Sederet
tokoh telah mengawali gerakan pemuda di tanah air, sebut saja Budi Utomo yang
telah berjuang mewujudkan kemerdekaan Republik Indonesia. Budi Utomo menjadi
penggerak kaum muda untuk melahirkan banyak ide dan gagasan dalam perjuangannya,
sehingga pada tanggal 20 Mei 1908, Dr. Soetomo, Dr. Wahidin Sudirohusodo
bersama para mahasiswa stovia yang di antaranya Goenawan Mangoenkoesoemo dan
Soeraji mendirikan organisasi pemuda yang kita kenal dengan nama Boedi Utomo.
Sekian
tahun berlalu, pergerakan pemuda telah melalui berbagai dinamika di tanah air.
Setiap zaman, pergerakan kaum muda memiliki cerita yang berbeda. Semangat dan
peran kaum muda di masa pergerakan nasional adalah dengan membangkitkan
kesadaran nasionalisme Indonesia untuk melawan kolonialisme. Pergerakan pemuda
ini selalu hadir dari adanya suatu peristiwa politik, sosial dan ekonomi.
Sebagaimana lahirnya Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang dilatar
belakangi oleh dinamika pergerakan pemuda yang ketika itu untuk membentuk induk
organisasi pemuda. Meskipun dianggap sebagai bagian dari Orde Baru, namun KNPI
bersama mahasiswa melakukan unjuk rasa untuk menentang masuknya modal asing,
yang kemudian mengikuti gerakan demonstrasi Malari. KNPI terus bergerak dan
tetap konsisten dalam garis perjuangannya, meskipun rezim Soeharto di tahun
1998 tumbang.
Di era reformasi,
pergerakan anak muda lebih menggeliat pada ruang politik demi memaksa mundur
Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Kita pernah menyaksikan bagaimana
gerakan mahasiswa menduduki gedung parlemen. Beberapa hari gelombang aksi unjuk
rasa itu digelar, tidak sedikit korban berjatuhan dan bahkan hilang tak
diketahui keberadaannya hingga saat ini. Sekian lama perjalanan reformasi, gerakan
politik anak muda kian ramai dan mewarnai demokrasi tanah air. Namun pasca
reformasi, gerakan anak muda timbul tenggelam dan gerakan politiknya mengalami
lika-liku.
Saat
ini kita telah berada di era disrupsi, era di mana perubahan-perubahan yang
terjadi begitu cepat mengubah sistem dan tatanan kehidupan masyarakat.
Perkembangan teknologi telah memicu berbagai macam inovasi di ranah bisnis dan
industri. Jika kita tak mampu beradaptasi dengan perubahan dan hanya memilih
bertahan dengan cara lama, maka kita akan tersingkir dan digantikan oleh mereka
yang memiliki kemampuan survive serta memiliki skil untuk membuat
inovasi yang dilakukan secara terus menerus. Di sinilah tantangan anak-anak
muda sekarang ketika masuk dalam tatanan kehidupan baru.
Beberapa
upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi era disrupsi adalah dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melakukan transformasi digital, dan
tak henti-hentinya melakukan inovasi di segala bidang. Era disrupsi merupakan
masa terjadinya inovasi dan perubahan secara masif. Secara sosiologis, dalam
setiap perkembangan teknologi, manusia mengalami perubahan yang sekarang
dikenal dengan disrupsi. Disrupsi teknologi ini membawa perubahan di semua
aspek kehidupan manusia, yang berdampak pada perubahan tatanan sosial secara
struktural.
Di era
ini, peran pemuda menjadi sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara. Badan
Pusat Statistik telah merilis hasil Sensus Penduduk 2020, dan ternyata jumlah
penduduk Indonesia didominasi oleh kelompok usia muda. Dari data tersebut,
jumlah generasi Z (lahir tahun 1997-2012) mencapai 75,49 juta jiwa atau setara
dengan 27,94 persen dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Kemudian
jumlah penduduk paling dominan kedua berasal dari generasi Milenial (lahir
tahun 1981-1996) sebanyak 69,38 juta jiwa penduduk atau sebesar 25,87 persen.
Lalu disusul oleh generasi X (lahir tahun 1965-1980) dengan populasi sebanyak
21,88 persen dan jumlah generasi Baby Boomer (lahir tahun 1946-1964) yakni 1,87
persen.
Peningkatan
jumlah penduduk bukanlah suatu masalah. Kita ketahui bersama, Indonesia saat
ini telah mengalami bonus demografi, kondisi dimana negara memiliki jumlah
penduduk usia produktif yang lebih tinggi dibandingkan penduduk usia
non-produktif. Sebagaimana yang dikatakan Presiden Joko Widodo, bonus demografi
yang dimiliki Indonesia bukan merupakan sebuah beban, melainkan kekuatan
membangun bangsa. Justru, salah satu kekuatan utama membangun Indonesia yang
lebih maju adalah bonus demografi. Dengan jumlah penduduk yang didominasi oleh
anak-anak muda usia produktif serta adanya daya beli masyarakat yang terus
meningkat, akan menjadi motor penggerak ekonomi nasional dalam menghadapi
kompetisi global.
Fenomena
disrupsi dan bonus demografi merupakan dua sisi mata uang yang tidak
terpisahkan. Di satu sisi akan menjadi masalah sosial jika banyak usia produktif
tidak memiliki keterampilan dan skil, di sisi lain akan berkontribusi positif
kepada pembangunan ketika usia produktif diimbangi dengan keterampilan yang
mumpuni. Anak-anak muda saat ini tengah mengembangkan potensi yang mereka
miliki dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Kita dapat melihat bagaimana generasi
Z dan milenial berlomba untuk masuk dalam dunia digital marketing. Mereka
bersaing membangun marketplace untuk berbisnis. Bagi anak-anak muda, disrupsi
dilihat sebagai peluang untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Mereka
melihatnya sebagai peluang emas untuk membangun iklim bisnis baru dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi. Anak-anak muda generasi Z melihatnya sebagai
kesempatan untuk bersaing dengan pemain lama, atau generasi baby boomer yang tidak
mampu untuk beradaptasi pada perubahan yang begitu cepat.
Kita
bisa menyaksikan langsung perubahan-perubahan itu terjadi di daerah kita. Kita
dapat melihat bagaimana toko-toko konvensional mulai banyak yang tutup setelah
hadirnya platform toko online. Begitu juga dengan jasa transportasi, keberadaan
taksi dan ojek di pangkalan mulai sepi setelah hadirnya taksi dan ojek online.
Beberapa usaha baru ini sukses dikerjakan oleh anak-anak muda di kota kita.
Sebagaimana kita melihat di Kota Baubau, toko online mulai menjamur dan
meramaikan pasar-pasar lokal. Sementara itu, telah dikembangkan aplikasi jasa
transportasi dan layanan kurir untuk memudahkan masyarakat dalam berbelanja dan
bepergian. Beberapa platform yang telah dibuat itu adalah milik anak-anak muda
di daerah dan berhasil menggeser para pemain lama.
Usaha
baru yang berbasis teknologi internet ini dinilai sukses masuk dalam pasar
lokal kita. Masyarakat di dearah menyambut baik karena telah memudahkan
aktivitas sehari-hari mereka. Seorang profesor dan praktisi bisnis, Rhenald
Kasali pernah mengatakan, anak muda zaman dulu hanya menghadapi satu tantangan,
yakni ketersediaan lapangan kerja. Sementara anak muda sekarang menghadapi tiga
tantangan sekaligus, yaitu, Pertama, mereka mengerjakan dua hal
sekaligus, yakni pekerjaan hari ini untuk pendapatan hari ini dan mengerjakan
hari esok untuk investasi yang bisa membawanya pada kesejahteraan baru. Kedua,
generasi sekarang jauh lebih sejahtera dibanding generasi lama. Orang dulu
mungkin ada yang kaya, tetapi tidak kaya raya.
Kita
tidak hanya menyaksikan bagaimana geliat anak-anak muda di perkotaan membangun
bisnis mereka, namun kita juga dapat merasakan transformasi sosial di beberapa
pelosok pedesaan. Kita dapat melihat anak muda generasi Z dan milenial mulai
mengisi kursi pemerintahan di desa. Di tangan anak-anak muda, desa mulai
menunjukkan tanda kemajuan. Sependapat dengan guru besar Universitas Indonesia,
Prof Rhenald Kasali, bahwa kunci kesuksesan desa ada ditangan anak-anak muda
yang mau membawa perubahan untuk kemajuan desa. Kita bisa membandingkan
desa-desa yang diisi oleh anak muda dengan orang tua. Desa-desa yang dipimpin
oleh anak muda jauh lebih maju karena mereka mampu berinovasi dengan
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki di desa. Sementara desa-desa yang
dipimpin oleh orang tua banyak yang stagnan dan tidak menunjukkan perubahan
yang berarti di desa.
