Sunday, April 3, 2016

Antara Aku, Kamu, dan Hujan



sumber: foto yadilaode
GEMURUH, langit biru berubah gelap, mendung, awan tebal tak lagi mampu menahan beban air hingga tumpah dan membasahi seluruh alam semesta. Gemuruh dan petir disana-sini. Langit kembali menunjukkan keperkasaannya, langit seakan marah. Aku yakin kamu pasti tahu, semua orang pun tahu. Aku sadar, tidak semua berbahagia ketika langit berubah gelap. Aku yakin tidak semua menginginkan hujan turun sederas kali ini. Aku tak tahu harus mengatakan apalagi, biarkan angin yang menyapu semua ini.

“Hujan pernah merebut seseorang dariku. Ia merampas kebahagiaan yang tumbuh di dadaku. Ia memaksa aku menjadi sendiri.
Hujan juga pernah membuat janji kepadaku. Ia tak akan jatuh lagi di mataku. Namun ia berdusta, ia meninggalkan aku tanpa permisi.
Saat aku merasa hujan hanya datang untuk menyakiti, kamu hadir. Mengajarkan aku bahwa Tuhan tak menciptakan hujan untuk bersedih, tetapi Ia menyiapkan hujan untuk merasa kita pulih.
Aku sadar, terkadang orang yang kita cintai diciptakan Tuhan bukan untuk dimiliki, tetapi aku ingin Tuhan menciptakanmu untuk memilikiku” Boy Candra, Setelah Hujan Reda.


Nb: Disaat waktu luang, disaat hujan, disaat tak tahu harus berbuat apalagi.

Bogor, 3 April 2016

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts