|
Nelayan desa Barangka. Sumber: photo by yadilaode |
Hari itu desa Barangka
Kabupaten Buton tidak seperti biasanya, hampir tak ada aktivitas nelayan dilaut
atau mereka yang hendak ke kebun. Begitupun di pasar, tak ada yang membuka
lapak disana. Suasana pagi itu sedikit berbeda dari hari-hari lain. Sepertinya
masyarakat desa tengah bersiap ke sebuah pertemuan. Benar, mereka ramai-ramai
mendatangi sebuah balai pertemuan di kantor desa. Saat itu desa Barangka tengah
melangsungkan pemilihan kepala desa. Suasana kantor desa mulai ramai, petugas
pemilihan sedang sibuk mengarahkan masyarakat untuk memasuki aula kantor. Dari
dalam aula, atribut para kandidat serta bilik suara telah dipersiapkan.
Masyarakat pun mulai mengisi kursi-kursi kosong. Beberapa saat kemudian, diatas
podium lelaki itu mulai berbicara, memaparkan visi dan misi serta
mimpi-mimpinya membangun desa ketika dirinya terpilih menjadi kepala desa.
Siapakah lelaki itu?
***
DI sebuah kampus swasta di
Kota Baubau, tengah dilangsungkan penggodokan mahasiswa baru (Ospek). Mereka
yang mengaku senior itu sedang mengospek mahasiswa baru, para mahasiswa baru dari
lintas jurusan. Satu diantara sekian banyak mahasiswa baru itu adalah Suharman,
ia terdaftar sebagai mahasiwa teknik informatika. Ia cukupkan dirinya merantau
ke tanah Papua dan Maluku lalu memilih kembali pulang kampung halaman demi
menuntut pendidikan.
Kurang lebih dua tahun
lamanya, ia mencoba peruntungan mengikuti tes seleksi polisi namun keberuntungan
belum memihak ke dirinya. Di Solo Jawa Tengah, ia pernah tinggal beberapa lama
bersama kakaknya hingga menyelesaikan pendidikannya di sekolah kejuruan dengan
mengambil jurusan Mesin Produksi. Sejak ayahnya meninggal, Suharman lebih
sering tinggal bersama saudara-saudaranya. Demi membantu sang kakak, ia sempat
bekerja di sebuah bengkel mobil di kota Solo. Sebelum memilih melanjutkan
studi, Suharman mencari modal untuk membiayai studinya. Ia berkeliling kampung
dengan menjual pakaian.
|
Kantor desa Barangka. Sumber: photo by yadilaode |
Lahir di tahun 1988,
Suharman adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Di tengah kehidupan keluarga
yang serba bercukupan, semangatnya tak pernah kendor. Setiap tantangan mesti di
hadapi, ia menggedor setiap dinding-dinding yang kerap membatasi langkahnya.
Semangat muda itu terus di pacu agar ide-idenya tak kaku dan membeku, Suharman
mulai sibuk dengan aktivitas kampus. Ia mulai menjelajahi banyak ruang di dunia
akademik. Tak sekedar mengikuti rutinitas perkuliahan, ia mulai aktif di
beberapa organisasi kemahasiswaan. Di luar kampus, ia bergabung dalam organisasi kemahasiswaan
“Hijau-Hitam”, organisasi kemahasiswaan yang pernah digagas oleh almarhum kanda
Lafran Pane. Pelan-pelan, Suharman mulai membentangkan sayap di dunia aktivis kemahasiswaan.
Sampai suatu ketika saya melihatnya memegang megaphone dengan tangan terkepal
memukul langit, ia berorasi di hari anti korupsi. Di halaman
kantor kejaksaan negeri itu suaranya melengking, “tangkap dan adili para
koruptor!”.
Berawal dari kegiatan
pengkaderan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), saya mengenal Suharman. Saya
lebih akrab memanggilnya Amhan. Saat itu ia menjadi salah satu peserta Basic Training (Laihan Kader I) di
komisariat yang saya pimpin. Dahulu aktivitas di HMI masih begitu sering,
hingga kami jarang pulang ke rumah. Sekretariat menjadi rumah yang nyaman bagi
kader yang haus ilmu, sekretariat menjadi arena diskusi dari setiap wacana. Aktivitas
Amhan tak hanya di HMI dan di kampus, sebagai anak desa, ia bersama
kawan-kawannya membentuk lembaga kedaerahan, Himpunan Mahasiswa Kapuntori
(HIMKA). Lembaga itu di niatkan untuk mewadahi mahasiswa dari desa-desa di Kecamatan
Kapuntori yang berkuliah di Kota Baubau. Sebagai ketua, Amhan mengaktifkan
lembaga itu melalui kegiatan-kegiatan sosial.
Menjelang akhir masa
studinya, Amhan telah mempersiapkan apa yang menjadi rencana ke depan. Ia tak
ingin berlama-lama bergelut di dunia kampus. Ia sadar kalau masih banyak hal
yang harus di perbuat untuk masyarakat di kampungnya. Baginya, kampus telah
cukup memberi ruang untuk memperkenalkan realitas sosial. Bagi Amhan,
pengetahuan yang di dapat dari perkuliahan cukup memberi gambaran, membuka
cakrawala agar kelak bisa di terapkan dalam kehidupan sosial. Di desa, ia aktif
dalam program PNPM Mandiri Perdesaan. Ia menjadi salah satu kader Pemberdayaan
Masyarakat Desa (KPMD). Tertarik dengan kegiatan sosial, Amhan mulai banyak terlibat
dalam kegiatan-kegiatan sosial di desanya.
Hingga pada Oktober 2014,
ia dinyatakan lulus pada program studi Teknik Informatika Fakultas Teknik. Amhan
mulai menyusun berbagai rencana untuk membangun desanya. Suatu ketika ia
mengajak ku berdiskusi tentang hajatannya maju dalam pemilihan kepala desa. Di
usianya yang masih muda, tadinya saya pesimis akan pencalonannya di pemilihan
kepala desa. Saya sendiri berpikir, pencalonannya akan sia-sia dengan melihat
lawan-lawannya cukup kuat untuk di kalahkan. Amhan mulai menjelaskan peta
politik desa menjelang pemilihan, situasinya berbeda jika dirinya tampil
sebagai salah satu calon kepala desa. Belum cukup dengan penjelasannya, Amhan membawa
saya untuk melihat langsung situasi di desa beberapa hari menjelang hari
pemilihan.
Malam itu Amhan mengundang
beberapa tokoh masyarakat, pemuda, serta pemuka agama di rumahnya di desa
Barangka. Di tengah pertemuan itu, saya menyaksikan langsung pernyataan
dukungan itu mengalir ke Amhan. Satu per satu warga yang hadir menyatakan sikap untuk
mendukung Amhan dalam pemilihan kepala desa. Pada pemilihan kepala desa saat
itu, Amhan akan bersaing dengan dua kandidat lainnya, salah satu diantara
mereka adalah petahana. Amhan tak ingin kehilangan strategi, ia tinggal
memperkuat basis dukungan yang telah lama ia rawat. Mulai dari anak muda,
tokoh-tokoh, hingga keluarga yang dianggap basis paling militan. Ingin tampil
berbeda dengan kandidat lain, Amhan mulai menyusun konsep mengenai
rencana-rencana strategis membangun desa. Amhan ingin menghadirkan wajah baru di
desa. Ia ingin desanya selangkah lebih maju dari desa-desa lain. Konsep-konsep
berdesa mulai ia kumpulkan. Ia berdiskusi dengan beberapa penggiat sosial, LSM,
serta bertemu dengan kalangan akademisi demi menyusun konsep visi dan misi yang
akan di paparkan pada saat hari pemilihan kepala desa.
***
SUASANA di dalam aula
kantor desa mulai di padati masyarakat yang akan menyalurkan hak suara. Panitia
pemilihan telah menyiapkan waktu bagi setiap calon untuk memaparkan visi dan
misi mereka. Saya lebih jelas menyimak pemaparan visi dan misi dari calon
kepala desa Suharman. Amhan mulai berbicara, ia sesekali berbicara dengan
menggunakan bahasa Pancana (bahasa daerah) agar mudah di pahami oleh orang-orang tua di desanya. Pada visi misi
yang ia paparkan, “Terwujudnya Desa
Barangka Sebagai Desa yang Bersatu, Berdaya Saing, Serta Mandiri Menuju
Kesejahteraan dan Kedamaian”. Kemudian Amhan menjelaskan misi yang akan di emban
itu dibuat dalam lima bidang pendekatan. Bidang-bidang tersebut adalah pengembangan
wilayah, ekonomi, sosial, budaya, pengembangan data dan Informasi, pengembangan
Kelembagaan, dan pemberdayaan.
|
Kepala desa Barangka. Sumber: photo by yadilaode |
Secara rinci ia
menjelaskannya sebagai berikut: Pertama,
pada misi Bidang Pengembangan Wilayah, adalah meningkatkan sarana dan prasarana
sanitasi dan air bersih, meningkatakan sarana dan prasarana untuk mengembangkan
hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan. Kedua, pada misi Bidang Ekonomi, adalah meningkatkan produktivitas
usaha kecil menengah warga, meningkatkan keterampilan warga dalam pengelolaan
pasca panen, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga tentang
pemerliharaan rumput laut, meningkatkan pemasaran hasil produksi pertanian,
perikanan, dan kelauatan. Ketiga,
pada misi Bidang Agama, Sosial, Adat, dan Budaya, yaitu meningkatkan
partisipasi warga dalam kegiatan keagamaan dan meningkatkan semangat gotong
royong. Keempat, pada misi Bidang
Pengembangan Data dan Informasi, yaitu tersedianya data dan informasi yang
dapat digunakan untuk pembangunan desa, tersedianya data terkini tentang
kondisi desa seperti monografi desa, profil desa, dan data lainnya yang
berkaitan dengan desa. Kelima, pada
misi Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Pemberdayaan, yaitu meningkatkan
pelayanan pemerintahan desa, meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan desa,
dan meningkatkan kapasitas dan SDM melalui pemberdayaan.
Mimpi Suharman membangun
desa yang telah ia tuangkan ke dalam visi dan misi mungkin belum sepenuhnya di
pahami oleh masyarakat desa. Sebagian masyarakat menganggap ini hanya bagian
rangkaian proses pemilihan, ini hanya formalitas pada tahapan pemilihan kepala
desa. Tetapi tidak bagi Amhan, mimpi besar yang ia sudah buat dalam konsep visi
misi itu adalah target dan program kerja kelak ia terpilih menjadi kepala desa.
Visi dan misi itu menjadi jalur dari perjalanannya membawa desa Barangka hingga
sampai pada tujuan yang sesungguhnya. Amhan harus membuktikan janji itu, ia
harus merealisasikan agar tak menjadi janji kosong belaka.
***
PEMUNGUTAN suara akan di
mulai, panitia pemilihan mulai membuka kotak suara dan melakukan perhitungan. Suasana
tampak begitu tegang, masyarakat berkerumun memadati ruangan dan diluar ruangan
aula kantor desa. Mereka tak sabar ingin mengetahui hasil dari perhitungan. Amhan
tepat duduk ditengah dari empat kandidat lain, ia duduk berdasarkan nomor urut
calon sebagaimana di surat suara. Sebelumnya para calon telah melakukan deklarasi dan
bersepakat akan menerima apapun hasilnya dengan lapang dada dan menjadikan
pemilihan kepala desa ini berakhir dengan damai.
Satu per satu kertas suara
diambil dari dalam kotak dan di hitung, sementara panitia yang lain menjumlahkan ke papan skor. Sebelumnya panitia telah menetapkan 856 orang wajib pilih,
namun jumlah peserta yang datang memilih hanya sekitar 768 orang. Data wajib
pilih itu di peroleh saat masyarakat desa belum banyak yang memilih merantau.
Menurut Amhan, ketika musim mudik atau menjelang lebaran Idul Fitri jumlah
masyarakat desa Barangka berkisar seribu lebih. Hanya karena banyak yang merantau ke Maluku dan Papua, jadi desa barangka tidak seramai pada saat
lebaran.
Kertas suara telah habis di baca, panitia pemilihan kembali memastikan dan memeriksa kotak suara, “Habis,
silahkan saksikan bapak ibu, habis to?”. Semua mata tertuju pada kotak itu.
Dengan berakhirnya perhitungan suara, sontak gemuruh suara dan tepuk tangan
masyarakat menyambut kemenangan Amhan yang unggul dalam perhitungan suara.
Total suara yang berhasil di kumpulkan Suharman yakni 243 suara dengan selisih
21 suara dari calon nomor urut dua yang menjadi rival terberatnya. Sementara
suara calon-calon lain berada jauh dibawah mereka berdua.
Gembira bercampur rasa
haru, saya melihat seorang kakek berkopiah hitam lusuh duduk di sudut ruangan
menyeka air mata. Kakek itu terharu atas kemenangan Amhan, seorang anak muda yang
berani tampil dalam pemilihan kepala desa. Kemenangan penuh dramatis dalam pemilihan kepala desa kali ini. Melihat kemenangan itu,
masyarakat ramai-ramai memboyong Amhan keluar dari ruangan. Sebelum Amhan
keluar ruangan, para pesaingnya lebih dulu memberi ucapan selamat dan saling
berpelukan. Mereka telah berkomitmen untuk menjaga sportivitas. Mereka telah
menunjukkan kedewasaan berpolitik demi menjaga marwah demokrasi di desa Barangka. Tak
ada yang saling menghasut, apalagi menghujat. Mereka saling menjaga
persaudaraan dan kekeluargaan. Para pendukung yang menang tak jumawa, sama
halnya mereka yang kalah, tak ada yang menghujat apalagi memancing keributan, sebagaimana
yang sering terjadi pada pemillihan-pemilihan di level masyarakat kota dengan
gaya berpolitik curang hingga berujung ricuh dan saling memusuhi. Tak
henti-hentinya Amhan mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada seluruh
masyarakat yang telah mensukseskan pemilihan hingga berjalan damai.
***
16 MARET 2015, anak muda
itu memasuki sebuah ruangan dengan berpakaian rapih serba putih, sepatunya
mengkilap, di sebelah dada kirinya tersemat atribut berlambang garuda, Amhan
tengah bersiap menghadapi pelantikan bersama beberapa kepala desa lainnya di aula kantor Bupati Buton. Sang Bupati membacakan sumpah jabatan, Amhan berdiri tegap dan mengucap
janji di bawah kitab suci. Hari itu Amhan resmi memerintah sebagai kepala desa
Barangka periode 2015-2021. Di usianya yang terbilang muda, Amhan telah memikul
tanggung jawab sebagai seorang pemimpin untuk desa. Bagi Amhan, itulah pilihan
untuk keluar dari zona nyaman, pilihan untuk memikul tanggungjawab, serta
bagaimana menjalankan amanah yang telah di percayakan oleh masyarakat. Bagi Amhan, kepemimpinan adalah seni. Seni dalam memimpin menjadi salah satu hal penting untuk menjalankan roda
pemerintahan yang tidak kaku dan serba formal.
|
Pesisir pantai desa barangka. Sumber: photo by yadilaode |
Pasca pesta demokrasi
pemilihan kepala desa, kehidupan di desa mulai berjalan seperti biasa. Nelayan dan
petani rumput laut kembali beraktivitas di laut, sementara petani lainnya
kembali ke sawah dan berkebun. Di pagi yang cerah itu, Amhan tengah bersiap ke
kantor desa. Jajaran dan staf kantor sudah bersiap menanti kepala desa untuk
memulai rapat. Pelayanan kantor desa pun mulai berjalan dengan normal.
Hari-hari Amhan sebagai
kepala desa memang perlu banyak dorongan serta motivasi, khususnya dari sang
isteri tercinta Wa Ode Yuniarti. Sebab, pelayanan pemerintahan yang ia jalankan
tak cukup dari dalam kantor desa, Amhan juga harus selalu siap menerima warga yang datang ke rumahnya untuk mendengar langsung setiap keluhan atau
dengan urusan lain terkait administrasi. Berkat dorongan yang ia dapat
dari keluarga serta kerabat, Amhan mampu merealisasikan beberapa program yang
telah ia canangkan.
Dua tahun menjabat kepala desa, Agustus 2016 Amhan terpilih
sebagai Ketua Asosiasi Kepala Desa (DPC P-APDESI BUTON). Pelantikan langsung di
hadiri oleh ketua Dewan Pembina DPP P-APDESI, Budiman Sudjatmiko, DPD P-APDESI
Sulawesi Tenggara, serta seluruh kepala desa yang tergabung dalam P-APDESI
Kabupaten Buton. Kali ini Amhan tak hanya di percaya memimpin desa, namun ia mampu mengkonsolidasikan para kepala desa melalui gagasan serta konsep-konsep
berdesa di dalam asosiasi yang ia pimpin. Di hadapan para kepala
desa, Amhan selalu memberi penguatan pemerintahan bagi setiap kepala desa, serta bagaimana penggunaan dana desa sesuai program
dan transparan. Sebagaimana di asosiasi, di desa Barangka beberapa program yang
telah ia realisasikan melaui APBDes Barangka 2017, antara lain: Jalan Usaha
Tani sepanjang 1.700 meter, Talud 50 meter dan 1 unit Deuker, - Tribun Lapangan
Sepak Bola, - Pembentukan BUMDes Kantalea Molagina, - Pembangunan Taman Kantor
Desa, - Pemberian insentif untuk Guru PAUD dan Guru Mengaji, - Kegiatan Karang
Taruna (kompetisi Sepak Bola Barangka Cup yang ke 17 tahun), - Pemberian operasional
PKK, LPM, BPD, Majelis Taklim, - Pemberian insentif tokoh Adat, tokoh Agama, pengurus
air minum dan RT, - Pembayaran Operasional Pemdes Barangka, - Pembayaran
insentif Kader Posyandu, - Pembayaran insentif Dukun Terlatih dan Kader
Posyandu, - Pemasangan Jaringan Internet Desa dan Web Desa Barangka. Adapun
program yang belum terlaksana, akan di realisasikan pada tahap II.
***
TAK banyak pemuda seperti
Suharman yang memutuskan kembali ke desa dengan niat ingin mengabdikan diri
pada kampung halaman. Apa yang telah ia impikan sejak lama, tidak menguap
begitu saja, ia telah gapai saat ini. Mimpinya tidak terlalu besar, pun tak
penuh ambisi. Ia hanya ingin memegang kendali pemerintahan di desa lalu
mengubah wajah desa melalui gagasan dan inovasi yang sudah ia susun. Desa sudah
harus lebih maju dan mandiri, masyarakatnya harus sejahtera melalui kreativitas
serta produktivitas ekonomi.
|
Suharman (Kades Barangka). Sumber: photo by yadilaode |
Motivasinya kembali ke desa
ia dapat ketika mendapat banyak ketidakadilan yang di alami masyarakat desa. Pemerintah
desa terlalu rentan mendapat intervensi dari birokrasi di atasnya. Program-program
tak sedikit yang terbengkalai karena anggaran desa banyak di sulap untuk
kepentingan lain. Belum lagi, banyak ‘mafia’ masuk desa dengan berbagai motif agar
turut merasakan dana desa. Mereka datang dari berbagai profesi dan lembaga
dengan modus mengawasi dana desa. Mereka tahu, di desa tersimpan banyak duit.
Desa seperti permen yang di kerumuni banyak semut, di serang dari berbagai
sisi.
Begitulah hari-hari
Suharman menjalankan roda pemerintahan, melayani setiap warga tak hanya dari ruang
kantor desa. Tak sedikit waktu yang telah ia luangkan saat menerima panggilan
warga dari pintu rumahnya. Ia harus menerima setiap keluhan dari warga yang
mendapat masalah. Makanya, tidak sedikit kepala desa yang tak bertahan lama. Mereka meminta mundur, berhenti
di tengah perjalanan dengan alasan tak sanggup memegang tanggungjawab sebagai
kepala desa. Ada banyak orang tak tertarik kembali dan memerintah di desa. Modernisasi
membawa mereka hingga ‘gengsi’ untuk kembali ke desa. Pilihannya? Adalah masuk
ke kota lalu bertarung dalam setiap momen pemilihan legislatif atau pemilihan
kepala daerah. Mungkin itu lebih bergengsi.
Suharman memilih untuk
membangun kampung bersama beberapa anak muda yang telah ia kader jauh hari.
Sementara pemuda lain di kampungnya memilih merantau ke negeri orang
untuk mencari sesuap nasi. Amhan memilih bertahan di desa, sebab ia tahu, “Di
desa inilah justru sumber daya alam itu bisa di manfaatkan untuk kegiatan
ekonomi. Jika di kelola dengan baik, sumber daya alam yang berlimpah di desa
Barangka bisa mensejahterakan masyakarat. Desa menyiapkan banyak lahan untuk kita kelola. Tentu semua untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat desa”, papar
Amhan dalam sambutannya di hadapan masyarakat desa.
Mimpi Amhan membangun desa bukanlah
angan-angan kosong, ia mampu mewujudkannya melalui usaha dan kerja keras. Ia telah
mewakafkan diri untuk membangun desa. Programnya sungguh nyata ia wujudkan. Saya
selalu mengikuti setiap perkembangan di desanya, saya pun sering berdiskusi
dengannya. Mulai dari ia bermimpi ingin membangun desa, hingga mimpi itu
menjadi kenyataan. Di awal ia bercerita tentang mimpi-mimpinya, saya pernah tulis
kisahnya hingga tulisan itu ku ikutkan dalam kompetisi Blog. Alhamdulillah, tulisan
itu menjadi inspirasi banyak orang, tulisan itu mendapat juara runner up pada lomba menulis Blog dua
tahun silam (tulisan bisa anda lihat DI SINI). Semoga dari catatan sederhana ini,
paling tidak bisa menjadi refleksi dari perjalanan pemerintahan desa Barangka
yang di komandoi Suharman.
Desa Barangka, Oktober 2017