Beberapa
desa yang dipimpin oleh anak-anak muda bisa kita jadikan contoh sebagai desa
inovatif di Kepulauan Buton, misalnya desa Terapung di Kecamatan Mawasangka,
Kabupaten Buton Tengah, yang memanfaatkan Geographic Information System
(GIS) untuk memetakan potensi desa. Di usia yang terbilang muda, Pamaruddin
sang kepala desa tidak hanya menjalankan pemerintahan secara administratif,
tetapi juga menggali berbagai potensi di desanya. Misalnya ketika ia
mengembangkan wisata mangrove dan mendorong pengolahan produk ikan teri sebagai
salah satu sektor unggulan UKM di Kabupaten Buton Tengah. Kemudian di desa
Barangka, Kecamatan Kapontori, Kabupaten Buton, kita melihat sosok anak muda
seperti Suharman, sebagai kepala desa, Suharman melakukan banyak terobosan
pembangunan di desanya. Ia sukses mengaktifkan pelayanan administrasi kantor
desa berbasis online, kemudian mengerjakan infrastruktur, sarana dan prasarana
di desa.
Selain
mengunjungi desa-desa inovatif, hari itu saya menemui seorang anak muda
inspiratif yang berprofesi sebagai petani di desa Lasalimu, Kecamatan Lasalimu
Selatan, Kabupaten Buton. Joko (27 tahun), adalah seorang petani yang
hari-harinya berjibaku di atas lahan seluas dua hektar. Sudah beberapa tahun
lamanya ia bekerja di lahan milik pak Irwan. Beberapa jenis tanaman yang coba
ia kembangkan antara lain, jeruk, terong, sawi, cabai, kelapa, mahoni dan jati.
Ia coba menerapkan konsep agroforestry dalam bertani, sebab menurutnya ia tidak
bisa hanya mendapat keuntungan ekonomi dari bertani, tetapi juga manfaat
lingkungan untuk generasi yang akan datang dan demi merawat bumi yang kian
renta.
Joko kembali
ke desa dan memilih bertani karena ia melihat banyak potensi yang bisa
dikembangkan. Joko memilih pulang kampung karena ia melihat ada kesempatan
untuk berbuat sesuatu yang lebih berarti untuk masyarakat dan lingkungan. Ia sadar,
dampak perubahan iklim begitu nyata dan perlu ada upaya serius dari semua pihak
untuk mengatasi krisis iklim. Sejak menggeluti pertanian, ia mengamati banyak
perubahan terhadap kondisi lingkungan disekitarnya. Misalnya banyak petani yang
resah karena hama merusak tanaman pertanian, hingga cuaca yang mulai tidak
menentu. Akibatnya beberapa tahun terakhir panen mengalami penurunan dan harga
produksi pertanian menjadi murah.
Banyak
masyarakat yang belum menyadari perubahan iklim telah mengancam kelangsungan
hidup seluruh mahluk di muka bumi. Saya mengamati banyak perubahan lingkungan
di desa, misalnya ketika permukaan air laut naik dan mengancam kelangsungan
hidup masyarakat pesisir. Begitu juga deforestasi dan ekspansi pertambangan telah
berkontribusi besar terhadap kerusakan tutupan hutan kita. Jika tak ada
kesadaran dan upaya dari kita semua untuk mengatasi perubahan iklim, maka
gelombang panas, badai yang hebat, kekeringan serta beberapa bencana alam lain
semakin dekat dengan ruang hidup kita.
Di
sinilah tantangan kita sekarang. Sebagai anak muda, kita harus berlari lebih
kencang karena kita menghadapi banyak ketidakpastian. Sejatinya anak-anak muda
tidak hanya pandai di ruang kelas, di ruang dialog satu organisasi, atau di
ruang kerja perkantoran elit, tetapi kita harus pintar menjalani hidup dengan
sebaik-baiknya dan memberi manfaat untuk sesama mahluk dan alam semesta. Sebagai
anak muda, kita mungkin dianggap minim pengalaman, makanya kita tidak
menawarkan masa lalu, kita menawarkan masa depan yang gemilang. Sebagai pemuda,
kita harus menjadi pelopor untuk kemajuan bangsa dan negara.
0 komentar:
Post a Comment