Teman itu belum lama diterima kerja dalam satu perusahaan swasta di Jakarta. Gajinya cukup tinggi, lumayan untuk mengisi tabungan. Tapi dengan salary segitu, ia memilih tinggal di kontrakan yang murah. Tempatnya di pemukiman yang padat, juga lorongnya sempit. Padahal kalau dia memilih tinggal di sebuah apartemen, cukuplah dengan gaji bulanan yang ia terima.
Setiap hari kerja, ia selalu berangkat lebih awal. Ia sudah menghitung waktu perjalanan. Ke stasiun pukul enam dan tiba pukul tujuh, lalu menggunakan Ojol tiga puluh menit. Kurang lebih satu setengah jam waktu yang diperlukan untuk sampai ke tempat kerja.
"Orang yang tidur di malam hari (kelelahan) setelah bekerja mencari nafkah halal, dia tidur dalam keadaan di ampuni." -Rasulullah SAW -
Sudah hampir dua bulan ia bekerja. Lima hari kerja, dua hari libur dalam seminggu. Dana transfer dari tempatnya bekerja sudah dia dapatkan di bulan pertama. Seminggu sekali ia mengundang saya ngopi di wakop, hanya untuk mendengar keluh kesahnya soal rutinitas dan tekanan kerja.
Demi segelas kopi gratis, saya menjadi pendengar terbaik. Saya harus menunjukkan sikap iba. Biar bisa memesan lagi kentang goreng: "Oee Mas, pesan french fries." Tidak berapa lama, meluncurlah sepiring kentang goreng di meja kami.
Temanku mungkin hanya belum terbiasa berada dalam iklim kerja di ibu kota yang memiliki standar dan performa yang tinggi. Dia hanya butuh waktu untuk menyesuaikan dengan keadaan saja. Saya terus mendukungnya. Sebab, bisa terancam hilang ngopi gratis itu kalau sampai ia menganggur.
Tapi, pekan ini ia tak ada kabar. Saya lalu menelponnya: "Hello beb, eh bebo, eh Bro! Gmana, lagi ada masalah apa hari ini?" Ia menjawab dengan suara pelan dan serak, "Saya lagi sakit bro."
Innalillahi
0 komentar:
Post a Comment