Seberapa
penting pemekaran daerah untuk mewujudkan pelayanan publik yang efektif dan
efeisien? Seberapa genting pemekaran daerah untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan menyediakan lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat?
Apa yang
ingin dikejar dari pemekaran daerah? Apa karena ketersediaan sumber daya alam
yang berlimpah sehingga harus dikelola secara mandiri, atau apa hanya ingin
memperpendek rentang kendali sehingga penyelenggaraan pemerintah dan
pengelolaan pembangunan bisa berjalan efektif?
Apa
karena semua alasan-alasan itu sehingga setiap tahun, setiap momentum, atau
setiap musim politik masyarakat terus disibukkan dengan rencana demi rencana,
rencana ingin menjadi sebuah daerah baru kemudian menyaksikan para elit lokal
saling berebut gelar sebagai hero, mendominasi birokrasi dan saling
sikut merebut tahta.
Refleksi
Pemekaran Daerah
Masyarakat
lebih banyak tahu rencana pemekeran daerah itu di atas permukaan. Banyak dari
kita yang tak pernah tahu motif lain di luar alasan-alasan normatif yang
menjadi tuntutan pokok masyarakat. Dari banyak fakta, daerah-daerah yang ingin
mekar itu lebih digerakkan oleh agenda kelompok atau personal. Obsesi pemekaran
daerah lebih tergerak hanya untuk mengejar kucuran dana pusat. Bisa berupa kue
proyek yang dinikmati sebagian orang, kemudian menjadi pelumas yang
menggerakkan mesin politik.
Pemekaran
daerah-daerah ini telah berlangsung cukup lama. Prosesnya sudah sejak tahun
1999 sampai sekarang, hampir tak terkendali dan menguras begitu besar uang
negara. Antara tahun 1999 sampai tahun 2004, ada 7 Provinsi, 114 Kabupaten dan
27 Kota baru yang dilahirkan. Sempat dihentikan, namun dibuka kembali.
Pada tahun
2007 pemekaran meningkat menjadi 158 kabupaten baru, dan saat itu lebih dari
100 daerah dalam proses pemekaran. Kemudian sepanjang tahun 2012 sampai 2013
pemerintah menetapkan 15 daerah otonom baru. Hingga akhirnya pemerintah
memberlakukan moratorium pemekaran daerah di tahun 2014. Keran pemekaran
ditutup untuk dikaji dan telaah lebih dalam, termasuk tiga ratus lebih usulan
DOB yang juga ingin menikmati 300 miliyar dana pusat. Saat ini jumlah
keseluruhan daerah otonomi yaitu 415 Kabupaten, 93 Kota, dan 34 Provinsi. Di
luar itu, ada 6 kabupaten/kota administrasi yang bukan daerah otonom dan hanya
terdapat di Provinsi DKI Jakarta.
Alasan
pemerintah pusat cukup kuat untuk menghentikan pemekaran daerah. Apalagi daerah
belum melakukan perubahan signifikan dalam mengurus keuangannya. Dalam postur
ABPD, porsi belanja pegawai selalu lebih besar. Sementara tidak banyak dialokasikan
untuk belanja produktif, untuk infrastruktur misalnya.
Dengan
kata lain: Daerah hanya boros di belanja pegawai, tapi tidak bercemin jika
Penghasilan Asli Daerah (PAD) nya kecil. Pada akhirnya, daerah sangat
bergantung dana transfer pusat. ‘Mengemisnya’ daerah ini menjadi beban dan
tanggung jawab pusat. Daerah butuh duit untuk belanja pegawai demi
terselenggaranya pelayanan pemerintahan yang baik.
Meksipun
saat ini sedang dalam moratorium pemekaran, tapi pemerintah pusat berencana
akan membentuk satu provinsi baru di kawasan timur Indonesia, yakni Provinsi Papua
Selatan, dengan cakupan wilayah Kabupaten Mappi, Kabupaten Boven Diogel,
Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Merauke. Hal itu disampaikan Tito selaku Menteri
Dalam Negeri, pada November 2018 lalu. Rencana itu menjadi pertimbangan, mengingat
Papua merupakan daerah khusus.
Rencana
akan adanya provinsi baru di Papua itu lalu direspon ekonom Institute for
Development Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati. Ia menilai
pemekaran provinsi di Papua bukan solusi yang pas untuk menyejahterakan
masyarakat di sana. Alasannya cukup jelas, karena perkembangan perekonomian di
wilayah pemekaran belum terlihat signifikan. Kata Enny, sampai saat ini belum
ada literatur yang mengkonfirmasi bahwa pemekaran daerah, baik provinsi maupun
kabupaten/kota memiliki dampak terhadap berbagai peningkatan kesejahteraan.
Pemekaran justru berpotensi meningkatkan dominasi kaum elit (elite capture)
yang kerap menjadi masalah di wilayah itu.
