Sejak meninggalkan dunia bisnis dan jabatan penting di satu perusahaan ternama, saya memilih pulang kampung dan living di wilayah pesisir desa. Memang, sejak meninggalkan bisnis em-elem itu kehidupan saya menjadi lebih baik.
Saya dan beberapa teman di kampung melihat beberapa potensi yang ada di
desa, salah satunya disektor budidaya perikanan ini. Beruntung, niat usaha kami
didukung kepala desa. Ia memang berjiwa muda, punya banyak ide, dan yang paling
penting adalah merealisasikan setiap usulan yang kami minta.
Untuk memulai usaha budidaya ini, kami membuat dulu keramba jaring
apungnya. Usaha kami lalu diikuti puluhan masyarakat nelayan di desa. Kepala
desa melihat keseriusan kami menggeluti usaha budidaya ini. Ia lalu memberi
bantuan bibit ikan Bubara, salah satu jenis ikan permukaan (pelagis) yang punya
nilai ekonomi.
Laut di halaman belakang rumah kami memang teduh, itu karena diapit oleh
dua pulau. Keadaan laut yang tenang tak berombak itu menguntungkan kami untuk
melakukan budidaya ikan.
Setelah keramba-keramba selesai dibuat, bantuan pemerintah desa berupa
bibit ikan Bubara tak lama kemudian kami terima. Bibit-bibit ikan lalu kami
tabur pada masing-masing keramba jaring apung.
Alhamdulillah saat ini ikan-ikan yang kami budidaya sudah berusia dua bulan, sudah seukuran sendok makan. Biar cepat gede, pakannya harus rutin, atau dua kali makan dalam sehari. Yaa, lima sampai enam bulan ke depan, ikan-ikan di karamba sudah bisa dipanen.
Biasanya orang-orang di kota datang memilih dan membeli langsung di atas
karamba. Biasanya ketika masuk waktu panen, ikan-ikan tidak lagi sampai di
pasar. Orang-orang datang membeli langsung di desa kami.
Seperti itulah aktivitas kami di desa. Setiap pagi dan sore kami ke
karamba untuk memberi makan ikan-ikan. Sejak menetap di desa, saya menjadi
lebih bersemangat, saya punya hiburan dan mainan baru, yakni budidaya ikan di
halaman belakang rumah.
Sejak bisnis gulung tikar dan saya memilih keluar dari pemeran film
lokal yang sedang digarap teman-teman di kota, saya menemukan habitat baru di
laut dan pesisir.
Ke depan, bapak kepala desa punya rencana untuk mengadakan hajatan
kecil-kecilan di desa, atau biasa kita kenal dengan pesta kampung lah. Tetapi
konsepnya seperti festival, untuk memancing biar orang-orang ramai datang
menyaksikan panen raya ikan Bubara di desa.
Dengan begitu, geliat ekonomi di desa bisa tumbuh. Seperti itulah
ide-ide sederhana Suharman, seorang bapak muda yang memilih pulang kampung
untuk menahkodai Desa Barangka - salah satu desa di Kecamatan Kapontori, Kabupaten
Buton.
Beberapa tahun silam saya pernah menulis tentang dirinya. Tulisan itu
saya ikutkan dalam kompetisi blog tingkat nasional. Sayang, saya hanya bisa
meraih juara dua.
Tapi semangatnya bukan mencari juara. Paling tidak dari situ saya
menemukan mainan baru dengan ngeblog. Dan yang paling penting, setiap kali ke
Desa Barangka saya mendapat ikan Bubara secara gratis.
Itulah enaknya main disosmed daripada di dunia em-melem. Met malam.
0 komentar:
Post a Comment