan ke pelosok-pelesok yang mempesona, atau tentang kisah seseorang yang menginspirasi.
Saya tak hendak menunjukkan seberapa banyak catatan dalam Blogku. Saya hanya ingin menghadirkan sesuatu agar banyak orang yang berkunjung di Blog itu. Saya mencoba untuk mengangkat apa yang belum diketahui agar kita tahu bersama. Saya ingin menyajikan sesuatu dalam catatan-catatan sederhana ini agar menginspirasi dan bermakna untuk kita semua. Semoga di tahun 2016 ini, ada banyak kejutan yang didapat dan bisa lebih bermakna lagi.
0 komentar:
Post a Comment