Monday, March 9, 2020

Inovasi Daerah: TRC-PB Kabupaten Agam


Hujan tak kunjung henti mengguyur Agam sejak sore sampai malam. Masyarakat sudah merasakan tanda-tanda bencana itu akan datang. Mereka sudah siap meninggalkan rumah untuk mengungsi ke tempat aman.

Tetapi anak-anak muda di Nagari (desa)Tanjung Sani tetap bertahan. Mereka sudah siap menghadapi terjangan arus air bah yang turun dari Bukit Tinjau. 

Anak-anak muda desa bergerak cepat, saling berkoordinasi membentuk solidaritas bersama untuk membantu warga secara sukarela. Mereka berani menghadapi bencana berbekal latihan bersama BPBD. Anak-anak muda nagari itu dibentuk dengan nama Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB).

TRC-PB adalah satu dari ratusan Inovasi Pemkab Agam. Program ini berada di urutan ketiga, sementara di posisi pertama diisi oleh inovasi E-Voting, pemilihan Wali Nagari (Kepala Desa) menggunakan electronic voting.

Di Sumatra Barat, daerah yang paling sering menghadapi bencana alam adalah Kabupaten Agam. Dari data BPBD, telah terjadi 48 kali bencana sejak awal Januari 2020, yang rata-rata adalah banjir dan tanah longsor. 

Program Agam Menyemai merupakan program unggulan Bupati Agam, Indra Catri, yang terbukti menjadi solusi atas berbagai potensi bencana alam di daerah itu. Program Agam Menyemai membentuk pola pikir dan kebiasaan masyarakat agar tetap menjaga kelestarian lingkungan. Setiap warga wajib menyemai bibit tanaman di halaman rumah mereka. 

Karena hujan tak kunjung reda, bencana itupun akhirnya datang. Terdapat 30 titik lokasi tanah longsor, dua rumah dilaporkan hanyut serta beberapa lainnya terendam banjir. 

Anak-anak muda yang tergabung dalam TRC-PB di masing-masing nagari segera bertindak, mengambil inisiatif untuk membantu warga yang terdampak bencana. Mereka lebih dulu bergerak sebelum tim dari daerah itu datang. 

Anak-anak muda desa itu menjadi garda terdepan dalam menghadapi bencana alam. Mereka menjadi sirine yang memperingatkan masyarakat akan datangnya suatu bencana. Merekalah yang pertama kali bersentuhan dengan korban-korban yang diterjang banjir dan tanah longsor.

Kesadaran anak-anak muda itu lahir atas dasar rasa kemanusiaan yang tinggi, ilmu agama yang mereka dapatkan di surau-surau, juga budaya Minang yang diwariskan oleh leluhur mereka.

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts