"SUMPAH
TKW INDONESIA"
TKW
- Tak Kenal Waktu
- Kami TKW
Indonesia dengan ini menyatakan perasaan kami, hal-hal yang mengenai gaji
dan potongan diatur oleh agensi.
- Kami
TKW Indonesia berkerja tak kenal waktu, siang jadi malam, malam jadi
siang.
- Kami
TKW Indonesia merasa bangga dijuluki pahlawan devisa, #^%^*%&^....
(dalam bahasa Jawa)
- Kami
TKW Indonesia, kami tercipta dali/ri (keseleo) rusuk tapi alhamdulillah
menjadi tulang punggung, tulang punggung keluarga.
- Kami TKW
Indonesia, perginya loyo pulangnya gagah, tapi ana bae sih
^%&%*&(* (dalam bahasa jawa).
- Kami TKW
Indonesia berterimakasih kepada facebook yang memudahkan kami
berkomunikasi dengan sesama dan keluarga.
- Kami TKW
Indonesia kami bercita-cita punya rumah gedung dan sawah luas.
….*^(*&^(*&^( (dalam bahasa jawa).
- Kami TKW
Indonesia berterimakasih sama “Babe Haris” (entahlah siapa dia) yang
merubah nama BABU menjadi ARUNGTA alias Asisten Rumah Tangga
*&^^*&^(^( (dalam bahasa jawa).
- Kami TKW
Indonesia, kami merasa senang berkerja diluar negeri, karena nggak dapat
tempat didalam negeri.
- Kami
TKW Indonesia, kami menangis dikala lebaran dan hari raya, tapi kami
gembira disaat menginjakan kaki kami kembali ke tanah air.
- Kami
TKW Indonesia, dilihat sebelah mata oleh dunia, karena pekerjaan kami
dianggap hina dan rendahan
- Kami
TKW Indonesia titip salam kepada sang Presiden, bahwa kami baik-baik saja,
karena kami turut memilih anda.
- Kami
TKW Indonesia, kami tak banyak menuntut dan tak banyak mengeluh, walaupum
kami dianggap hina.
- Kami
TKW Indonesia, merasa bangga karena kami masih memiliki tanah air sendiri,
tanah air Indonesia.
Terimakasih
dan salam sejahtera Negeri Formosa
Atas
nama Nina Armila.
TKW
asal Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah
Klik
Videonya DI SINI
![]() |
ilustrasi. foto: antarasulsel.com |
***
VIDEO ini diunggah di Youtube sejak 30 Agustus 2015 lalu. Video dengan durasi 2.59 detik ini tentang isi hati seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Sidareja, Cilacap, Jawa Tengah yang kini berkerja di Taiwan. Sebelumnya, juga pernah beredar luas video Prista Apria Risty, TKW yang berkerja di Hongkong. Ia juga pernah meluapkan curahan hatinya tentang bagaimana berkerja diluar negeri. Namun berbeda dengan yang dilakukan Nina Armila di negeri Formosa itu. Ia menyatakan sejumlah sumpah yang diberi nama "Sumpah TKW". Memang sumpah TKW ini tak sesakral sumpah-sumpah lain. Misalnya Sumpah Mahasiswa yang hanya populer dikalangan mahasiswa era reformasi, atau Sumpah Pemuda yang hanya bisa membakar semangat kaum muda. Begitu pula dengan sumpah TKW ini, yang hanya bisa dibahasakan oleh para TKW-TKW kita.
Berdasarkan
Data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI) sepanjang 2014 mencatat penempatan TKI ke berbagai negara di dunia
sebanyak 429.872 orang. Jumlah itu meliputi 219.610 (58%) TKI formal dan
182.262 orang (42%) TKI informal (BNP2TKI, 2014). Dari data yang ada,
penempatan TKI selama empat tahun terakhir (2011-2014) terjadi naik turun. Ada
tiga penyebab (kemungkinan) kenaikan jumlah prosentase penempatan TKI formal
dan penurunan penempatan TKI informal, yaitu: (1) Penurunan TKI Formal karena
pembenahan penempatan TKI di beberapa negara dikawasan Timur Tengah, (2)
diberlakukan langkah pengetatan penempatan TKI dengan memberlakukan durasi
waktu pelatihan yang dibuktikan melalui kehadiran sistem sidik jari (finger
print), (3) ketersediaan tenaga kerja unskill di daerah yang
benar-benar berkurang.
Dalam konteks gender, jumlah penempatan TKI perempuan selama empat tahun terakhir (2011-2014) masih tergolong tinggi dibanding laki-laki. Budaya patriarki menyebabkan perempuan harus melakukan peran ganda, sehingga banyak perempuan yang mencari kerja sebagai TKW. Mereka meninggalkan keluarga tercinta demi mendapatkan pekerjaan, demi sesuap nasi. Dominasi laki-laki hampir disemua aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Peran perempuan menjadi kelas kedua dalam kehidupan. Ada banyak orang menganggap bahwa tugas-tugas rumahtangga dan mengasuh anak adalah tugas perempuan, meskipun perempuan tersebut telah berkeja diluar rumah.
Perkembangan
studi gender di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perkembangan studi gender
di berbagai negara. Perspektif Women in Development (WID) menuntut
agar terdapat persamaan kesempatan antara laki-laki dan perempuan dalam proses
pembangunan. Hal ini erat kaitannya dengan paradigma Women In
Development (WID) yang memperkenalkan konsep Gender
and Development (GAD), dimana studi tentang perempuan
dihubungkan dengan laki-laki. Gender and Development (GAD) menekankan
pada redistribusi kekuasaan dalam relasi sosial perempuan dan laki-laki. Kekuasaan
laki-laki di bidang ekonomi, sosial, dan budaya terus dipertanyakan. Dalam
pendekatan ini, dipandang bahwa yang menciptakan ketidakadilan antara laki-laki
dan perempuan adalah struktur dan proses sosial politik. Ketidakadilan antara
laki-laki dan perempuan terlihat pada akses dan kontrol terhadap sumber daya,
kesempatan dan manfaat, serta dalam pengambilan keputusan. Untuk itu pendekatan
dalam GAD ini mengubah cara berpikir dan praktek untuk mendukung persamaan
kesempatan, pilihan, dan kesetaraan.
Kehadiran
Tenaga Kerja Wanita (TKW) telah memberi dampak terhadap ekonomi kita.
Prestasinya memberi sumbangan devisa yang cukup besar. Sayangnya prestasi itu
dinilai hanya berdasarkan indikator ekonomi, sehingga terkesan keluar dari
subtansi persoalan yang sesungguhnya menutupi kelemahan pihak
penyelenggara program. Program pengiriman TKW ke luar negeri terlalu didominasi
motif pendekatan bisnis yang sesuai dengan selera kepentingan kelompok
kapitalis. Prinsip hitung-hitungan ekonomi selalu menjadi ukuran. Hal ini
menjadi sangat sensitif karena melibatkan perempuan yang berstatus istri dari
seorang suami sekaligus ibu bagi sejumlah anak. Sebenarnya, keterlibatan
perempuan dalam kegiatan ekonomi ini bisa ditentukan oleh sistem nilai adat
istiadat yang memberikan peluang sekaligus pembatasan berupa etika tentang apa
yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Dalam prosesnya, perempuan
mengarah pada terjadinya identifikasi pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan
sifat keperempuanannya. Hanya saja secara langsung konstruksi ini menegaskan
posisi subordinat perempuan dan superioritas laki-laki, yang menempatkan
laki-laki di ujung satu dan perempuan di ujung yang lain disebuah garis
vertikal.
Jika dikaitkan konsep
doing gender dengan diskriminasi dan penindasan pada perempuan, maka dapat
dikatakan bahwa bentuk diskriminasi dan penindasan pada perempuan telah lama
terjadi. Penindasan dan diskriminasi yang dialami oleh perempuan ini setidaknya
disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: tradisi budaya yang masih patriarki,
kebijakan negara yang tidak responsif gender seperti pada UU Perkawinan tahun
1974 pasal 1 di negara Indonesia yang secara eksplisit menyebutkan bahwa
laki-laki/suami adalah kepala rumah tangga dan perempuan/istri adalah ibu rumah
tangga, dan doktrin-doktrin agama yang ditafsirkan secara
misoginis. Bentuk-bentuk penindasan pada perempuan itu sendiri biasanya
berbentuk kekerasan baik fisik atau-pun non-fisik, marjinalisasi, pengekangan
hak asasi, perampasan materi, eksploitasi tubuh seperti protitusi.
Namun seiring
berjalannya waktu, globalisasi seolah-olah hadir sebagai ‘dewa penolong’ yang
memberikan harapan dan menyelematkan kaum perempuan terhadap penindasan dan
diskriminasi yang selama ini dialami mereka. Bentuk-bentuk penindasan dan
diskriminasi pada perempuan memang seolah-olah kian memudar seiring hadirnya
globalisasi yang ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan feminisme di seluruh
dunia. Tujuan utamanya adalah memperjuangkan persamaan dan penghapusan terhadap
segala bentuk ketidakadilan yang dialami perempuan. Meski begitu, globalisasi
belum sepenuhnya mampu menghapus bentuk-bentuk penindasan pada perempuan yang
justru menimbulkan sebuah bentuk penindasan baru yang dialami oleh mereka,
utamanya para buruh perempuan.
***
WANITA itu serupa
pemimpin demonstran yang sedang berorasi didepan gedung wakil rakyat dengan
ribuan massa pendukungnya lalu menyatakan Sumpah Mahasiswa. Atau sedikit mirip
dengan ditahun 1928 ketika bait-bait Sumpah Pemuda pertama kali digelorakan
oleh Moehamad Yamin. Peristiwa itu sebagai salah satu tonggak utama dalam
sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Yang pasti, beda zaman, beda cerita,
beda pula semangatnya. Nina Armila hanyalah salah seorang yang memanfaatkan
media sosial sebagai akses untuk menyalurkan aspirasinya. Semangatnya adalah
ingin mengangkat harkat dan martabat para TKW yang berkerja diluar negeri.
Mereka ingin adanya keadilan mengenai gaji pekerja diluar negeri. Para TKW juga
ingin pekerjaan mereka tak dipandang sebelah mata karena pekerjaan mereka yang
rendahan.
Jakarta, 30 Juli 2016
0 komentar:
Post a Comment