Begitu juga
kata peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Syarif Hidayat. Menurutnya, daerah pemekaran di Indonesia sebagian besar
dibentuk berdasarkan kriteria yang tidak realistis. Lobi dan jaringan politik
yang kuat membuat daerah yang sebenarnya tidak layak dimekarkan dan bisa
menjadi daerah otonom baru. Sebagian besar daerah pemekaran dibentuk atas usul
sekelompok elit politik daerah, bukan atas usul masyarakat. Kelompok elit ini umumnya
adalah pejabat yang ingin kembali berperan dalam panggung politik. Syarif menilai,
daerah itu dimekarkan berdasarkan kriteria pernyataan, bukan kriteria kenyataan.
Kepton,
Besok Mekar
Tiket
pesawat penerbangan dari Baubau menuju Jakarta sudah habis terjual, sampai
besok, dan mungkin sampai beberapa hari ke depan. Kabarnya rombongan pejabat
dan elit daerah lah yang memborong semua tiket. Mereka sudah memesan dari jauh
hari untuk menghadiri detik-detik ditetapkannya Provinsi Kepulauan Buton (Kepton)
di gedung DPR RI, Jakarta.
Bandara Betoambari
kota Baubau sudah dipadati penumpang sejak pagi. Tampak beberapa kepala daerah
dari seluruh cakupan Kepton sudah lebih dulu datang. Mereka asyik berbincang di
ruang VIP terminal bandara. Sementara para awak media berkumpul di luar ruangan,
menanti setiap narasumber untuk diwawancarai. Iring-iringan mobil dari segala
penjuru jalan masih terus berdatangan di bandara.
Di sosial
media, percakapan tentang pemekaran provinsi Kepton sudah lebih dulu ramai. Di banyak
grup WhatsApp, orang-orang meminta doa serta dukungan agar pejuang-pejuang pemekaran
selalu mendapat kemudahan dalam urusannya. Pesan-pesan itu kemudian viral sejagad
Kepton: Jika tak ada aral melintang, dipastikan Provinsi Kepulauan Buton besok ditetapkan
sebagai daerah otonomi baru oleh pemerintah.
Masyarakat
menyambut gembira setelah tersiar kabar Kepton besok mekar. Kecuali pedagang
asongan dan sembako, penjual sayur dan ikan, yang tetap fokus menghitung
untung-rugi jualan mereka di pasar. Begitu juga dengan para buruh, petani dan
nelayan, mereka tidak peduli dan tetap kembali pada rutinitas.
Kabar mengenai
Kepton besok mekar membuat elit-elit di daerah jadi tambah bersemangat. Dibuatlah
rencana-rencana yang nantinya akan mengisi struktur jabatan dalam pemerintahan.
Sejumlah nama disebut dan dimasukan dalam bursa pejabat daerah. Begitu juga
dengan kelompok-kelompok lain di luar lingkaran birokrasi, mereka sudah
menyusun proposal paket proyek yang akan disodorkan ke instansi pemerintah
ketika Kepton ditetapkan menjadi provinsi. Begitu baik niat dan harmonisnya
mereka bekerja untuk Kepton.
Jauh dari
Kepulauan Buton, di jantung ibu kota, Jakarta, tim pemekaran bersama orang-orang
Kepton se Jabodetabek melakukan rapat konsolidasi untuk menyambut pemekaran Kepton
yang akan ditetapkan besok di gedung DPR RI, Senayan. Berbagai atribut sudah
disiapkan, seperti spanduk yang diisi wajah-wajah tokoh pemekaran, bendera, serta
pakaian adat. Besok, mereka akan meramaikan halaman gedung parlemen.
Hari ini kita
berapi-api menyongsong kehadiran Provinsi Kepualuan Buton. Akhirnya setelah
sekian lama kita berjuang keras melakukan berbagai cara agar Kepton ini bisa
memisahkan diri dari induknya Provinsi Sulawesi Tenggara. Sudah sepantasnya
Kepton berdiri sendiri sebagai sebuah provinsi baru. Bila perlu dijadikan daerah
istimewa, sebagaimana Jogja dan Aceh yang mendapat perlakuan khusus.
Jadi wajarlah
kalau kelompok elit daerah Kepton minta segera dimekarkan, karena kami punya
banyak tambang dan kenalan investor yang siap mengeruk kekayaan sumber daya alam.
Juga hal biasalah kalau anak-anak muda Kepton bicara ‘makar’ daripada mekar,
karena Kepton punya mata uang, bendera, juga kitab undang-undang sendiri, yang
dipakai dalam Kesultanan Buton, dimana pada saat itu TNI-Polri belum sekuat dan
belum secanggih sekarang alat perangnya.
Tapi begitulah
jiwa dan bentuk pengorbanan kami agar Kepton bisa mekar besok. Hari-hari bicara
tentang Kepton, karena itulah wujud kecintaan kami dengan Kepton, yang akan
ditetapkan mekar besok. Berapapun biaya yang dikeluarkan untuk urusan dan
lobi-lobi politik, tak peduli, yang penting perjuangan tim bisa menemukan hasil
besok.
Dari doa
dan dukungan kita, yang selama ini berada dalam barisan masing-masing, semoga Kepton
akan mendapatkan titik terang besok. Kita tunggu besok. Kalau bukan besok,
mungkin besok lagi. Sampai dengan besok berikutnya. Sampai semua orang bisa bicara
tentang Kepton.
0 komentar:
Post a Comment