Tuesday, June 11, 2019

Kritik Polisi Tangani Konflik

Di saat ada elemen, kelompok mahasiswa dan beberapa Organda melancarkan kritik, khusus kepada bapak-bapak polisi karena dianggap kurang responsif, lambat, tidak tegas, dan seterusnya - dan seterusnya. Tapi mereka luput dari tugas polisi di lapangan. Bagaimana kondisi mereka dalam tugas-tugas pengamanan. 

Masalahnya bukan mau melakukan suatu upaya untuk membantu korban yang terdampak konflik, atau paling tidak melakukan investigasi atas apa yang terjadi sesungguhnya disana. Yang kolot, selalu ada narasi "Copot Kepala Polisi Resor", karena dianggap gagal dalam pengamanan. 

Bagi kelompok mahasiswa, persepsi tentang polisi selalu dianggap pihak lawan yang represif dalam setiap pengawalan demonstrasi. Mahasiswa kerap terkena gas air mata, pentungan, atau bahkan tendangan halilintar. Tapi begitulah, setiap institusi di negara ini memang butuh kontrol setiap kita, agar kinerja lembaga pemerintahan bisa berjalan semestinya.

Tapi apakah kita menyalahkan sepenuhnya sebab terjadinya peristiwa ini kepada kepolisian? Tanpa menilisik lebih dalam atas apa yang terjadi sesungguhnya? Sebaiknya kita melakukan intropeksi sebelum membuat kesimpulan. 

Kita tidak sedang saling menyalahkan. Konflik antar warga di dua desa itu menjadi pelajaran amat berarti untuk semua kita agar tidak terjadi lagi dikemudian hari. Menurut saya, sebaiknya setiap kita bahu membahu membantu para korban, mencegah terjadinya konflik dan menyadarkan pihak-pihak yang berseteru agar mau duduk bersama. 

Zaman semakin modern, mestinya generasi-generasi kita tidak lagi memakai cara pikir yang purba. Lakukanlah cara-cara sederhana namun akan sangat berarti bagi orang lain.


Ket: Sholat Jumat disalah satu ruas jalan desa. Polisi sedang berjaga diantara dua kubu yang siap serang. 
Photo: Ayhan

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts