CUKUP
lama menatap layar papan ketik, juga lama mencari sesuatu kata pembuka dari
kalimat-kalimat ini. Cukup lama mencari alur cerita agar bisa dituang kembali
dalam sebuah tulisan, sebab ide yang hampir memudar. Cukup lama meninggalkan
ruang tulis ini, juga cukup lama tak bercurah dalam catatan-catatan
kecil ini. Tak ada alasan yang pasti untuk menjelaskan secara rinci atas kemalasan
yang setiap kali mendera. Tetapi, cukup sudah alasan-alasan tak pasti itu terus menyumbat
ruang-ruang ide. Apapun itu, hanyalah alasan. Aku sadar, mestinya aku tak sulut
dalam kubangan rasa malas. Aku sadar, ini hanyalah kisah yang tak perlu di
simpan terlalu lama. Aku sadar, cukup lama memikirkanmu, juga cukup lama untuk bangkit
dari hal yang remeh temeh. Hay, cukup lama kita tak bertemu, juga cukup lama
kau tak bersandar di bahu ini. Maukah kau menemaniku ngopi hingga datangnya
fajar? Aku ingin melihatmu tersenyum pagi ini.
***
MALAM
semakin pekat, hembusan angin turut membawa dingin. Malam ini laksana pekat kopi yang
juga mulai terasa dingin. Hay, aku tak perlu menyebut namamu dengan jelas. Bagiku,
namamu tak perlu di sebut malam ini. Kau pasti tahu aku bercerita untukmu, pun
kau pasti tahu aku ngopi hingga pagi. Aku hanya coba mengembalikan hasrat
menulis ini, dengan mencoba kembali membangun ruang privat dalam imajinasi. Untuk
itu, aku memilih kau menjadi pemeran atas cerita nanti. Kau menjadi subyek, kau menjadi figur dalam perjalanan cerita nanti, kau menjadi
napas dalam setiap kisah. Seperti apa kisahnya? mari ngopi dulu, setelah itu
baru ku ceritakan.
0 komentar:
Post a Comment